Senin, 18 November 2019
MENGENALI PERPUSTAKAAN PERGGURUAN TINGGGI DI ERA DIGITAL
MENGENALI PERPUSTAKAAN
PERGGURUAN TINGGGI DI ERA DIGITAL
Oleh :
H. M. Norsanie Darlan
(Tulisan ini hasil mengikuti Konperensi Perpustakaan Digital di Banda Aceh 12-15 Nopember 2019)
Pendahuluan
Tulisan ini diturunkan dengan menyadari sebelumnya bahwa penulis tidak berlatar belakang pustakawan. Namun karena ingin mengemukakan pendapat dalam di perpustakaan Digital Indonesia ke 12 di Banda Aceh, maka penulis mencoba mengemukakan sekelumit pengalaman apa yang menjadi permasalah yang dirasakan selama bertugas di UPT. Perpustakaan Universitas Palangka Raya.
Dalam pengembangan manajemen perpustakaan perguruan tinggi di era digital ini, kita tentu turut mencurahkan perhatian dan pikiran demi pegembangan untuk menuju kemajuan perguruan tinggi. Sebagai tantangan jika kurang memperhatian terhadap berbagai kemajuan ternologi digital di berbagai Perpustakaan yang ada di perguruan tingggi lain, membuat perpustakaan kita tertinggal. Lebih-lebih kalau pimpinan perguruan tinggi hanya menganggap perpustakaan perguruan itu sebagai pelengkap saja, namun disini sangat ini memerlukan tenaga profesional kreatif tentunya.
Bagaimana kalau perpustakaan dianggap sebagai jantung di sebuah perguruan tinggi seharusnya ia mendapatkan perhatian khusus, terlebih dalam mempersiapkan akreditasi. Jika sebuah perpustakaan yang tidak mendapat perhatian dengan segala kurangannya, tentu menyeret akan kualitas lulusan (alumnus) kita sendiri. Apalagi jika dosen-dosen tidak pernah memberikan penugasan ke perpustakaan kepada mahasiswanya, membuat mahasiswa akan dangkal pemilikan pengetahuan pada bidang ilmunya. Harapan kita semua, para pimpinan perguruan tinggi yang mengharap alumnusnya bermutu, tentu perpustakaan juga harus turut diperhatikan, terlebih jumlah buku yang memadai, pelayanan tenaga pustakawan selalu senyum dan ramah kepada setiap pengunjung. Tentu mahasiswa/ mahasiswi akan senang untuk datang meminjam, membaca buku dan berdiskusi di perpustakaan. Apalagi buku yang tersedia cukup, maka hasil lulusannya tidak meragukan semua orang. Sebaliknya jika buku serta tidak tersedia pelayanan yang kurang menyenangkan, membuat perpustakaan kita kurang diminati mahasiswa dan dosen untuk datang berkunjung ke perpustakaan. Namun harapan kita semua dalam pelayanan di perpustakan itu, adalah supaya ramah layanan.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah:
1.Ingin mengajak para dosen agar mau memotivasi mahasiswanya untuk datang ke perpustaaan.
2.Ingin menyampaikan keadaan yang sebenarnya yang ada di perpustakaan sebagai upaya saling tukar-menukar informasi tertulis kepada sesama tentang perpustakaan perguruan tinggi di tanah air.
3.Ingin mengajak agar karyawan di perpustakaan dapat memberikan layanan yang ramah, sehingga penggunjung tidak malas datang ke perpustakaan. Berubah menjadi sebaliknya.
4.Ingin menggajak para mahasiswa dan dosen untuk menyambut kehadiran era digital di dunia perpustakaan sekarang.
Forum Perpustakaan Digital
Berbicara tentang Forum perpustakaan digital di Indonesia saat ini mewadahi pengembangan jejaring perpustakaan digital sebagai salah satu spesies ekosistem digital Indonesia. Perpustakaan digital bersama spesies lainnya saling berintegrasi untuk menjawab kepentingan masyarakat dengan menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan penyesaian masalah sosial yang terintegrasi dengan ruang internet dan fisik dalam kontek tersebut, perpustakaan digital diharapkan dapat mendorong transformasi masyarakat yang bermasis pengetahuan dengan norma yang ada serta berkompetesi sehingga inklusi sosial perpustakaan daya saing bangsa dapat tercapai.
Metoda
Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan metoda pendekatan deskriptif dengan bahan dan cara yang seminimal mungkin di disekitar perpustakaan itu sendiri, caranya mewawancarai sejumlah karyawan/karyawati dan mendukomentasi serta hasil wawancara itu dianalisis. dengan apa adanya serta mengurai satu demi satu dari sekelumit yang ada dan membedakan dan kesamaan antara perpustakaan yang ada dengan sejumlah perpustakaan yang dijadikan sasaran. tentu ada satu sama yang lain terdapat perbedaan tentunya.
Dari hasil analisis tersebut diuraikan sesuai dengan yang diharapkan dalam tulisan ini, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penulisan berikutnya.
Bukan Pustakawan
Penulis adalah bukan seorang pustakawan yang berpikir bagaimana mengklasifikasikan buku berdasar teori Jonh Dewey, kita masih belum banyak tahu. Karena bukan ahlinya hal ini, akibat proses SK menduduki kepala UPT Perpustakaan merupakan masalah yang sangat berat penulis pikul, karena beda keilmuan sangat sulit rasanya untuk dipecahkan. Apalagi status akreditasi perpustakaan saat itu, tidak terakreditasi sama sekali. Sementara bagaimana cara memberikan katalog buku yang benar belum tahu.
Dihari pertama penulis meminta seluruh karyawan tua muda, PNS dan Pengawai Kontrak yang bekerja di perpustakaan itu, untuk berkumpul disaat waktu mereka harusnya istirahat, dengan konsekwensi makan siang bersama dengan menugaskan seseorang untuk mencari nasi kotak dan makan siang bersama. Penulis ingin tahu secara persis kenapa UPT Perpustakaan Universitas itu jadi tidak terakreditasi, sehingga informasi inilah dijadikan bahan untuk melakuan perubahaan.
Dalam bulan yang sama sejumlah karyawan dibentuk tim untuk menyusun/mengisi borank akreditasi dan mengantarnya ke perpustakaan nasional di Jakarta. Ternyata borank itu juga diserahkan juga dengan Dinas perpustakaan provinsi supaya diusulkan Dinas Perpustakaan Provinsi untuk mengusulkan ke Jakarta agar gedung yang penuh buku itu terakreditasi. Sehingga disaat yang ditentukan datanglah tim asesor melakukan visitasi ke UPT Perpustakaan Universitas Palangka Raya (UPR) di kawasan Kalimantan Tenggah itu.
Pada awal tahun 2019 tim asesor datang dan melakukan visitasi, akhirnya kami dengan mengucap syukur Alhamdulillah, perpustakaan kami mendapat penilaian B. Sebuah anugrah dan berkat kerja keras kawan-kawan dalam tim kami dalam upaya untuk melakukan perbaikan. Sebab penulis beranggapan kalau perpustakaan tidak terakreditasi maka bagaimana pandangan mahasiswa dan dosen melihat perpustakaan kita, walau gedungnya paling tinggi di kampus Tunjung Nyaho Palangka Raya. Selain itu, tentu untuk usulan program studi dan jurusan fakultas-fakultas yang mau akreditasi. Tentu status perpustakan dipertanyakan. Sehingga penulis yang dibantu tim berupaya agar terakreditasi. Dan dengan mengucap syukur kepada Yang Maha Esa, bahwa perjuangan dan kerja keras tim kami berhasil menjadikan kenyataan.
Metoda
Dalam karya tulis ini penulis menggunakan metoda pendekatan secara deskriptif sedangkan alat dan bahan yang ada, memanfaatkan apa yang ada di sekitar perpustakaan itu sendiri, dengan alat yang mempersiapkan berupa instrumen sebagai bahan wawancara kepada sejumlah karyawan/karyawati dan mendukomentasi dari hasil wawancara itu dianalisis. dengan apa adanya serta mengurai satu-demi satu dari sekelumit membedakan dan kesamaan antara perpustakaan yang ada dengan sejumlah perpustakaan yang dijadikan obyek. tentu ada satu sama yang lain terdapat perbedaan tentunya.
Belajar Pengalaman Dari Penggalaman
Sunggguh menakjubkan, peristiwa sebagai akademisi yang kebetulan puluhan tahun bergulat di luar dunia pustaka, memang pada awal menerima surat tugas hampir setengah bulan penulis tidak ada minat turun ke perpustakaan. Ada perasaan di hati wah apakah ini saya dibuang ?. Ataukah masa suram penulis akan tiba, setelah pernah duduk di eselon II / a baik di kampus maupun di luar kampus (pemerintah daerah provinsi Kalimantan Tengah). Tiba-tiba seorang karyawan perpustakaan menjemput, dikira penulis tidak pernah menerima Surat Keputusan. Sebab saat pelantikan penulis sedang berada di kota Semarang. Ajakan itu penulis terima, namun apa yang penulis perbuat, sebab penulis bekerja bukan ahlinya, dan takut kalau terjadi di perpustakaan yang lebih tidak populer lagi. Karena perpustakaan itu harus dikelola oleh mereka yang berlatar belakang ilmu perpustakaan, sedangkan penulis bukan seorang pustakawan.
Kerjasama Dosen
Tujuan kita menulis ini tidak lain sebuah keinginan bahwa para dosen sebaiknya mengajak mahasiswa untuk turut serta datang ke perpustakaan. Karana tentu saja ada mata palajaran tertentu memerlukan buku bacaan tambahan dalam tugas setiap mahasiswa. Dosen yang mau dengan ringan hati da menyisihkan waktu untuk datang ke perpustakaan atau secara sendirian ataukah bersama sejumlah mahasiswa untuk mencari bahan penggayaan dalam proses pembelajaran adalah suatu perbuatan terpuji dalam membina mahasiswa setiap proses perkuliahan. Sebaliknya dosen yang tak pernah datang membaca ke perpustakaan adalah salah satu kelemahan dosen yang merasa sudah pandai dengan ilmu yang ia miliki. Padahan di perpustakaan setiap tahun buku selalu bertambah, dan tidak menutup kemungkinan materi yang disampaikan dengan mahasiswa di saat perkuliahan berlangsung sudah mulai kurang aktul lagi. Sementara buku-buku baru sudah bertambah disertai temuan-temuan baru yang ada kalanya tidak sesuai lagi dengan teori-teori masa lalu.
Ajakan dosen-dosen kepada mahasiswa untuk datang ke perpustakaan itu adalah sebuah perbuatan “...terpuji...” oleh dosen itu sendiri. Karena siapa lagi yang mengajak mahasiswa untuk datang ke perpustakaan kalau tidak dosen yang menyerukan mahasiswa untuk datang ke perpustkaan. Karena mahasiswa yang kurang memiliki bahan pustaka dan sedikit membaca tentu saja alumnus kita ini akan kurang ilmu pengetahuan dan berakibat juga mutu lulusan kurang berkualitas. Sebab perpustakaan itu adalah jantung dari sebuah pergruan tinggi. Sebaliknya karya dosen yang tak kanal lelah mengajar mahasiswanya untuk belajar di perpustakaan itu adalah suatu perbuatan yang terpuji. Walau tidak mendapat imbalan jasa apa-apa demikian juga mahasiswa yang rajin belajar di perpustakaan tentu akan tampil beda jika ia pada waktunya nanti sebagai seorang sarjana. Sebab alumnus kita yang seperti itu, pasti punya banyak ilmu pengetauannya sebagai akibat ia banyak membaca.
Ramah Layanan
Memang sebuah pelayan itu memerlukan yang ramah. Hal itu tidak sebatas melayani mahasiswa dan dosen tapi siapa saja yang datang ke perpustakaan harus diberikan senyum dan keramahan. Setiap petugas layanan penulis ajak agar memberikan pelayanan sebesar kemampuan yang kita miliki. Mahasiswa dan dosen ataupun tamu lain yang datang ke perpustakaan harus diberikan kesan bahwa perpustakaan itu, adalah milik bersama. Bukan perpustakaan milik pribadi, tapi perpustakaan adalah milik kita bersama.
Orang datang ke perpustakaan pasti ada keperluan yang di rumanya tidak ia miliki. Buku-buku di perpustakaan adalah salah satu bantuan untuk apa yang mereka cari. Jangan tamu datang ke perpustakaan dibiarkan begitu saja. Apa lagi jumlah judul buku yang banyak membuat tamu bengung mencari buku yang ia cari. Oleh sebab itu peran petugas perpustakaan membantu memberikan layanan sehingga buku yang ia cari segera ditemukan, sitamupun muncul rasa kepuasan. Akhirnya dilain waktu mereka akan datang lagi untuk mencari apa yang mereka perlukan.
Keramah tamahan tenaga pelayanan di perpustakaan merukan cerminan untuk baik tidaknya pelayanan yang ada di perpustakaan ini sendiri. Sehingga dengan keramahan pelayanan yang diberikan kepada tamu, dapat meningkatkan harkat dan martabat UPT. perpustakaan itu sendiri.
Dosen dan Buku
Penulis bertanya kepada dosen-dosen muda sesaat mereka diterima sebagai Ass dosen baru, yang pertanyaannya adalah: siapa yang memiliki banyak buku bacaan ? dan siapa yang saat ini, telah memiliki buku di atas 20 judul materi kuliah di jurusan/program studinya?.
Pertanyaan tentang siapa yang memiliki banyak buku bacaan hanya 30 % yang mengangkat tangan dan menyatakan memiliki banyak buku bacaan. Walau masih umum, buku bacaan ini tentu sangat luas. Dan setelah ditanya siapa yang telah memiliki buku di atas 20 judul materi kuliah di jurusan/program studinya hanya 10 % yang mempersiapkan dirinya untuk jadi dosen. Karena sebagian besar lainnya dosen termasuk pilihan paling akhir untuk menjadi pegawai.
Sunggguh kasihan kalau dosen mau mengajar mata kuliah tertentu yang ditunjuk oleh jurusan/program studinya, sang dosen muda ini sana-sini cari buku literaturnya. Ini suatu kemiskinan seseorang dosen, yang miskin bahan belajar. Kalau begitu bagaimana kualitas ilmunya?. Siapa tahu ia tidak pernah secara rutin datang ke perpustakaan dimasa ia mahasiswa. Saran penulis sebaiknya walau tak mampu membeli buku yang terkait dengan jurusan/program studi, saat mahasiswa memperoleh buku-buku dari perpustakaan. Sangat disesalnya kalau mau yudisium atau wisuda baru memiliki kartu perpustakaan. Karena kartu perpustakaan sebagai syarat tidak ada pinjaman buku lagi di perpustakaan.
Cendera Mata
Sebuah peristiwa terjadi yang katanya seumur-umur UPT. Perpustakaan Universitas Palangka Raya belum pernah terjadi. Sebagai kepala perpustakaan tentu mengumpulkan daftar kehadiran mahasiswa masing-masing fakultas. Jadi setiap fakultas disediakan 1 buku agenda kehadiran. Beda dengan tahun sebelumnya. 2 peristiwa menarik minat mahasiswa untuk datang berkunjung ke perpustakaan dari masing-masing fakultas siapa yang paling sering datang dan absen juga mencantumkan nomor HP mereka agar bila berhasil mengantungi kehadiran terbanyak ia mudah dihubungi petugas. Ditahun 2019 tepatnya bulan mei dihari Pendidikan Nasional, mahasiswa kaget sehari sebelumnya mereka ditelpon oleh petugas perpustakaan agar ikut apel bendera, dilengkapi dengan baju seragamnya. Selain itu habis upacara bendera mereka dibawa ke lobi perpustakan untuk menerima sertifikat sebagai penghargaan yang telah ditanda tangani Rektor dan kepala UPT. Perpustakaan. Selain itu mahasiswa menerima sejumlah buku yang sesuai dengan bidang keilmuanya. Misal mahasiswa yang aktif datang dari jurusan biologi. Maka mahasiswa itu diberikan buku biologi. Kehadiran mahasiswa itu baik pinjam, baca buku dan berdiskusi di ruang yang telah disiapkan. Maka mahasiswa itu dianggap sebagai duta baca. Dan ia diberikan buku yang yang sesuai dengan bidang ilmu yang ia tempuh, seperti disebutkan di atas.
Mahasiswa yang mendapat hadiah ini tentu tidak tinggal diam. Yang mengabarkan kepada sesama mahasiswa satu sama lain, membuat temannyapun juga termotivasi untuk datang meminjan, membaca dan berdiskusi di perpustakaan. Betapa gembiranya seorang mahasiswa yang menerima buku yang ada kalanya sulit dicari di toko buku. Apalagi setelah menerima sertifikan dan sebutan Duta Baca oleh rektor dan kepala perpustakaan dan mahasiswa yang dengan bagganya dan meletakan sertifikan yang sudah dibingkai dengan pigura yang cukup mahal membuat namanya terangkat ke permukaan dan kabar gembira itu ia tunjukan kepada semua orang termasuk dosen, keta jurusan dan Dekan fakultasnya.
Peristiwa yang sama juga dilakukan di hari kemerdekaan Repubik Indonesia, 17 Agustus 2019 lalu. Dan dihari kemerdekaan ini para Duta Baca mahasiswa dipanggil satu persatu untuk diwawancara oleh Rektor beserta Wakil-wakil Rektor, tentu mahasiswa yang dijadikan Duta Baca ini betul-betul tersanjung. Apa lagi saat itu dihadapat mahasiswa yang baru yang mengikuti upacara hari kemerdekaan, membuat motivasi tersendiri untuk mahasiswa baru agar mereka datang berkunjung dan menjadi angggota perpustakaan di Universitasnya.
Layanan Meningkat
Dari 2 peristiwa di tahun 2019 ini sangat terlihat minat mahasiswa untuk berkunjung ke perpustakaan, apakah hanya membaca, pinjam buku ataukah berdiskusi di ruang yang disediakan. Ternyata ada peningkatan yang sangat signifikan dari masa sebelumnya. Bahkan mahasiswa sambil menunggu jam perkuliahan menyempatkan datang ke perpustakaan karena belum waktunya, bahkan para petugas pelayanan kita masih belum datang mereka sudah menunggu di loby untuk tujuan pinjam buku yang mereka perlukan.
Adapun 2 peristiwa di atas adalah pertama: hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yaitu pada tanggal 2 Mei dan Kedua: hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2019 lalu. Dan daya tarik untuk meningkatkan minat mahasiswa ke perpustakaan itu, tentu berbagai macam yang satu dengan yang lain bisa juga sama dan bisa pula beda tentunya. Karena perpustakaan di negeri kita sangat banyak, penulis menyadari tentu pasti sudah ada kesamaan ada pula perbedaan.
Perpustakaan Digital
Salah satu contoh penulis mencoba dalam rangka meningkatkan layanan digital, UPT. Perpustakaan Universitas Palangka Raya mulai tanggal 25 Mei 2019 Rektor melakukan peluncuran pertamanya dalam mempermudah layanan mahasiswa dan dosen sudah mulai memanfaatkan hal itu. Tapi disisi lain tentu belum seluruhnya mahasiswa dan dosen familiar dengan peralatan supercangggih saat sekarang (pada masanya). Sehingga para mahasiswa dan dosen masih lebih banyak menggunakan cara lama dan datang ke perpustakaan untuk memperoleh data yang mereka butuhnya.
Permintaan yang sering datang adalah para mahasiswa yang ingin tahu, melalui internet. Namun hal ini masih sangat terbatas. Selama ini kita bekerjasama antara orang dalam dengan pusat layanan UPT TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan dengan pihak luar kepada pihak Telkom. Memang dengan TIK ini, masih diperlukan peningkatan kualitas peralatan sehingga bisa menjangkau areal kampus. Selama ini hanya di sekitar kantor perpustakaan, kalau hal ini ditingkatkan dapat jangkau dari fakultas-fakultas yang ada di sekitar perpustakaan itu. Ini yang sangat diharapkan. Para mahasiswa dalam harapan bersama disiapkan tempat-tempat duduk yang teduh bisa membuka internet guna kepentingan mereka. Artinya tidak perlu untuk mereka berjubel membuka internet pada di lantai tertentu pada perpustakaan itu. Tapi bisa pemakai sudah banyak bisa dibuka pada kursi yang disiapkan dan mahasiswa bisa membuka internet di tempat-tempat yang disediakan apakah siang ataukah petang walau jam kerja perpustakaan sudah tutup, tapi pelayanan internet masih dapat dipakai.
Kehadiran perpustakaan Digital adalah dambaan banyak orang. namun dengan hadirnya perpustakaan digital ini dapat memerikan era baru di zaman milinial dewasa ini. Para mahasiswa mahasiswa dan dosen harusnya dengan kehadiran era digital ini dapat termotivasi untuk berpartisipasi dan menyambut kehadiran teknologi baru ini. Mari kita sambut dengan penuh kegembiraan.
Skripsi, Thesis dan Disertasi
Dalam rangka meningkatkan pubikasi ke dunia luar, mulai bulan agustus 2019 dengan mencoba bekerjasama dengan fakultas yang paling besar jumlah alumnusnya yaitu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ternyata berhasil. Jadi setiap mahasiswa yang sudah menyelesaikan Skripsi, Thesis dan Disertasi diminta sub copynya untuk diserahkan dengan CD dan sudah dimulai dipublikasikan. Namun masih terkendala kapasitas paralatan yang sangat terbatas.
Dengan demikan sudah disusun juklak materi yang akan ditayangkan apakah seluruh dari judul hingga daftar pustaka, ataukah pada bagian-bagian tertentu saja. Dan bagaimana hakciptanya nanti agar dapat dipertanggung jawabkan.
Tumpukan Skripsi
Saat pertama kali penulis datang ke perpustakaan sudah melihat tumpukan skripsi di lantai 5 yang muncul dalam pemikiran penulis bahwa diapakan skripsi mahasiswa yang ditempatkan sebagai difosit karya ilmiah yang tak berguna. Kenapa tidak dtempatkan disebuah bangunan tersendiri agar tidak terjadi mubazir seperti itu. Kenapa demikian karena skripsi yang jumlahnya ribuah buah diletakan di lantai paling atas, apakah tidak disuatu saat terjadi runtuh karena faktor keberatan.
Maunya penulis skripsi yang banyak itu dibangunkan sebuah bangunan yang menampung karya ilmiah mahasiswa itu sebaggai kekayaan intelektual mereka. Untuk menghindari faktor keruntuhan disebabkan beratnya beban kekayaan intelektual itu, alanggkah indahnya jika sekiranya disediakan tempat pada bangunan tertentu untuk menyimpan Hak intelektual Indonesia itu, skripsi, thesis dan disertasi ditempatkan dibanggunan tersendiri. Sementara ruang tersebut bisa dijadikan ruang diskusi dan rapat-rapat. Agar di lantai tersebut sangat berat menyimpan rak yang berisi karya ilmiah mahasiswa itu. Dan dketahui bersama di Universitas Palangka Raya dilaksanakan wisuda 3 kali dalam setahun, jika mahasiswa yang diluluskan hampir 2000 orang, maka beban yang disandang di atas akan tambah berat setiap 4 bulan sekali. Sehingga beban yangg berat di atas itu bisa menghindari dari kerusakan.
Lokasi Perpustakaan
Istilah jauh dekat sebenarnya di jaman teknologi digital sekarang membuat perpustakaan ada di rumah kita. Kenapa demikian? Karena asalkan kita punya wifi, kita dapat membuka buku yang tersimpan di perpustakaan. Jadi buku-buku yang tersedia serta disimpan di perpustakaan walau jaraknya nan jauh di sana, tapi dengan kecanggihan teknologi dewasa ini, kita bisa dapat membaca tulisan-tulisan ilmiah tersebut.
Jadi dengan demikian perpustakaan walau dengan jarak nanjauh di sana, tapi masih sangat penting bagi kalanggan mahasiswa dan dosen untuk mencari data dan masyarakat untuk kepentingan ilmiah.
Perpustakaan Unsiayah
Sebelum perpustakan di ujung barat kepulawan RI yakni Universitas Syeh Kuala Banda Aceh, yangg memiliki 2 tangga dan 2 lips sehingga memberikan kenyamanan bagi mahasiswa dan dosen serta karyawan baik untuk naik maupun turun.
Perbedaan dengan kebanyakan perpustakaan perguruan tinggi layanan perguruan tingginya. Untuk sebagian besar pergguruan tinggi punya mahasiswanya warga negara Indonesia sedangkan di Banda Aceh banyak mahasiswa berasal dari dari negeri tetangga seperti malaysia dan singapora.
Jam Pelayanan
Dengan banyaknya mahasiswa dan tentu saja pelayanan tidak cukup kalau dilaksanakan dari jam 08.00 – 16.00 maka pelayanan ditambah berangsung jam 21.00 sehingga pelayanan dapat membantu mahasiswa yang seharian di siang hari kuliah. Maka mereka mencari buku di malam hari ke perpustakaan pada jam-jaam yang ditentukan.
Kesimpulan
1.Penulis mengajak para dosen agar mau memotivasi mahasiswanya untuk datang ke datang berkunjung perpustaaan. Tapi bukan hanya berkunjung tapi juta meminjam buku, membaca dan berdiskusi di tempat-tempat yang telah disediakan. Sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa di era digital sekarang.
2.Penulis mencoba mengurai dan menyampaikan keadaan yang sebenarnya tentang perpustakaan sebagai upaya saling tukar-menukar informasi tertulis kepada sesama tentang perpustakaan perguruan tinggi di tanah air.
3.Penulis mengajak agar karyawan di perpustakaan dapat memberikan layanan yang ramah kepada semua tamu, sehingga penggunjung tidak lagi malas untuk datang ke perpustakaan. Akhirnya setiap pengunjung tidak akan jera berkunjung ke perpustakaan dan dengan terjadinya pemikiran bahwa perpustakaan tidak lagi menggoleksi buku-buku lama dan kurang menyenangkan. Tapi terdapat buku-buku baru dan layanan baru seperti fasilitas digital.
4.Penulis berupaya menggajak para mahasiswa dan dosen untuk menyambut kehadiran era digital di dunia perpustakaan membuktikan bahwa era digital adalah sebuah cakrawalan baru balam dunia pendidikan.
Keterangan:
Penuis adalah: H.M.Norsanie Darlan, kepala UPT. Perpustakaan Universitas Palangka Raya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar