Kamis, 16 Juli 2020
DINAMISASI KEARIFAN LOKAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA YANG BERKEMAJUAN
Makalah:
DINAMISASI KEARIFAN LOKAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA YANG BERKEMAJUAN
Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
Pendahuluan
Buku ini ditulis untuk tujuan menyampaikan apa sebetulnya diminasi kearifan lokal dalam masyarakat Indonesia yang berkemajuan untuk makalah dalam rangka seminar nasional Pra Muktamar Muhammadiyah ke-47 Agustus 2015 yang dalam seminar ini, akan tentang strategi Dakwah kultural Muhammadiyah oleh pimpinan pusat Muhammadiyah masing-masing: Prof. Dr. H. Dadang Kahymad, M.Si dan Prof. Dr. Ishomuddin. Sebagai moderator H. Syairi Abdullah. Sedangkan makalah lain berjudul: diminasi kearifan lokal dalam masyarakat Indonesia yang berkemajuan yang dipaparkan materi dari pengurus pusat oleh: Alpha Amirrachman, Ph.D dan dari wilayah: Prof. Dr. H.M. Norsanie Darlan, MS PH. Dengan moderator: Dr. Sidik Rahman Usop, MS. Lokakarya tentang Kebijakan Pertanahan (Kepala BPN RI) moderator: Dr. H.M. Yusuf, MAP. Dan Peranan Majelis Wakaf dan Keharta Bendaan PP Muhammadiyah sebagai moderator: Sanawiyah, M.H. Untuk lebih jelaskan khusus materi seminar tentang: diminasi kearifan lokal dalam masyarakat Indonesia yang berkemajuan sebagai berikut: Dinamisasi Dengan penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dsb. Bila kita memperhatikan dalam sudut pandang lain yang menyebutkan: Dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju, misalnya: –Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat; –Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang; -Seorang mahasiswa terus berusaha dalam masa kuliahnya dapat lulus menjadi sarjana sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Tidak mau menunda-nunda kalau perlu lulus menggapai sarjana lebih cepat; -Seorang dosen tidak akan puas jika hanya berizajah S-2 saja tapi berupaya untuk mencapai gelar Doktor dan tidak habis sampai disitu. Namun kapan ia mendapatkan derajad tertinggi sebagai dosen menjadi guru besar (Profesor). Untuk mencapai apa yang disebutkan di atas, tidak terlepas dari sebuah program dinamisasi seperti yang kita rencanakan. Menurut: Ukhti Aulia Rakhmah (2012) bahwa :”...Keterhubungan konsep ideology yang pertama menurut John Storey di atas dengan Ideologi Muhammadiyah, haruslah disertai dengan catatan. Karena salah satu karakter dari ideology yang merupakan pelembagaan gagasan-gagasan tertentu adalah totalitas dan statis, dan jika totalitas dan ke-statis-an menjangkiti Ideologi Muhammadiyah, maka akan mengalami kontradiksi diri, sebab Islam Berkamajuan adalah Islam yang mendorong “…hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia…” dan “…memayungi kemajemukan…”. Totalitas adalah oposisi bagi kemajemukan dan hidup statis adalah oposisi bagi kedinamisan, sebagaiman yang bathil adalah oposisi bagi yang haq. Inilah yang disebut oleh Ali Syariati sebagai “Ideologi Terbuka” sebagai oposisi bagi “ideology tertutup”. Ideologi terbuka adalah ideology yang mengutamakan kedinamisan dan kemajemukan dalam perjuangannya menciptakan tata kehidupan yang lebih adil, egaliter dan lebih baik. Muhammadiyah memiliki prinsip pemikiran Purifikasi dan Dinamisasi. Proporsional ketika membedakan antara masalah agama (aqidah dan ibadah) dan masalah dunia (muamalah). Purifikasi dan Dinamisasi merupakan substansialisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam terhadap situasi kontemporer. Purifikasi itu sendiri secara harfiyah berarti pemurnian. Pemurnian itu dikenakan pada bidang aqidah dan ibadah. Muhammadiyah sepanjang sejarahnya telah melaksanakan pemurnian itu. Muhammadiyah melakukan purifikasi terhadap hal-hal yang memang dilarang oleh agama karena berkaitan langsung dengan syirik, misalnya pemujaan terhadap kuburan dan orang yang ada di dalamnya. Meminta berkah dari orang yang sudah meninggal dan menjadikannya sebagai wasilah dalam berdoa kepada Allah adalah perbuatan syirik. Perilaku ini bertentangan dengan ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah itu dekat, Allah mendengarkan doa hambanya, Allah maha mendengar dan maha tahu. Allah mengecam orang-orang musyrik yang menjadikan patung orang yang sudah wafat itu sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Mitos-mitos yang berkembang menjadi mitologi, yang oleh Muhammad Arkoun dipadankan dengan khurafat, mengandung kepercayaan terhadp eksistensi kekuasaan di samping Tuhan. Mitos-mitos itu harus dibersihkan karena mengganggu aqidah. Contoh-contoh dinamisasi ideology Muhammadiyah di kehidupan yang global ini sudah ada sejak masa K.H Ahmad Dahlan, yaitu saat K.H Ahmad dahlan pendiri Muhammadiyah beliau memakai biola dalam mengajar mengaji, pemakaian meja dan kursi di madrasah yang beliau dirikan. Dan contoh contoh dinamisasi di zaman sekarang antara lain, dakwah seluler, blog-blog dakwah di dunia maya, penggunaan al-qur’an digital, Maktabah Syamilah, penggunaan telepon seluler untuk berkomunikasi dan msih banyak lagi. Dengan memperhatikan konsep-konsep di atas, dalam muktamar Muhammadiyah ke-47 awal bulan Agustus 2015 di Makassar, akan muncul konsep-konsep baru dalam pembahuan yang berkemajuan. Dengan demikian Ideology Muhammadiyah dalam perspektif global cenderung menjurus ke prinsip pemikiran Dinamisasi. Yakni penyesuaian muamalah dengan perkembangan zaman. Islam dan Muhammadiyah tidak mengekang ummatnya dalam keterpurukan dan keterbelakangan. Selama hal tersebut tidak menyinggung masalah ibadah dan aqidah, dinamisasi bukan sesuatu yang jelek. Pengertian Kearifan Lokal Sebelum membahas apa arti dari kearifan lokal. Pasti diantara para pembaca belum begitu paham/mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan kearifan lokal itu? Apakah itu sebuah makanan ? Atau sebuah mainan ? yang jelas hal itu, bukan keduanya.
Karena pengertian kearifan lokal yang sebenarnya adalah sebagai berikut : Kearifan lokal, menurut: Norsanie Darlan (2012) bahwa:”... terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau lokasi setempat. Jadi kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertama dan diikuti oleh anggota masyarakatnya...”. Arti Kearifan lokal menurut: Norsanie Darlan (2012) dikaji dari asal kata arif, menurut tokoh bahasa: Hasan Alwi (2002;65) adalah:”…dalam melakukan sesuatu dengan secara bijaksana, cerdik, pandai, dan berilmu yang cukup, dengan penuh kehati-hatian…”. Atau istilah lain:”berarati” Untuk membangunan tanpa ada pemihakan terhadap kelompok tertentu. Namun tidak perlu memisahkan diri, dari adanya budaya lokal. Budaya lokal yang baik, harus kita pelihara searif mungkin. Agar tidak hilang begitu saja dari peredaran. Termasuk juga budaya lokal yang ada di kalimantan tengah tentu tidak boleh hilang tergilas zaman. Sejauh budaya tadi bersifat positif buat semua orang atau masyarakat. Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah sebuah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional, namun sampai saat ini masih menjadi idaman masyarakat. Salah satunya budaya lokaql positif pemakaian butik adat Dayak sudah bisa dipakai di mana saja tidak sebatas di kalimantan tengah tapi juga dipakai di mana-mana. Masih banyak yang lainnya yang tak dapat disebut satu persatu dalam kesempatan ini. Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan beliau dapat dilihat bahwa kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi. Di kalimantan tengah menurut Norsanie Darlan (2014) bahwa: “...sejak awal tahun 80-an bagunan perkantoran mulai menyesuaikan dengan atap betang (rumah adat) yang ada di kalteng...”. Berangkat dari semua itu, kearifan lokal adalah persoalan identitas. Sebagai sistem pengetahuan lokal, ia membedakan suatu masyarakat lokal dengan masyarakat lokal yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari tipe-tipe kearifan lokal yang dapat ditelusuri:
1. Kearifan lokal dalam hubungan dengan makanan: khusus berhubungan dengan lingkungan setempat, dicocokkan dengan iklim dan bahan makanan pokok setempat. (Contoh: Sasi laut di Maluku dan beberapa tempat lain sebagai bagian dari kearifan lokal dengan tujuan agar sumber pangan masyarakat dapat tetap terjaga).
2. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pengobatan: untuk pencegahan dan pengobatan. (Contoh: Masing-masing daerah memiliki tanaman obat tradisional dengan khasiat yang berbeda-beda).
3. Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi: Tentu saja berkaitan dengan sistem produksi lokal yang tradisional, sebagai bagian upaya pemenuhan kebutuhan dan manajemen tenaga kerja. (Contoh: Subak di Bali; di Maluku ada Masohi untuk membuka lahan pertanian, dll.).
4. Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan: disesuaikan dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut (Contoh: Rumah orang Eskimo; Rumah yang terbuat dari gaba-gaba di Ambon, dll.).
5. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pakaian: disesuaikan dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah itu.
6. Kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia: sistem pengetahuan lokal sebagai hasil interaksi terus menerus yang terbangun karena kebutuhan-kebutuhan di atas.
(Contoh: Hubungan Pela di Maluku juga berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan pangan, perumahan, sistem produksi dan lain sebagainya). Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan (Van Peursen, 1976:10-11). Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan menurut: Ali Moertopo, (1978;12) adalah ”...manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan...”.
Dalam perspektif di atas, realitas yang sebenarnya adalah masa kini (present) dengan segala permasalahan yang dihadapkan kepada manusia di dalam lingkungan hidupnya. Masa kini sebagai realitas adalah hasil interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Bila perubahan lingkungan fisik membuat manusia harus mensiasatinya dan melahirkan budaya-budaya yang terus menerus disesuaikan, maka perubahan-perubahan budaya itu juga mesti disiasati demi keberlangsungan hidup manusia. Posisi Kearifan Lokal Guna Pemecahan Masalah Masa Kini Tidak dapat dipungkiri, saat ini dunia mengalami permasalahan yang belum pernah dialami sebelumnya. Setelah terjadi dua kali perang dunia yang meluluhlantahkan segi-segi kemanusiaan, maka sistem pengetahuan modern yang menjadikan manusia dengan kemampuan rasio-nya sebagai tuan atas dirinya dan dunia pun mulai dikritik. Kritik-kritik itu datang karena ketidak mampuan rasio modern mengeliminasi kehancuran-kehancuran yang ditimbulkan akibat kepentingan di balik setiap penemuan-penemuan di bidang ilmu dan teknologi. Saat ini dunia kembali berhadapan dengan situasi lain, yaitu perubahan iklim yang tidak lagi menentu. Sekali lagi rasio modern yang menjadikan pembangunan sebagai salah satu proses penting mendapat tantangannya.
Dengan alasan pembangunan, lingkungan tempat hidup manusia diobrak-abrik, kota-kota baru dibangun, tambang-tambang baru dibuka, hanya untuk memenuhi nafsu konsumsi manusia. Pada tahap itulah, ketika manusia dengan rasio modernnya telah bingung berhadapan dengan alam karena sudah tidak mampu lagi menguasainya, kearifan lokal memperoleh tempatnya kembali. Keharmonisan dengan lingkunganlah yang dapat menjamin masa depan manusia. Hal itu tentu saja telah dibuktikan lewat proses panjang kehidupan leluhur dalam komunitas-komunitas lokal dalam mensiasati alam lewat budaya yang arif dan bijaksana. Dalam beberapa kasus, konflik di Maluku misalnya, ketika kemampuan pengetahuan ilmiah dalam hubungan dengan manajemen konflik sepertinya sudah tidak mampu menemukan solusi terbaik, hanya kearifan lokal yang menjadi titik balik semua itu. Pertayaan yang muncul tentu bagaimana kearifan lokal dalam menembus dunia modernisasi dewasa ini. Hal itu tidak terlepas dari apa yang dikatakan di semua pihak agar tidak merasa terpisahkan dengan kehadiran yang ada dalam berbagai segi kehidupan modern. Masyarakat Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Pengertian Masyarakat (Pengertian Masyarakat) Istilah “masyarakat” merupakan terjemahan dan kata society (Inggris). Sedangkan istilah society berasal dan societas (Latin) yang berarti “kawan”. Lantas, apa masyarakat itu? Apa itu Masyarakat Dalam literatur ilmu-ilmu sosial, ada banyak definisi mengenai masyarakat. Beberapa pengertian Masyarakat menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Pengertian masyarakat menurut: Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm, (1998) adalah “…sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif independen dan orang orang di luar wilayah itu, dan memiliki budaya yang relatif sama…”.
2. Definisi Masyarakat menurut: John J. Macionis, (1997) adalah “…orang orang yang berinteraksi dalam sebuah wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama…”.
3. Pengertian masyarakat dalam Wikipedia, adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa dipahami sebagai sekelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan bersama.
4. Adam smith menulis bahwa: “…sebuah masyarakat dapat terdiri dari berbagai jenis manusia yang berbeda, yang memiliki fungsi yang berbeda (as among different merchants), yang terbentuk dan dilihat hanya dari segi fungsi bukan dari rasa suka maupun cinta dan sejenisnya, dan hanya rasa untuk saling menjaga agar tidak saling menyakiti "may subsist among different men, as among different merchants, from a sense of its utility without any mutual love or affection, if only they refrain from doing injury to each other…."
5. Pengertian masyarakat menurut Linton adalah :”…sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga dapat terbentu organisasi yang mengatur setiap individu dalam masyarakat tersebut dan membuat setiap individu dalam masyarakat dapat mengatur diri sendiri dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batasan tertentu…”.
Dalam Ensiklopedi Indonesia, Pengertian Masyarakat ada tiga yaitu:
(1)Bentuk tertentu kelompok sosial berdasarkan rasional yang ditranslasikan (diterjemahkan) sebagai masyarakat patembayan dalam bahasa Indonesia, lalu kelompok sosial lain yang tetap berasaskan pada ikatan naluri kekeluargaan (family) disebut gemain-scaft atau masyarakat Paguyuban
(2)masyarakat berdasarkan ensiklopedi manusia yaitu merupakan keseluruhan masyarakat manusia meliputi seluruh kehidupan bersama
(3), Menunjukkan suatu tata kemasyarakatan tertentu dengan ciri sendiri (identitas) dan suatu otonomi (relatif) seperti masyarakat barat, masyarakat primitif yang merupakan suku yang belum banyak berhubungan dengan dunia sekitarnya. Karakteristik masyarakat adalah:
1. Aglomerasi dari unit biologis dimana setiap anggota dapat melakukan reproduksi dan beraktivitas
2. Memiliki wilayah tertentu
3. Memiliki cara untuk berkomunikasi
4. Terjadinya diskriminasi antara warga masyarakat dan bukan warga masyarakat
5. Secara kolektif menghadapi ataupun menghindari musuh. (Basic of Society oleh Ayodoha Prasad, goolebooks)
Dan berbagai definisi yang ada, dapat dicatat beberapa unsur penting masyarakat sebagai berikut:
1. Adanya sekelompok manusia yang hidup bersama. Dalam hal ini, tidak dipersoalkan berapa jumlah manusia yang hidup bersama itu. Sedikitnya ada dua orang.
2. Kehidupan hersama tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Ungkapan “cukup lama” bukanlah sebuah ukuran angka. Melainkan, hendak menunjukkan bahwa kehidupan bersama tersebut tidak bersifat insidental dan spontan, namun dilakukan untuk jangka panjang.
3. Adanya kesadaran di antara anggota bahwa mereka merupakan satu kehidupan bersama. Dengan demikian, ada solidaritas di antara warga dan kelompok manusia tersebut.
4. Kelompok manusia tersebut merupakan sebuah kehidupan bersama. Maksudnya, mereka memiliki budaya bersama yang membuat anggota kelompok saling terikat satu sama lain.
Berkemajuan Dalam Ikhtiar Membangun Masyarakat Islam Berkemajuan Indonesia gemah ripah loh jinawi. Menurut: H. Dadang Kahmad, (2014) Islam sebagai agama terbesar menjadi nilai bersama, yang terejawantah dalam keseharian. Sejahtera dan damai menjadi kenyataan yang dirasakan bersama. Begitulah mimpi kita, umat Islam Indonesia yang lahir, hidup dan mengabdi di bumi pertiwi, kalau di kalimantan tengah, tentu di bumi Tambun Bungai. Namun sayangnya, meski usia bangsa ini telah tujuh dasawarsa, hingga kini belum semua orang merasakan sejahtera. Mudah-mudahan, akan mampu mengakselerasi capaian kemajuan yang dicita-citakan bersama bangsa. Sebagai organisasi Islam terbesar ke 2, Muhammadiyah dilahirkan di Indonesia untuk mencapai masyarakat utama, umat terbaik. Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke adalah ladang tebaran dakwah. Puluhan ribu amal usaha berkembang sebagai praksis kesalehan organisasi-sosial. Praktik nyata menjalankan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya untuk menyatukan kebaikan dalam satu jamaah. Jihad untuk menjadikan Indonesia berkemajuan harus terus dilakukan. Bagi kader Muhammadiyah, tidak ada kata berhenti untuk mengabdi kepada persyarikatan, umat dan bangsa di negeri tercinta ini. Tulisan yang tertuang dalam buku ini bukanlah gagasan besar. Hanya ide sederhana, berdasarkan pemahaman keilmuan dan pengalaman yang dirasakan. Idenya pun terus menggelinding dan berkembang tanpa batas, seiring dengan informasi, diskusi dan bacaan yang dilakukan. Dinamika pemikiran yang terus bergejolak, seiring dengan berbagai persoalan yang perlu dianalisis, dipikirkan, dituangkan dalam bentuk tulisan dan dilaksanakan sesuai kapasitas. Tema terakhir berbicara soal dakwah, zikir dan kesalehan. Dakwah sebagai proses pencerahan untuk memperbaiki kehidupan, ikhtiar sistematis dan jangka panjang untuk perubahan sosial, harus disertai dengan peningkatan derajat spiritualitas dan kesalehan. Kesalehan yang tidak hanya bersifat individual, tapi juga sosial. Begitulah seharusnya seorang kader Muhammadiyah, saleh secara spiritual, sosial dan bermanfaat luas bagi lingkungan. Dengan demikian untuk mencapai apa yang disebut dengan berkemajuan, adalah sebuah konsep membangun bangsa untuk masa depan kita semua. Muktamar Istilah Muktamar dipakai oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU), untuk tahun ini pada tanggal 18-22 Syawal 1436 H / 3 – 7 Agustus 2015 Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar. Berbicara apa arti muktamar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia arti muktamar adalah:”... Nomina (kata benda) konferensi; kongres; rapat; perundingan; pertemuan organisasi...”. Sehubungan dengan hal ini, warga muhammadiyah Insya Allah berduyung-duyung berkunjung ke Makassar untuk melihat, menghadiri perristiwa Akbar ini. Penulis 22 tahun silam juga ikut ke Banda Aceh untuk ikut meramaikan Muktamar di sana. Sehingga kita akan tahu perkembangan baru dalam Islam dewasa itu. Termasuk pula Muktamar yang diselenggarakan di Makassar ini, sebuah kota terbesar di kawan timur negeri kita tercinta ini. Dalam setiap muktamar, tentu pembicara, pemateri akan tampil baik yang berkelas nasional maupun internasional. Sehingga perkembangan dunia saat itu akan kita ketahui. Dalam muktamar kita berharap:
(1) Muktamar ialah permusyawaratan tertinggi dalam Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
(2) Anggota Muktamar terdiri atas: a.Anggota Pimpinan Pusat b.Ketua Pimpinan Wilayah c. Anggota Tanwir Wakil Wilayah d. Ketua Pimpinan Daerah e.Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan Daerah, terdiri atas wakil Cabang berdasarkan perimbangan jumlah Cabang dalam tiap Daerah f.Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.
(3) Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun. (4)Acara dan ketentuan lain tentang Muktamar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Semoga peristiwa langka lima tahunan itu, sukses dan menghasilkan berbagai kemajuan dimasa datang bagi Muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.
Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, makalah, Jakarta.
Darlan, H.M.Norsanie, 2002. Pengembangan Model Pelatihan Keterampilan Bagi Masyarakat Desa Tertinggal Kawasan Pesisir Pantai, Disertasi Doktor, UPI, Bandung.
------------, 2012. Seminar Pembangunan daerah berbasis kearifan lokal (Huma Betang), DPR-RI, Jakarta.
------------, 2014. Implementasi Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran, BP2PNFI Regional IV Kalimantan, Banjarmasin. Kahmad, H. Dadang, 2014. Ikhtiar Membangun Masyarakat Islam Berkemajuan, Arsad Press dan Media Center PP Muhammadiyah Jakarta. Moertopo, Ali, 1978. Manusia humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan, Jakarta.
Moelyono, Anthon, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diknas RI, Jakarta.
Rakhmah, Ukhti Aulia, 2012. Sosiologi Dan Antropologi Masyarakat Indonesia, Makalah, Fakultas Kedokteran, Yogyakarta.
Penulis: Prof. Dr. H.M. Norsanie Darlan, MS PH Guru Besar S-1 dan S-2 PLS/PNF, sekarang kepala UPT Perpustakaan Universitas Palangka Raya dipublikasikan 28 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar