Rabu, 29 April 2015
PKBM Kotawaringin Timur Butuh Bantuan Dana
Empat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kotawaringin Timur, Kalteng, perlu perhatian pemda.
22 Agustus 2013 11:08 Pendidikan dibaca: 1022
inShare
Dok / smkhepweti.wordpress.com
Banyak warga yang jadi penjahit setelah mengikuti PKBM menjahit/Ilustrasi.
BANJARMASIN - Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, masih membutuhkan bantuan dana dari pemerintah setempat.
"Dalam kunjungan ke Kotawaringin Timur (Kotim) beberapa waktu lalu, terlihat beberapa PKBM menunjukkan perkembangan dan kemajuan, namun masih perlu dukungan perhatian dari pemerintah setempat," kata Profesor Dr HM Norsanie Darlan MS, PH, peneliti Universitas Palangka Raya (Unpar) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (22/8).
"Saya sengaja mengunjungi 'Bumi Habaring Hurung' (kebersamaan) Kotim, untuk melihat dari dekat bagaimana proses pembelajaran di PKBM di kabupaten itu," kata guru besar perguruan tinggi negeri tertua di "Bumi Isen Mulang" Kalteng tersebut.
Di Bumi Habaring Hurung, dia meninjau aktivitas PKBM di perkotaan, serta dua unit lain yang di berada di daerah penggiran atau luar Kota Sampit, ibukota Kabupaten Kotim.
Ketiga PKBM tersebut memiliki spesifikasi kegiatan sesuai kemampuan serta kondisi peserta pembelajaran. Dia mencontohkan, peserta PKBM Teratai Mekar di Jalan Kapten Mulyono Sampit sudah bisa membuat kerupuk dengan bahan ikan gabus. Begitu pula PKBM Sei Paku, Kecamatan Kota Besi, sudah punya gedung permanen dengan 13 unit mesin jahit, tiga mesin obras, dan satu unit bordir. Sedangkan, PKBM yang berada jauh di luar kota Sampit itu, juga sudah menghasilkan banyak warga dengan kemampuan menjahit.
Beberapa peserta PKBM Sei Paku kemudian juga membuka usaha menjahit di rumah masing-masing. PKBM Sei Paku mempunya fasilitas lengkap, termasuk mesin pengolah rotan.
"Namun keberadaan PKBM tersebut masih perlu perhatian dari dinas/instasi terkait, agar peralatan atau fasilitas yang relatif mahal tersebut tidak sampai mubazir. Peralatan yang ada harus bisa lebih berdayaguna dan berhasilguna, terutama untuk masyarakat sekitar," kata dia.
Hal lain yang mengesankan, ungkap sang profesor yang berkarier mulai dari pegawai rendahan sebagai pesuruh hingga sempat menjadi aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) tersebut, yaitu mereka yang menimba pengetahuan dan keterampilan di PKBM itu, tidak dipungut biaya alias gratis.
"Kalau gratis, siapa yang membayar tutor atau instruktur pelatihannya? Karena itu, pengelolaan PKBM masih perlu perhatian pemerintah, termasuk untuk pembayaran insentif bagi tutor," kata Norsanie
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar