Minggu, 16 November 2014
MELIRIK KARAKTER ANAK BANGSA
BAGAIMANA KARAKTER ANAK BANGSA
Oleh :
H.M. Norsanie Darlan
Pendahuluan
Karakter anak bangsa, memerlukan banyak pemikiran. Karena dewasa ini sering terjadiakibat perselisihan yang sederhana menimbulkan rasa permusuhan yang mendalam. Dan tidak menutup kemungkinan munculnya demo-demo. Walau sebenarnya persoalan sebelumnya tidaklah berat. Upaya dalam memecahkan masalah ini, mulai dirasakan. Terlebih di saat adanya pemilihan langsung pada calon-calon bupati/walikota termasuk juga gubernur.
Peristiwa itu sering terjadi berbuntut anarkis. Apakah hal-hal seperti itu perlu diteruskan? Tentu kurang baik. Sehingga menimbulkan karekter anak bangsa sering kabablasan. Bisa terjadi pula menimbulkan perselisihan bersaudara, karena mereka tidak sama pilihan.
Karakter Anak Bangsa
Dewasa ini, sudah banyak yang menyangsikan bahwa masa depan lebih cerah. Namun sebaliknya bangsa kita dalam kurun waktu relatif singkat berubah menjadi karakter yang keras, mudah tersinggung, dan bisa dijual belikan oleh kelompok berkepentingan.
Bila kita memperhatikan perubahan karakter dimaksud, seperti karakter keras dihampir setiap hari kita menyaksikan terjadinya perkelahian apakah adu mulut ataukan fisik, termasuk juga demo-demo terhadap hal-hal tertentu yang ditayangkan media cetak maupun elektronik. Demo atau tawuran di mana-mana tidak memandang manfaat atau modharat. Karakter masyarakat yang mudah tersinggung, seperti apa pun pernyataan kepala negara, ternyata ada yang menyanggah. Terlepas benar atau salah.
Sehingga tidak terlihat lagi batas formal antara pemimpin dengan rakyat jelata. Bupati, KPU, Pores, pengadilan, Kejaksaan, perusahaan sering di demo oleh karyawanya dll. Tidak lepas dari sasaran masa untuk menyampaikan kebebasan berpendapat. Terlepas betul ataukah salah. Guru di demo oleh murid dan orang tuanya,. Hal ini betul-betul lupa ia dan anaknya diberikan didikan oleh sang guru. Kok guru itu di demo ?. Untuk kepentingan tertentu sekelompok masyarakat mau menerima bayaran untuk melakukan demo. Walau yang di demo itu adalah keluarga atau kerabatnya sendiri.
Bila kita memperhatikan pada suatu peristiwa kejaksaan Batang Jawa Tengah di demo oleh mereka yang tidak puas terhadap tuntutan hukum.
Hal-hal di atas adalah sebagian dari sekian contoh karakter bangsa kita yang saat ini disebut demokrasi yang kebablasan. Sehingga karakter bangsa kita dewasa ini, perlu diperbaiki. Namun belum diketahui dari mana memulai perbaikannya.
Perubahan karakter bangsa memang punyaq proses yang sangat cepat. Sebab dengan berubahnya kondisi negeri ini dari masa orde baru menjadi orde reformasi terasa mencengangkan. Karena di masa sebelumnya rakyat dengan mentaati berbagai peraturan. Siapa yang berbuat kurang baik, apa lagi melakukan demo dan berbagai keonaran lainnya. Pemerintah segera mengatasi hal itu. Dan ternyata rakyat segera menurut. Sehingga jarang terjadi keonaran. Namun menjelang berakhir era ode baru bermunculan berbagai tuntutan. Tapi setelah dituruti, negeri cercinta ini jadi kebablasan.
Karakter Bangsa yang diharapkan
Dari karakter bangsa yang saat ini masih sulit dikendalikan, memang sebenarnya tidak terlintas dalam cita-cita semua orang. Masyarakat Indonesia, sebenarnya berharap negeri yang aman luh jinawi, Negeri yang baldatul thaybatun warabbun gafur, adalah impian semua rakyat bangsa di negeri ini. Hanya saja reformasi negeri kita yang belum tuntas ini, membuat bangsanya jadi beringas. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak, namun belum juga terwujud. Mungkinkah ada istilah tantangan ini tidak semudah membalik telapak tangan ?.
Kini kita sebagai anak bangsa, marl bersama-sama mencari pemecahan ini, agar situasi (karakter) bangsa kita jadi tidak mudah marah, bersikap Bantu-membantu, tut wuri handayani, yang punya prinsip saling menghargai, saling menghormati dan saling percaya mempercayai. Insya Allah negeri kita akan muncul kembali karakter bangsa yang diharapkan/diidam-idamkan masyarakat semua.
Sebaiknya jika kita sebagai orang tua berprinsip seperti teori Langavelt yang bercita-cita:"...jika seandainya saya sebagai seorang buruh tani, maka ia berharap anaknya satupun tidak akan menjadi buruh tani. Tapi anak-anak saya akan menjadi juragan tani yang santun terhadap buruh taninya..." Hal ini sebuah karakter yang lebih maju dari masa sekarang.
Proses untuk memperoleh harapan di atas, tentu saja proses pendidikan yang menanamkan karakter santun dan hormat-menghormati dengan sesamanya itu, membutuhkan waktu yang cukup panjang. Inipun jika sekiranya kurikulum yang disusun belum memenuhi harapan semua orang itu, tentu punya dampak ke masa depan anak bangsa.
Karakter Ber-etika
Sungguh sulit mencari manusia sekarang yang masuk pada golongan, Menurut Norsanie Darlan (2010) bahwa:”...masih banyak orang punya karakter ber-Etika. Namun dari hasil diskusi dikalangan dosen, ternyata masih banyak juga ditemukan manusia-¬manusia yang berkarakter sopan santun, tidak mudah terumbang ambing dari berbagai arus zaman yang dewasa ini sering menyesatkan...”.
Kementrian pendidikan nasional sudah menetapkan:"... kode etik guru..." namun belum ditetapkan siapa wasitnya. Oleh sebab itu Kementrian Pendidikan Nasional bersama PB PGRI sudah mulai menata hal itu.
Dewasa ini, dikalangan kampus sungguh banyak terjadi demo apakan mahasiswa dengan mahasiswa. Bahkan sering pula demo antara mahasiswa dengan doses. Peran Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan kurang nampak. Padahal jika dikaji secara etika, mahasiswa mendemo doses tidaklah wajar, Karena doses guru mereka sendiri.
Karakter ber-etika juga di masyarakat. Para tokoh masyarakat dan tokoh agama adalah orang yang harus kita hormati. Ternyata sungguh tidak menggembirakan, sering kali etika itu di langgar. Senin pagi tanggal 2 Agustus 2010, jam 06.00 TV-One menyiarkan di bekasi Jawa Barat yang berbatasan dengan DKI Jakarta seorang pendeta mau memimpin kebaktian ditolak oleh kelompoknya sendiri. Karena dijauhkan hal-hal yang negatif. Sebenarnya perlu pemisahan antara kegiatan keagamaan dengan masalah demo.
Pendidikan Karakter Tidak Semata Tugas Guru
Berbicara pendidikan secara umum, maka tugas tersebut tidak seluruhnya dibebankan kepada guru. Sudah menjadi kesepakatan secara luas, bahwa pendidikan itu bisa berhasil dengan baik, bila adanya keterlibatan dari semua pihak. Guru, orang tua murid, masyarakat dan pemerintah. Karena pendidikan itu, tidak semata dibebankan kepada guru, melainkan tanggung jawab bersama.
Untuk majunya suatu bangsa tentu kita saling menghargai, saling toleransi dan saling menghormati. Kenapa guru kurang dihargai masyarakat terlebih muridnya sendiri karena mereka melihat kehidupan guru dalam 25 tahun terakhir ini sungguh menyedihkan. Dulu guru kita hormati, karena mereka dianggap orang yang terpelajar, orang berilmu pengetahuan. Dalam kurun waktu tertentu menjadikan profesi guru sebagai pilihan paling akhir. Mudah¬-mudahan masa datang guru kembali menjadi yang dihormati. Dan geliat sekarang pendidikan guru menjadi rebutan. Karena lapangan kerjanya masih dicari.
Dengan demikian, sebaiknya calon guru dicari orang pilihan. Sekiranya seleksinya ini betul-betul ketat dan tes wawancara betul-betul dilaksanakan berdasarkan apa syarat bagi seorang calon guru. Termasuk guru tidak merokok, tidak peminum dan pemabuk. Apa lagi pemain judi. Maka karakter guru masa depan tentu lebih baik, dari seleksi yang asal-asalan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar