Apa Arti dan Ciri
Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
Arti Pendidikan Luar Sekolah adalah: setiap kesempatan dimana terdapat
komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, di mana seseorang
memperoleh informasi pengetahuan, latihan dan bimbingan yang sesuai dengan usia
dan kebutuhan hidupnya, dengan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta aktif dan efesien dalam lingkungan
pekerjaannya bahkan lingkungan masyarakat negaranya.
Ciri PNF atau PLS
Bila mengkaji
berbagai literatur menyebutkan bahwa Pendidikan Luar sekolah (PLS) yang
berdasarkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
secara jelas bahwa PLS atau pendidikan nonformal itu tidak dijelaskan secara
rinci dalam hal ciri pendidikan luar sekolah itu. Penulis dalam kesempatan ini,
mencoba mengurai ciri tentang PLS atau pendidikan nonformal ini adalah:
(1)
waktunya pendek;
(2) materinya
beragam;
(3)
siswanya bervariasi dan;
(4)
tempatnya menyesuaikan
Untuk lebih
jelasnya yaitu: waktunya pendek, artinya pendidikan luar sekolah atau
pendidikan nonformal ini, tidak lebih dari 12 bulan. Bahkan ada yang hanya satu
hari. Demikian juga jam belajarnya. Apakah pagi, sore atau malam hari. Sehingga
tidak mengganggu jam kerja warga belajar.
Dalam
perkembangannya, pada pendidikan dasar dan menengah dewasa ini tentu ada yang
lebih dari setahun. Misalnya dalam program paket A,B dan C. Guna meningkatkan
kualitas disertai fungsi dan peran yang makin diperbaiki. Maka warga belajar
paket A, B dan C tidak mungikin dalam waktu 3 – 4 bulan sudah terima ijazah.
Mereka harus belajar dengan kesungguhan, disertai mengikuti ujian untuk
menentukan kelulusan.
Adapun materi
pembelajaran pendidikan orang dewasa ini, beragam. Artinya menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat (belajar berdasarkan bebutuhan masyarakat). Beda dengan
pendidikan persekolahan atau pendidikan formal. Dalam pendidikan luar sekolah
atau pendidikan nonformal ini, materi dibuat berdasarkan kesepakatan. Para
mahasiswa yang mengambil program studi / jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
tahu persis cara rancang bangun dan rekayasa dalam materi belajar yang berdasar
kesepakatan itu. Kalau tidak maka kelompok belajarnya akan bubar.
Siswanya atau
istilah di PLS Warga belajarnya bervariasi, dengan berdasar konsep
pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal ini, kepada mereka yang
karena sesuatu dan lain hal dalam pendidikan formal belum sempat menikmati
dunia pendidikan. Namun telah berusia 35 tahun baru ia sadar akan pentingnya
sekolah dasar. Padahal pada usia itu tidak akan ada lagi murid SD. Maka ia
harus mengikuti jalur ke 2 yaitu pendidikan luar sekolah atau pendidikan
nonformal ini, dengan belajar paket A. Sehingga ia harus mengikuti paket A-1
sampai A-100. Atau pendidikan keaksaraan lainnya. Selain itu tutor harus
mengerti betul yang didik ini orang dewasa. Materi selingan perlu ada agar
warga belajar tidak bosan, maka ia harus merancang bangun dan rekayasa materi
belajar lain yang sesuai kebutuhan warga belajar (WB)-nya. Yang
dimaksud bervariasi di atas tidak lain usia peserta beragam. Ada yang usia 25
tahun ada pula 35 tahun dan sebagainya. Bahkan pengalaman penulis ada
warga belajar (siswanya) lebih tua dari tutor (guru) ini adalah wajar, dan
motivasi ingin tahunya sangat tinggi.
Bicara tentang tempat
tidak seperti dunia persekolahan atau pendidikan formal. Melainkan pendidikan
luar sekolah atau pendidikan nonformal ini, berdasarkesepakatan bersama.
Terkadang di ruang kelas sekolah, di rumah ketua RT, RK/RW, di rumah warga
belajar sendiri atau di balai desa. Yang penting ada kesepakatan.
Dengan demikian
dalam memperhatikan pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal ini,
tentang: waktu, materi, wb bervariasi dan tempat tentu beda dengan sistem
persekolahan atau pendidikan formal. Dan kalau kita terpaku pada salah satu
jalur saja di dunia pendidikan ini, maka kapan lagi kepincangan pendidikan itu
dapat kita luruskan.
Sekedar tahu:
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang ada di Universitas Palangka Raya itu berdiri
sejak Unpar di didirikan. (Lihat Sejarah) Berdirinya Unpar semula ada IKIP
Bandung Cabang Palangka Raya dan ada pula Fakultas Ekonomi. Lalu 2 perguruan
tinggi swasta ini, dijadikan cikal bakal berdirinya Universitas negeri terbesar
di Kalimantan Tengah.
Pada IKIP
Bandung Cabang Palangka Raya di sana ada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang
memiliki 2 jurusan. Masing-masing Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan jurusan
pedidikan Umum (PU).
Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah PLS ini, tidak pernah terhenti hingga sekarang. Dalam
tahun 1986, ada goncangan berat, yaitu: seluruh Program Studi PLS, Bimbingan
Penyuluhan (BP) dan Administrasi Pendidikan (AP) turut menghentikan menerima
mahasiswa input SLA. Karena ada kabar burung pemerintah mau menghentikan. Hal
ini kabarnya berlaku pada FKIP seluruh Indonesia. PLS Unpar tetap berjalan
dengan menerima mahasiswa input Sarjana Muda dan Diploma. Hingga tahun 1996
kembali menerima mahasiswa Input SLA hingga sekarang. Semula atas restu Rektor
Unpar Prof. Dr. Ir. Ali Hasymi, MS, MA.
PLS Universitas
Palangka Raya masuk dalam sejarah di tanah air dalam dunia pendidikan luar
sekolah yang mampu bertahan tanpa berhenti. Karena selama 10 tahun berjalan
masa itu, hanya 2 perguruan tinggi di tanah air yang bertahan hingga sekarang
yaitu: PLS FKIP Universitas Jember di Jatim dan PLS FKIP Universitas Palangka
Raya di Kalteng.
Sejak tahun
2008 walau Profesornya hanya seorang, PLS Universitas Palangka Raya naik daun.
Karena hingga sekarang PLS Universitas
Palangka Raya tidak saja membina dan memproduk sarjana S-1 tapi juga S-2
(Program Magister/M.Pd) dan menelurkan ratusan lebih M.Pd di Kalimantan Tengah.
Mahasiswa tidak sebatas di Palangka Raya, juga dari berbagai daerah dan
provinsi. Di Kalimantan Tengah hampir semua kabupaten kota kuliah di S-2 PLS.
Sedangkan Provinsi lain seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur juga
kuliah di S-2 PLS Unpar. Kalimanan Selatan tahun ini juga mendaftar. Pendapaftaran sebentar lagi
(bulan Juli) akan ditutup.
Bertahannya
pendidikan Luar Sekolah ini untuk tetap menjalankan pengabdiannya karena
meresaran pendidikan non formal ini, belum banyak mendapatkan perhatian dari
berbagai pihak. Hal ini karena ketidak tahuan saja. Namun mahasiswa S-2 PLS
sejak tahun 2008 mayoritas dari tenaga guru, yang berminat menyandang gelar
Sarjana S-2 (M.Pd). selain itu dari berbagai PNS dari Dinas dan Badan serta Swasta
dari berbagai instansi ikut kuliah di PLS.
Dalam pertemuan
dosen PLS secara nasional dosen –dosen dari berbagai perguruan tinggi di tanah
air selalu bertanya dan angkat jempol kepada Unpar. Karena S-2 PLS di negeri
tercinta ini, yang hanya satu-satunya ada di luar Jawa adalah di Palangka Raya.
Sementara di PLS Surabaya 6 orang guru besar PLS kok kenapa proposalnya untuk
mendirikan S-2 selalu kandas. Sementara di Universitas Palangka Raya agustus
2008 sudah mendapat restu secara resmi dan mendapat izin operasional dari
Mendikbud RI, melalui Dirjen Pendidikan Tinggi. Alumnus kami sudah menempati di
berbagai Instansi pemerintah dan swasta di tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar