Selasa, 13 Januari 2015
PELATIHAN KETERAMPILAN
MODEL PELATIHAN
KETERAMPILAN BAGI MASYARAKAT DESA
TERTINGGAL KAWASAN PANTAI
(Studi Kasus Pemberdayaan Kaum Perempuan Keluarga Nelayan Desa Sei Pudak
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah)
Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
Abstrak
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Ingin mengetahui bagaimana potensi SDM serta SDA desa Sei Pudak, tentang kebutuhan dan kendala yang dihadapi, agar kaum perempuan dari keluarga masyarakat nelayan kawasan pantai dapat diberdayakan; (2) Ingin mengetahui bagaimanakah menemukan model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, agar kaum perempuan keluarga nelayan ini dapat menaklukkan alam di sekitarnya; (3) Ingin mengetahui bagaimanakah pengembangan model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, agar kaum perempuan mereka dapat memanfaatkan SDA di sekitarnya.
Metoda menggunakan jenis penelitian naturalistik kualitaitif. Dengan subyek remaja putri dan ibu rumah tanggal usia 14 – 34 tahun masing-masing 10 orang. Dengan menggunakan alat pedoman wawancara dan observasi dalam waktu 6 bulan.
Sedangkan hasil adalah 1. Walau mereka kaum ibu masih ada yang statusnya belum bisa membaca dan menulis huruf latin dan angka, namun potensi SDM serta SDA desa Sei Pudak, tentang kebutuhan dan kendala yang dihadapi, maka kaum perempuan dari keluarga masyarakat nelayan kawasan pantai dapat diberdayakan; 2. Bahwa model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, dapat dilakukan agar kaum perempuan keluarga nelayan ini dapat menaklukkan alam di sekitarnya. Karena mereka merasakan betapa sulitnya para suami dalam menangkap ikan di laut jawa. Terlebih dimusim hujan dan badai yang tidak bersahabat. Sehingga mereka lebih baik memilih tinggal di rumah. Namun dengan hasil pelatihan mereka dapat memanfaatkan limbah SDA untuk dijadikan mata pencaharian tambahan keluarga; 3. Dalam pengembangan model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai, ternyata kaum perempuan mereka dapat memanfaatkan SDA di sekitarnya. Hal ini tidak terbatas pada desa Sei Pudak saja. Tapi sudah menyebar dan berkembang ke desa-desa lain di sekitar.
Kata Kunci: SDM dan SDA model pelatihan keterampilan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai.
Kajian teori tentang peningkatan derajat kehidupan masyarakat desa tertinggal kawasan pantai Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, erat hubungannya dengan apa yang dikemukakan Coombs, et al (1973) dan Supriyono (2000) bahwa: ”... pendidikan non formal (nama selain dari PLS) sebagai suatu aktivitas pendidikan yang diorganisasikan ada di luar sistem pendidikan formal, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya...”.
Pengembangan model pemberdayaan masyarakat desa tertinggal memanfaatkan sumber daya alam (SDA) di kawasan pantai serta hal pemberian pengetahuan dan tindakan dengan pelatihan keterampilan dalam rangka mengolah limbah (sabut kelapa) di sekitar lingkungan mereka, maka penekanan aspek ekonomi (kewiraswastaan) kepada kaum perempuan dan remaja puteri di dalam suatu keluarga, termasuk dalam rangka studi pendidikan, ditinjau dalam landasan pendidikan. Tujuan utama pendidikan, atau esensial pendidikan merupakan hal pokok bagi peneliti yang diupayakan. Ternyata pada pendidikan ekonomi (kewirausahaan) termasuk dalam ke tiga landasan tersebut. Yusri (1998) menyebutkan bahwa:“…pengertian ekonomi atau kewiraswastaan dalam pendidikan ini, bukan untuk menjadikan manusia sebagai seorang ekonomi handal dengan sejumlah teori ekonomi. Tetapi lebih diarahkan pada kemampuan manusia hidup sendiri, dalam pengembangan sesuatu…”. Selain itu kemiskinan sesungguhnya merupakan konsekuensi dari suatu struktur masyarakat dengan penduduk yang padat, menurut: Lewis (1975) dan Ermayanti (1996:1) serta Setiawati (1996, 1997:1) adalah: "…terbatasnya sumber daya terbatasnya akses terhadap barang-barang konsumsi, tingkat kesehatan yang rendah, dan kesempatan pendidikan yang tidak merata... ". Masalah di atas, cukup rumit kalau tidak segera di atasi, karena ada pula daerah-daerah yang potensi alamnya besar namun karena masih belum terbina SDM-nya, tak terjadi kemiskinan di desa nelayan tersebut, termasuk di Kalimantan Tengah. Segala dengan hal itu Mubiyarto, Loeman Soetrisno dan Michael Dove (1984) bahwa: "... kemiskinan tidak begitu nampak bagi orang yang datang memasuki kawasan nelayan ini, maka kesan tersebut akan berubah pada saat kita mengamati pemukiman penduduk di desa-desa pantai". Keluarga masyarakat nelayan pada umumnya lebih miskin daripada keluarga petani atau pengrajin. Hal ini sudah di buktikan oleh analisis penelitian Emerson sebagaimana di kemukakan dalam studi yang disebutkan di atas. Golongan nelayan di daerah pantai, pendapatan mereka benar-¬benar ketinggalan dibandingkan dengan golongan lain, di luar usaha perikanan ataupun dengan golongan nelayan pada umumnya. Hal yang sama tidak jauh berbeda dengan masyarakat nelayan yang tinggal di kawasan pantai Kalimantan Tengah.
Adapun metoda yang digunakan dalam penelitian ini penelitian pengembangan yang didahului dengan suatu eksplorasi terhadap kaum perempuan baik ibu rumah tangga maupun remaja putri, keluarga nelayan, yang lokasi tempat tinggalnya tertinggal pada kawasan pantai. Dalam memberdayakan masyarakat mulai dari kelompok usia 14-45 tahun di luar sekolah yang menjadi sasaran bidiknya. Desa terpilih adalah desa Sei Pudak kecamatan Kahayan Kuala. Mereka diberikan pelatihan keterampilan dalam mengolah limbah sabut kelapa yang sejak nenek moyangnya tidak pernah dimanfaatkan. Waktu pelatihan dilaksanakan sejak jam 09.00 sampai 11.30. Karena saat itu kepala keluarga mereka pergi melaut untuk mencari sesuap nasi buat keluarganya. Sedangkan anak-anak mereka pergi ke sekolah. Waktu penelitian yang digunakan selama 6 bulan.
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1. Bila mengkaji terhadap potensi sumber daya manusia (SDM) tentu saja mendapatkan sebuah tantangan yang sangat besar bagi masyarakat desa Sei Pudak. Apa lagi manusianya yang jika dikaji dengan ketersediaan yang ada seperti fasilitas pendidikan formal yang belum mendukung hingga penyelesaian pendidikan anak usia sekolah sampai mereka menamatkan pendidikan dasar 9 tahun, belum tersedia. Bagi anak yang motivasi berlajarnya tinggi, ia harus pergi ke desa tetangga. Itupun sekolah swasta yang ada. Sementara sarana pendidikan luar sekolah termasuk juga tenaga belum tersedia. Sedangan potensi sumber daya alam di kawasan pesisir pantai khususnya desa Sei Pudak kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah ini, cukup berlimpah. Apakah dalam hal potensi alam yang ada di laut demikian juga di darat. Sebenamya hanya sebagian kecil tergarap dan masih banyak yang belum diketahui secara pasti apa sebetulnya isi kandungan laut dan perkebunan yang masih menjadi tanda tanya besar baik bagi masyarakat maupun bagi peneliti. Sedangkan potensi sumber daya alam yang tergarap hanya sekedar ikan. Itupun tidak seluruh ikan yang dapat tertangkap, karena keterbatasan peralatan disertai kendala yang mereka hadapi rendahnya pengetahuan dan minimnya teknologi dan tingkat pengetahuan yang mereka miliki.
2. Model pelatihan yang diberikan kepada kaum hawa atau perempuan baik ibu rumah tangga maupun remaja putri dari keluarga nelayan ini, memang tergolong sangat sederhana. Sebab bagaimanapun muluknya konsep yang kita buat, kalau tidak sesuai dengan keadaan dan kemampuan mereka, maka pelatihan ini tidak memberikan manfaat sesuai yang dinginkan. Oleh sebab itu, dari hasil identifikasi masalah dan kebutuhan sumber belajar yang mudah mereka cerna adalah memanfaatkan SDA yang ada di sekitar mereka. Sementara kemiskinan selalu berpihak kepada para nelayan. Untuk menjawab hal itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan bekal kepada mereka agar dapat menaklukan mereka yang selalu ketergantungan dengan sumber daya laut seperti ikan hasil tangkapan mereka di laut jawa bukan satu-satunya harapan hidup mereka seperti sekarang ini. Tapi bagaimana memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk dijadikan bahan yang berguna untuk mendatangkan rejeki bagi keluarganya. Sebab selama ini, kaum ibu rumah tangga tidak memiliki pekerjaan kecuali menunggu suami datang melaut. Dengan mendapatkan pelatihan mengolah limbah sabut kelapa yang sejak nenek moyangnya tak pernah diolah. Mereka terkaget-kaget memikirkan kenapa sabut yang selama ini sebagai limbah tak berguna bisa dijadikan sabut, keset dan tambang serta matras. Dengan dijadikan sapu, keset, tambang dan matras. Berarti ke 4 hal di atas diperlukan banyak orang. Terlebih sapu dan keset diperlukan untuk setiap rumah. Selama ini sapu dari ijuk di datangkan dari Kalimantan Selatan. Sekarang mereka sudah dapat membuat sendiri dari limbah di sekitar rumahnya. Tidak hanya itu, sapu, keset, matras dan tambang dapat dijual laku di setiap rumah tangga. Berarti dapat menjawab terhadap tantangan alam kepada para suami mereka yang tidakdapat melaut karena badai yang ganang di laut jawa.
Dengan demikian kaum perempuan, ibu rumah tangga dan remaja putri dapat membantu keluarga jika suami mereka tidak dapat ikan di laut, atau musim hujan dan badai disebut musim paceklik. Sehingga kaum Adam menganggur, istri dan anak mereka punya penghasilan tambahan guna membantu untuk membeli beras bagi kepentingan mencari sesuap nasi. Agar tidak seperti masa sebelumnya, bila laut tak dapat dilaktukan, mereka kaum nelayan masih tetap tidak lagi terjadi yang selalu menggadaikan baik pesawat TV, maupun klotok (perahu bermesin) yang mereka gunakan untuk menangkap ikan ke laut jawa.
3. Pengembangan model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, setelah dilakukan pelatihan ternyata para kaum ibu rumah tangga dan remaja putri dari berbagai desa berdatangan untuk ikut melihat dan mencobakan bagai mana cara mereka dan mengolah sabut kelapa menjadi bahan sapu. Sehingga kaum perempuan di berbagai desa dapat memanfaatkan SDA di sekitarnya, khususnya sabut kelapa menjadi sumber mata pencaharian baru.
Hasil produk Kualitas dan Pemasaran ini dalam hal produk yang bermutu, tentu diperlukan dengan berbagai cara untuk diuji cobakan lagi. Misalnya sapu dan keset dari limbah perkebunan yakni sabut kelapa yang selama ini dipakai hanya mampu untuk satu tahun, bagaimana agar dapat lebih lama dan punya daya tarik tersendiri. Ini tentu memerlukan seni tersendiri, yang harus diberikan kepada pihak nelayan yang sebagian besar tak pernah berkunjung sampai ke kota kabupaten. Apa lagi ke kota propinsi Kalimantan Tengah (Palangka Raya) ataukah ke ba lainnya, sehingga mereka perlu diperkenalkan cara yang lebih baik.
Dalam pemasaran hasil pelatihan tersebut juga sangat ditentukan oleh teknik dan cara yang efektif dalam menajerial yang baik. Hal ini, perlu pula adanya keterlibatan pihak koperasi unit desa (KUD) sebagai penyalur hasil produksi yang dibuat kaum perempuan keluarga nelayan desa Sei Pudak ini.
Untuk melihat terhadap tahap 1 proses produksi dan tahap 2 pendidikan kewiraswastaan dalam penelitian ini. Maka pada tahap pelatihan keterampilan bagi kaum perempuan keluarga nelayan ini, dititikberatkan bagaimana agar memproduksi yang menghasilkan nilai tambah dari SDA terhadap kehidupan keluarganya. Termasuk seperti sabut yang menghasilkan sapu dan keset, tambang dan matras.
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan terhadap kaum ibu rumah tangga dan remaja putri keluarga nelayan kawasan pantai desa Sei Pudak Kabupaten Pulang Pisau dapat disimpulkan:
1. Walau mereka kaum ibu masih ada yang statusnya belum bisa membaca dan menulis huruf latin dan angka, namun potensi SDM serta SDA desa Sei Pudak, tentang kebutuhan dan kendala yang dihadapi, maka kaum perempuan dari keluarga masyarakat nelayan kawasan pantai dapat diberdayakan;
2. Bahwa model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, dapat dilakukan agar kaum perempuan keluarga nelayan ini dapat menaklukkan alam di sekitarnya. Karena mereka merasakan betapa sulitnya para suami dalam menangkap ikan di laut jawa. Terlebih dimusim hujan dan badai yang tidak bersahabat. Sehingga mereka lebih baik memilih tinggal di rumah. Namun dengan hasil pelatihan mereka dapat memanfaatkan limbah SDA untuk dijadikan mata pencaharian tambahan keluarga;
3. Dalam pengembangan model pelatihan keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai, ternyata kaum perempuan mereka dapat memanfaatkan SDA di sekitarnya. Hal ini tidak terbatas pada desa Sei Pudak saja. Tapi sudah menyebar dan berkembang ke desa-desa lain di sekitar.
Saran-Saran
1.Kepada Pemda Kabupaten Pulang Pisau untuk dapat meningkatkan pembinaan bagi kaum nelayan, sebaiknya tempat pelelangan ikan (TPI) harus ada, di desa Sei Pudak. Hal ini tentu akan meningkatkan pendapatan ash daerah (PAD).
2.Kepada Dinas dan Instansi terkait dapat pemanfaatan lingkungan sumber daya alam di darat, harga kelapa yang murah, untuk menyadap pohon kelapa dan niranya dapat dijadikan gula merah seperti dengan gula aren.
3.Kepada Dinas Kelautan dan Perikanan agar dapat membina pertambakan ikan, apakah udang, ataukah ikan komuditas ekspor lainnya. Sebab kawasan ini jika dikelola dengan baik, tentu PAD di daerah akan lebih meningkat. Khusus desa Sei Pudak telah mencanangkan areal pertambakan ratusan Hektar lebih oleh pengurus KUD, namun mereka belum tahu cara mendatangkan investor.
Daftar Pustaka
Coombs, Philip H. dengan Prosser Roy C., dan Ahmed Manzoor, 1973. New Paths to Learning for Rural Childrend and Youth, International Council for Education Development, New York.
Ermayanti, 1996. Budaya Kemiskinan di Desa Tertinggal di Yogyakarta, CV. Bupara Nugraha, Jakarta. Faisal, Sanapiah, 1981. Pendidikan Luar Sekolah, Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Usaha, Surabaya.
Lewis, Oscar, 1975. The Cultur Of Poverty, Dalam tulisan J. F. Fried dan N. Crisman (ed), city ways, Harper & Row, Publisher ers, New York.
Mubiyarto, Loeman Soetrisno dan Michael Dove (1984) Nelayan dan emiskinan, Studi Ekonomi Antropologi dua Desa Pnatai, CV. Rajawali, Jakarta.
Supriyono, 2000. Pemberdayaan Warga Belajar Pada Kelompok Belajar, Disertasi, PPS UPI, Bandung.
Yusri, 1998. Pembangunan den Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Pada Siswa STM, Disertasi, PPS IKIP, Bandung.
Setiawati, Lindyastuty, 1996. Budaya Kemiskinan Di Desa Tertinggal Di Jawa Timur (kasus desa Tarokan, Kecamatan Banyanyar, Kabupaten Probolinggo), CV. Bupara Nugroho, Jakarta.
Pengirim: H.M.Norsanie Darlan, Ketua Pusat Penelitian dan Pengambangan Pendidikan Universitas Palangka Raya. Jln. Sangga Buana Selatan 059/A Palangka Raya-73112. Fax 05363239246. Hp 08122170038. E-mail: Sanie_Da@yahoo.com.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar