Kalteng Dinilai Sangat Layak Jadi Ibu Kota Negara
Jumat, 25 Januari 2013 | 21:07
"Kalau Ibu Kota Republik Indonesia dipindahkan dari DKI Jakarta Raya (Jaya) ke Palangka Raya, Kalteng, setidaknya ada tujuh keuntungan," imbuhnya di Kalteng, Jumat (25/1).
Pendapat Guru Besar perguruan tinggi negeri tertua di Bumi Isen Mulang Kalteng itu dikemukakan menanggapi pro-kontra terhadap pemindahan Ibu Kota RI, termasuk ke kota cantik Palangka Raya, yang belakangan cukup ramai menjadi pembicaraan.
Namun mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) itu lebih cenderung menyukai, kalau Ibu Kota Pemerintahan RI pindah dari DKI Jaya ke Palangka Raya, yang sejak lama dipersiapkan dan menjadi impian mendiang Presiden Soekarno.
Ia menyatakan, beberapa keuntungan jika Ibu Kota RI pindah ke Palangka Raya, antara lain ibu kota Kalteng berada di pulau terbesar di tanah air. Posisiya juga di tengah-tengah pulau, sehingga sudah pasti aman dari tsunami.
Apalagi selama ini Bumi Borneo dikenal sebagai daerah relatif aman dari ancaman berbagai bencana alam, karena tidak memiliki gunung berapi aktif, serta bebas tsunami akibat gempa tektonik.
Selain itu, selama berabad-abad, belum pernah ada gempa. Bahkan dalam sudut pandang ilmu pengetahuan, juga Kalimantan tidak mudah terkena gempa, serta terbebas dari banjir seperti kejadian di DKI.
Kemudian, jika jadi Ibu Kota RI di Palangka Raya, tentu harus ditata dengan baik dan mudah penataannya. Karena tidak akan terjadi seperti di Jakarta atau kota-kota lain untuk pembebasan lahan dengan biaya dan risiko yang terlalu besar.
Sebagai contoh di Palangka Raya tentu tidak akan menggusur penduduk seperti pada beberapa kota lain, karena masih banyak tersedia lahan, lanjut pria kelahiran Anjir Kapuas Kalteng yang meniti karier mulai dari pegawai rendahan itu.
Keuntungan lain, jika Ibu Kota RI pindah ke Palangka Raya, bila pemerintah pusat memanggil instansi untuk datang, maka komunikasi dan transportasi dari kawasan barat maupun timur tidak terlalu jauh.
"Pasalnya, Kota Palangka Raya ada di tengah-tengah negeri nusantara Indonesia," lanjut Guru Besar yang banyak mengeluti Pendidikan Luar Sekolah (PLS) atau Pendidikan Non Formal tersebut.
Oleh sebab itu, kata Norsanie, tidak salah kalau impian presiden pertama RI, dengan pemikiran yang cukup visioner, menjadi perhatian bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar