Budaya Masyarakat Dayak Dalam
Investasi SDM Masa Depan
Tulisan ini diturunkan
yang kedua kalinya setelah diterbitkan dalam jurnal ilmiah pendidikan dan
kebudayaan RI, walau dalam konsep yang sedikit berbeda. Dengan melakukan retruspektif
kurun waktu 30-40 tahun silam, terhadap
upaya masyarakat Dayak dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) ke masa
depan. Khususnya dalam hal dunia pendidikan.
Di
perkampungan masyarakat Dayak dimasa lampau tidak semua desa berdiri sekolah dasar.
Apa lagi SLP ataupun SLTA. Umumnya mereka yang bercita-cita luhur, karena di
desanya belum berdiri sekolah, maka mereka menitip anaknya untuk ditinggal di
tempat keluarganya sekampung, atau tetangga desa agar anaknya bisa sekolah di
sana. Dimasa lampau belum mengerti tempat kos seperti dewasa ini. Maka bila
anak ingin memperoleh pendidikan yang memadai, ia harus rela meninggalkan
kampong halaman dan sanak saudaranya ke kota, demi mencari pendidikan. Buat
masa depan mereka sendiri dan keluarganya.
Dalam tulisan
ini, akan diuraikan beberapa peristiwa seseorang yang ingin hidup layak kemasa
depannya. Dengan berjuang harus merantau ke kota yang memiliki fasilitas
belajar sudah lengkap sampai ia mendapatkan pekerjaan yang layak dan perlu
dicontoh oleh yang lain sebagai investasi dalam keluarga pada dunia pendidikan.
Untuk
mempermudah dan menjadikan rujukan maka penulis dalam kesempatan berikut mengambil
berbagai arti yang ada pada judul tulisan ini untuk memperkaya khasanah materi tulisan
ini, sebagai berikut:
Beberapa Pengertian:
Arti Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sangsakerta yaitu buddhaya, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian budaya adalah suatu kebiasaan seseorang
atau sekelompok warga masyarakat yang tinggal di suatu tempat tertentu. Budaya
juga yang ada kalanya antara satu dengan kelompok yang lain terjadi perbedaan.
Hal ini, disebabkan punya kebiasaan antara satu sama yang lain yang tidak sama.
Apakah karena faktor lingkungan ataukah karena alamnya yang manusia di sekitar
menyesuaikan terhadap kehidupan yang ada di sekitar mereka.
Arti masyarakat Dayak: Oleh: Tumanggung Sandipa, (2010)
ialah:”…Dayak bukanlah sebuah realitas objektif yang kuno, melainkan sebuah
konstruksi yang relatif modern. Kalangan ilmiawan, para antropoloh telah
memberikan kontribusi yang bearti dalam pembentukan identitas masyarakat Dayak,
baik pada masa kolonial maupun pasca kolonial…”..
Masyarakat
Dayak tidak beda dengan masyarakat lainnya di tanah air. Hanya saja mereka
lahir, hidup dan dibesarkan di pulau Kalimantan. Di Kalimantan banyak anak suku
Dayak yang umumnya sering terjadi berbeda kultur satu sama lain. Sebenarnya
dalam arti luas mereka sama dengan kehidupan bercocok tanam seperti masyarakat
lain di pulau-pulau yang ada di negeri ini. Hanya saja saat pemerintahan
koloneal Inggris ada membuat perpecahan antara satu kelompok dengan kelompok
lain. Seperti orang dayak yang tinggal di pesisir kehidupannya beda dengan yang
tinggal di pedalaman. Ada pula politik pecah belah yang muncul di masa penjajah
Inggris jika orang Dayak masuk Islam mereka harus merubah nama sukunya. Seperti
di Kalimantan barat berubah status dengan suku melayu. Ini juga terjadi di
sumateri. Di Kalimantan tengah khususnya sungai barito dan katingan. Warga Dayak
yang memeluk Islam harus merubah nama anak sukunya menjadi bakumpai. Sebetulnya
ini politik perpecahan. Yang paling kuat adalah suku-suku warga Batak di
sumatera utara, apakah ia marga Hasibuan, Nasution, Harahap, dll. Kalau masuk
Islam tidak berubah nama marganya.
Sekarang apa arti Investasi yaitu adalah “…mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada sesuatu dengan harapan disuatu saat mendapat keuntungan financial…”.
Dalam hal di atas, masyarakat Dayak ber-investasi buat masa dapan keluarganya dengan membiayai anaknya untuk bersekolah yang karena di desanya belum ada fasilitas pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian arti investasi disini adalah investasi jangka panjang yang terkadang orang tua yang menginvestasikan anaknya belum tentu sempat menikmati hasil yang mereka harapkan. Karena investasi dalam dunia pendidikan beda dengan investasi usaha. Investasi pendidikan memakan waktu yang cukup lama.
Arti SDM adalah:
singkatan dari kata sumber daya manusia. Istilah sumber daya
manusia apabila disingkat yaitu menjadi SDM. Akronim SDM (sumber daya
manusia) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia.
Sekarang bagaimana arti masa depan adalah sebuah rencana atau cita-cita dari seseorag
maupn keluarga yang berharap akan terjadi perubahan ke masa depan jika keluarga
mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi di lingkungan masyarakatnya. Namun
di lingkungan mereka masa itu, anak yang berpendidikan tinggi semakin kecil
kesempatan untuk dapat kembali ke kampung halaman. Karena lulusan SGB, SGO, SPG
dan PGA yang dapat bertugas menjadi guru dan bisa kembali ke kampung halaman.
Tapi yang sudah lulusan perguruan tinggi, setuju tidak setuju, mau atau tidak
mau mereka harus mengabdikan dirinya di kota.
Beberapa investasi SDM
Ada beberapa contoh kejadian tentang investasi pendidikan
bagi masyarakat Dayak apakah berasal dari pedalaman ataukau masyarakat pesisir sebagai berikut:
1.seorang anak bangsa
bernama: Diarsyad Isam, yang lahir di desa Luwuk Kantor 28 maret beberapa bulan
sebelum negeri ini merdeka. Lokasi ini di batang sungai Rungan mau sekolah,
tapi belum ada sekolah yang diingini di desanya. Sang anak yang ingin menikmati
dunia pendidikan lebih tinggi itu. Salah satu pilihan harus pergi ke kota yaitu
ke Kuala Kapuas yang jarak desa ke kota saat itu karena jauhnya dan dengan
mendayung perahu dengan melayari sungai rungan
sungai kahayan, dan hingga pada sungai Dayak Besar melalui Anjir
Kalampan. Di kota Kuala
Kapuas tersedia pendidikan dari sekolah Rakyat, Sekolah Guru Bantu (SGB) dan
sekolah guru atas (SGA).
Bagai mana orang tua mau
mengirim kabar, dan biaya hidup anaknya. Tentu sulit. Karena saat itu, tidak
tersedia fasilitas kantor pos. Yang ada setiap bulan ada pedagang dari
Banjarmasin yang melayari sungai Barito, menembus ke Kuala Kapuas via Anjir
Serapat. Kemudian masuk di terusan Anjir Kelampan dan melayari sungai Kahayan
hingga menelusuri sungai Rungan.
Pedagang ini menjual: beras,
gula, minyak, tembakau, dan berbagai kebutuhan hidup masyarakat di pedalaman.
Hingga sampai ke desa Luwuk Kantor mencapai setengah bulan. Anak yang
diinvestasikan orang tuanya ke Kuala Kapuas. Pedagang ini melayari sungai-sungai di sebutkan di
atas, bukan tidak berhenti. Mereka setiap desa bertahan dan terjadi perdagangan
berupa menjual sembako desa-desa itu. Sesampainya di desa kelahiran anak muda
itu barang dagangan sudah mulai habis terjual. Peristiwa barterpun masih ada
saat itu. Jadi pedagang menjaul barang dagangannya, penduduk yang punya kebun
karet, rotan dijual kepada pedagang itu. Sisa harga karet dan rotan setelah
barter, dititipkan uangnya lewat pedagang tadi.
Buat biaya hidup anaknya sekolah di Kuala Kapuas.
Begitulah investasi
pendidikan bagi masyarakat Dayak. Setelah anaknya lulus SLTA, masuk perguruan
tinggi semula di Palangka Raya sambil bekerja sambil kuliah. Dan melanjutkan
kuliah ke Gadjah Mada dengan menamfaatkan gaji sebagai seorang PNS hingga
menjadi seorang Profesor dibidang ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Palangka
Raya.
2.Thamrin Salomo, anak desa
yang lahir di Gunung Mas sungai Kahayan
se temat SD di akhir tahun 60-an melanjutkan pendidikan ke SLTP/SLTA dan kuliah
di Palangka Raya. Setelah
menamatkan sarjana muda melanjutkan pendidikan ke IKIP Malang awal tahun 80-an.
Sebelum berangkat merantau
ke kota Malang, orang tuanya mempersiapkan anaknya harus menikah. Maka pernikahanpun diseleng-garakan di kampung
halaman.
Bagaimana orang tua anggota
masyarakat Dayak ini membiayai anak agar
investasi pedidikan mereka berhasil, anak muda baru menikah ini, belum memiliki
pengahsilan. Maka kedua orang tua kedua belah pihak sepakat dan berjanji
masing-masing mereka (orang tua) membekali sebotol bijih emas, untuk biaya
hidup masing-masing anaknya selama sekolah di IKIP kota Malang. Jadi bagi yang
sudah PNS, dari Kalteng setiap bulan mengambil wesel berlangganan di kantor Pos
sedangkan anak muda yang baru menikah tersebut, setiap tanggal 1 ia pergi ke
pasar besar di kota Malang dengan membawa sesendok bijih emas dan di jual ke
pedagang emas di sana maka jadilah uang. Pertengan tahun 80-an anak tersebut
selesai sekolah dan menjadi dosen di FKIP Universitas Palangka Raya.
3.Anjir serapat sebuah
terusan memperpendek jarak antara kota Banjarmasin dengan Kuala Kapuas, hingga jarak
tempuh hanya 40 Km. Di sana desa bernama Norsanie di lahirkan. anak desa kecamatan
kapuas timur di kampung halamannya saat itu tahun 1969 hanya ada sekolah dasar.
Bila ingin melanjutkan sekolah harus ke kota Kuala Kapuas ataukah ke
Banjarmasin ada pula ke tanah jawa seperti Malang, Yogya dan Bandung.
Karena bercita-cita ingin
sekolah ke SLTP, ia harus pergi meninggalkan sanak saudaranya merantau ke kuala
kapuas. Sambil sekolah dipagi hari, dan sore ia ikut orang berasal dari Anjir Serapat yang sudah lama bermukim
di Kuala Kapuas. Dengan harapan tinggal di rumah tidak membayar biaya kos, ia
harus ikut menjual beras karena yang diikutinya itu, selain sebagai PNS Guru, juga
berdagang beras. Kemudian melanjutkan sekolah ke Banjarmasin (SLTA) untuk
mengisi waktu di sore hari ia ikut menjadi tukang gergaji membuat papan, balok
dll. Dari hasil bekerja setengah hari sekitar 4 jam itu, maka biaya hidupnya
terpenuhi untuk makan, dan biaya sekolah. walau ada kiriman orang tua, hasil
pekerjaan lebih puas dari uang kiriman orang tua.
Setelah menyelesaikan
sekolahnya di SLTA merantau ke Palangka
Raya. Agar ongkos kapal tidak membayar ia turut menolong pekerja kapal (bus
air) seperti memompa air, menyalam roda kapal, menjaga mesin dll. Ternyata
dengan demikian ia justru diajak oleh juragan kapal/bus air untuk bekerja dalam
rote Banjarmasin-Palangka Raya. Sambil melamar kerja di kota Palangka Raya
sambil menjadi tukang kapal, rupanya tidak ada waktu untuk melamar kerja. Padahal
ke Palangka Raya bertujuan melamar kerja. Sehingga satu-satunya jalan harus
tinggal di Palangka Raya. Agar bisa hidup tinggal di kota Palangka Raya, harus
ikut menjadi tukang cuci piring di warung makan. Setelah beberapa bulan di sana
maka dapatlah pekerjaan sebagai klining servics di Universitas Palangka Raya
dengan gaji Rp 3.500,- sebulan. Tentu saja tidak cukup. Maka pekerjaan di
warung tetap diteruskan.
Untuk menambah biaya kuliah
ia harus mencari tambahan dengan menjual air bersih ke rumah-rumah pelanggan di
pari hari. Harga air setiap ret dibeli Rp 25,- dan dijual kepada pelanggan
untuk mereka mandi, nyuci, makan dan minum setiap ret air bersih seharga Rp
100,- jadi kalau menjual 4 ret di pagi hari akan dapat uang bersih Rp 300,-
cukup untuk makan siang di kampus.
Saat menulis skripsi sarjana
muda saat itu. Tidak mungkin semua pekerjaan harus dikerjakan. Sehingga
konsentrasi betul-betul terpusat dalam menulis skripsi. Maka tidak ada jalan
lain kecuali harus berhenti menjadi tukang warung. Setuju-tidak setuju, mau
tidak mau ia harus hidup dengan semata gaji PNS golongan I/a juru muda dengan
tugas membuka pintu, menyapu, mengetik dan antar surat. Dan dalam waktu yang
tidak begitu lama penulisan skiripsi selesai dan diuji pada waktu kuliah 2
tahun 8 bulan. Maka gelar sarjana pendidikan (BA) sudah di kantongi. Tapi
pangkat tidak bisa penyesuai ijazah ke golongan II/b karena kepala Tata Usaha
masih golongan II/a. Akhirnya menjadi temuan Inspektorat Diknas dan Norsanie
dimutasikan ke tenaga educatif sebagai asisten dosen pada urusan pendidikan
sosial/pendidikan luar sekolah.
Cita-cita untuk sekolah yang
sangat besar, sementara Universtas Palangka Raya perti juga seperti Unlam,
Untan, Unmul belum mengeluarkan Drs. Maka
kebetulan departemen pendidikan dan kebudayaan setiap menjelang awal tahun
ajaran menyurati perguruan tinggi untuk peningkatan mutu tenaga pengajar.
Kesempatan ini, tidak
disia-siakan ia memilih IKIP Malang sebagai tempat belajarnya. Setelah diterima 1 september 1981 dan
januari 1983 dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Selama di kota
Malang, ia berpeluang untuk mendapatkan penghasil dari kebanyakan mahasiswa
tugas belajar. Karena menulis artikel dan menulis berita adalah pengalamannya
menulis di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional sebelum ke Malang.
Dengan demikian Koran Harian Suara Indonesia menerbitkan artikelnya 2 judul
dalam seminggu. Honornyapun jauh lebih besar dari jagi yang dikirim via wesel
pos.
Karena akrab dengan seorang
asing berkebangsaan Amerika bernama:
Syeriff Hell, percakapan bahasa Inggris sehari-hari dilakukan. Kebetulan
Mr. Syeriff tidak pandai sama sekali berbahasa Indonesia. Sehingga bergaul
dengan ahli keterampilan pada kerajinan industri ini, membuatnya untuk berniat
sekolah ke luar negeri. Berbagai tawaran beasiswa ke luar negeri ia peroleh
dari Mr. Syeriff Hell. Dan
ikut seleksi pendidikan luar negeri lulus, tapi belum ada kepastian panggilan.
Sementara kedua orangnya bertanda ke Palangka Raya. Ternyata satu permintaan yang sangat mengejutkan.
Norsanie harus menikah terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Karena kedua
orang tuanya takut kalau menihak dengan orang asing. semetara anaknya
berperawakan kecil, agar tidak terjadi seperti peri bahasa bagaikan tupai
memeluk nangka. Akhirnya memilih putri Dayak pada tanggal 19 April 1986 ia menikah.
Namun 25 agustus tahun itu juga datang surat panggilan sekolah dalam negeri di
UGM. maka beasiswa dalam negerilah
diambil untuk pendidikan S-2.
Tahun 1999 saat penelitian
masyarakat desa hutan di pedalaman barito datang panggilan pendidikan doktor di
UPI Bandung dan awal tahun 2002 ia dipromosikan menjadi doktor bidang
pendidikan luar sekolah. Berarti sekolahnya telah selesai. Disaat sekolah
berjalan baru 6 bulan maka turun surat keputusan mentri pendidikan dan
kebudayaan RI yang menetapkan mulai 1 Maret 2000 ia menjadi guru besar madya
dan guru besar ke 11 di Universitas Palangka Raya pada bidang strategi
pendidikan luar sekolah.
Dari 3 contoh investasi pendidikan bagi masyarakat
Dayak di atas, hampir tidak ada yang tidak mendapatkan berbagai kesulitan namun
dalam liku-liku kehidupannya tentu beragam. Investasi berupa dunia pendidikan
ini, memakan waktu relatif lebih lama
dari investasi yang lain. Dan makin tinggi pendidikan yang ditempuh, makin jauh
dari kampung halaman.
Investasi masa depan
Investasi masa depan masyarakat Dayak sungguh
terjadi di mana-mana. Walau bentuknya berbeda satu sama lain, namun tujuannya
tidak lain untuk meningkatkan kualitas SDM mereka.
Dewasa ini sudah ada pendidikan yang tidak saja
S-1 tapi S-2 pun dalam 2 pelita ini sudah terlaksana di ibu kota Provinsi
Kalimantan Tengah. Khususnya di Universitas Palangka Raya. Sehingga generasi
masa kini tidak sesulit masa lampau. Tinggal apakah mau meningkatkan kualitas
SDM ataukah tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar