Oleh :
H.M.Norsanie Darlan
Pendahuluan
Dengan
mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa bahwa buku kecil ini ditulis atas
permintaan pihak panitia penenyelenggara yang menetapkan penulis sebagai nara
sumber pada acata trainir of training (TOT)
Pasukan Pengibar Bendera Merah putuh di Dinas Pemuda dan Olahraya
Provinsi Kalimantan Tengah yang dalam rangka menghadapi HUT RI tahun 2012. di Kalimantan Tengah, dengan judul Melatih
Diri Untuk Berwirausaha Bagi Pemuda Pelopor Pembangunan Pedesaan.
Diketahui
bersama bahwa yang hadir dalam acara TOT ini,
bukan para pemuda/pelajar. Tapi lebih diarahkan kepada para pejabat yang
menangani pemuda dari kabupaten/kota di Dinas terkait. Mereka ini, tentu akan
memberikan bimbingan kepada generasi penerus bangsa di daerah mereka
masing-masing. Sehingga para pemuda/remaja sejak dini diberbagai hal harus
diberikan bekal untuk persiapan masa
depan mereka. Para pemuda pada waktunya nanti setuju tidak setuju, senang tidak
senang mereka ini, secara alamiah harus menjadi penerus pembangunan pedesaan.
Oleh sebab itu, materi apapun yang di diberikan selama dalam pelatihan ini,
merupakan bahan yang sangat penting. Karena pada waktunya nanti pemuda pelopor
adalah harus kreatif di mana ia bertugas. Untuk berlatih dan membawa harum nama
bangsa dalam upaya mencerdaskan bangsa.
Dalam tulisan pada buku ini, penulis akan menguraikan sebagai bekal dalam berbagai
hal yaitu: Pendahuluan, Merelirik Sudut Pendidikan, Kewirausahaan, Pendidikan Kewirausahaan Non
Formal, Berbagai Pendapat Ahli, Pemuda Pelopor,
Pendidikan Mana Untuk Pemuda/Remaja Kreativitas Pemuda, berwirausaha,
Pemuda Pelopor harus punya Kelebihan, Ditunggu Pemuda Kreatif, menciptakan
lapangan kerja, Kewirausahaan dan Andragogi
dan Daftar Pustaka dll untuk lebih jelasnya hal-hal di atas, akan di
uraikan secara rinci sebagai berikut:
Berbagai Pendapat Ahli
Arti Melatih diri;
menurut: Norsanie Darlan, (2011) adalah :”...membiasakan seseorang untuk
bertindak kreatif untuk kepentingan tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga
untuk orang lain...”. dengan demikian melatih diri bagi pemuda pelopor sungguh
dinantikan. Sehingga pemuda pelopor siap menjalankan kepeloporannya di mana ia
bertugas.
Arti
Membangunan
Membangun menurut Admin (2012) adalah:”...suatu
pondasi dari setiap hubungan kegiatan bisnis, suatu kepercayaan diri...”.
dengandemikian membangun dalam hal upaya untuk jadi berdaya dalam pembangun
diri sebagai pemuda pelopor pembanguan bangsa.
Arti Memberdayakan
Supaya para pemuda mempunyai kemampuan dalam menghadapi
tantangan pembangunan bangsa, guna mereka menghadapi masa depan yang lebih
baik. Dalam memberdayakan generasi
muda,tentu tidak semudah mmbalik telapak tangan. Oleh sebab itu, memberdayakan
diri para generasi muda, tidak terlepas adanya upaya para pemerintah. Apakah
dalam hal pemberian ketermpilan ataukah dengan nasehat-nasehat yang berguna
bagi masa depan mereka.
Arti Pemuda
Pemuda menurut
Abdul Gafur (1980) adalah:”... seseorang yang mempersiapkan dirinya untuk maju
kebih dahulu ke depan dalam berbagai hal...”. demikian juga pemuda pelopor
pedesaan yang maksudnya seorang pemuda yang berjiwa kesatria dalam membantu
pempelopori sesuatu pekerjaan atau program guna kemajuan desa di mana yang
bersangkutan bertugas. Tujuannya tidak lain adalah membangun desa dan
masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara.
Arti Berwirausaha;
Bila kita
ingin mengetahui apa arti berwiraswasta ia merupakan suatu perbuatan dalam
mempersiapkan diri untuk masa kini dan masa datang. Apakah untuk diri pemuda
pelopor itu sediri ataukah buat orang lain. Berwiraswasta tentu saja melatih
diri untuk kecamapan hidupnya. Sehingga tidak ada merasa ketergatungan pada
orang lain.
Merelirik Sudut Pendidikan
Bila kita
memperhatikan masalah pendidikan, tentunya rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, cenderung berdampak mundurnya masyarakat yang ada di wilayah itu.
Rendahnya pendidikan cenderung dengan berakhir dengan kebodohan. Diharapkan
mereka tidak mudah untuk tampil dengan cara biasa. Melainkan sering dilakukan
dengan kekerasan. Karena banyak hal yang mereka hadapi seperti: lapangan
pekerjaaan yang tentunya tidak dapat dipekerjakan, sama dengan mereka yang
bekerja pada pekerjaan elit. Karena tingkat pendidikan yang relatif terlalu rendah,
sehingga kebahagian pada pekerjaan yang sedikit agak kasar dibandingkan mereka
yang telah mengikuti pendidikan yang lumayan.
Dengan
demikian pendidikan merupakan jendela untuk mencapai masa depan yang lebih
baik. Lewat kesempatan ini penulis
mengajak pemuda /remaja yang ada ini, agar memperhatikan tingkat pendidikan
dengan berbagai upaya. Dan penulis
menyadari tidak semua orang belajar itu berjalan dengan mulus. Ada kalanya
proses pendidikan dengan jalan berperiku. Namun dengan berliku-liku itu, mendewasakan
mereka dalam proses belajarnya. Demikian juga terhadap dunia pekerjaan, ia
tentu sudah memiliki seperangkat kelebihan pengetahuan sebagai hasil
belajarnya, dan akan mendapatkan nilai Plus (+) dalam pekerjaan daripada mereka
yang belajar tidak pernah dihalangi oleh liku-liku kehidupan.
Beberapa Konsep
Kehidupan Masyarakat
Bila kita memperhatikan terhadap
kehidupan masyarakat di pedesaan, sebenarnya mereka tidak terlalu besar
tuntutan seperti mereka yang tinggal di perkotaan. Masyarakat
desa hidup dengan segala seadanya. Mereka selalu dalam kehidupan pasrah. Tapi
kehadiran para pemuda pelopor pembangunan sangatlah dibutuhkan.
Menurut
Norsanie Darlan (2002) bahwa:”...Walau diketahui masyarakat yang kita hadapi
dengan segala kepasrahan. Kehadiran pemuda pelopor pembangunan, merupakan
penantian pemuda yang KREATIF diharapkan. Kenapa demikian ?, karena mereka
sangat menanti kehadiran para pemuda yang banyak ide membangun masyarakat.
Seperti: bagaimana para pemuda pelopor, menciptakan lapangan kerja bagi pemuda-pemuda
desa...”. Walau yang sangat sederhana. Di kawasan pesisir, pemuda perlu dilatih
mengolah limbah perkebunan. Seperti sabut kelapa yang dibuang dan tidak pernah
dimanfaatkan. Padahal sabut banyak kegunaannya, seperti dibuat bahan baku sapu,
keset, dan tali tambang.
Dengan milihat
tumpukan limbah sabut yang tidak dimanfaatkan, membuat pemuda pelopor kreatif
untuk mengololah menjadi produktivitas desa.
Dengan modal sebiji sabut kelapa,
yang selama ini tidak ada harganya, kalau diolah para pemuda terampil, maka
semula sabut yang berstatus limbah, bisa dijadikan duit.
Di Kalimantan
Tengah karena tenaga terampil kita tidak muncul dan tidak mau membina warga
masyarakat. Maka kulit kelapa tidak ada harganya. Tapi sebaliknya kehadiran
pemuda pelopor pembangunan, yang terampil, akan dapat memciptakan lapangan
kerja buat dirinya maupun buat orang lain. Ini yang kita harapkan, salah
satunya adalah mengolah limbah kelapa menjadi sapu mendatangkan uang.
Kewirausahaan
Kewirausahaan
menurut Hasan Alwy (2000; 1273) Moeliono (1989) Darlan, (2011) adalah:”…orang
yang pandai atau berbakat mengenali suatu program atau produk baru, menentukan
cara produk baru, dengan menyusun operasi untuk pengadaan produk baru dengan
memasarkannya, serta mengatur permodalan dengan cermat dan baik...”.
Masalah
kewiraswastaan memang banyak tokoh nasional kita. Suparman Wirahadikusuma
(1979) mengatakan bahwa:”..arti wira adalah orang yang gagah berani dalam
bertindak dan berdiri sendiri diatas kaki sendiri, tampa mendapatkan bantuan orang
lain....”. sedangkan penulis Darlan (1983) mengartikan wiraswata adalah:”
....keberanian seseorang untuk bertindak dalam dunia usaha, tanpa meminta
pertolongan orang lain...”. Dengan
demikian, pendidikan kewirausahaan ini merupakan hal yang sangat penting bagi
semua pemuda guna persiapan masa depan kehidupannya.
Kewirausahaan Bagian Pendidikan NonFormal
Sungguh
menakjubkan, kalau kita mengkaji secara jeli satu persatu para usahawan kita di
berbagai daerah di tanah air kita.
Ternyata, banyak berhasil yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah
(PLS). Para pemuda yang secara kebetulan putus sekolah, mencari tempat-tempat
penyelenggara pendidikan luar sekolah seperti: kursus perternakan, perkebunan,
pertukangan, perbengkelan, montir dan berbagai kerajinan, serta kursus-kursus
lainnya.
Sebagai contoh
di kota Yogyakarta dengan kerajinan peraknya, di Semarang pemanfaatan buah
nangka djadikan kripik, sebetulnya di pesisir Kalimantan Tengah limbah sabut
kelapa untuk dijadikan: Sapu, keset dll. Artinya mereka yang jeli terhadap
dunia usaha akan bisa memanfaatkan lingkungan untuk dijadikan sumber
penghasilan. Kalau kita jeli daerah kota Palangka Raya ada sebuah PKBM yang
sungguh menggembirakan bahwa seorang tamu tokoh pendidikan luar sekolah dari
Benua Afrika Mr. Juma berkunjung ke PKBM itu ia memuji keberhasilan “Kalakai”
bisa dijadikan kripik has Dayak. Karena kelakai adalah tumbuhan yang sangat
banyak dan tidak pernah ditanam namun kalau diolah ternyata dapat dijadikan
keripik kelakai.
Sebaiknya para
pemuda generasi penerus bangsa, agar melirik jalur PLS ini, untuk mengangkat
sumber daya alam (SDA) di sekitar untuk dijadikan sumber penghasilan demi
mencari sesuap nasi untuk keperluan dirinya sendiri, dan keluarga pemuda
lainnya.
Pemuda Harus Jadi Pelopor
Bila kita
ingin tahu apa sebenarnya arti Pemuda
menurut Hasan Alwy (2000; 847) dan Poerwadarmita (1986) adalah:”...orang laki-laki, remaja, taruna, yang bakal menjadi
pemimpin....”. Pemuda di sini menurut pemulis tidak sebatas kaum lelaki. Tapi
kalangan pemudi sekalipun juga masuk. Disadari atau tidak bahwa pemuda berperan
sebagai pengganti generasi sebelumnya. Pemuda adalah menjadi sasaran pemikir
agar lebih baik dari masa sebelumnya. Karena di pundak pemudalah masa depan
bangsa.
Sedangkan
apa itu arti pelopor menurut Hasan
Alwy (2000;846) adalah:”...(1) yang berjalan terdahulu; yang berjalan di depan
perarahakan dan sebagainya; (2) perintis jalan; pembuka jalan; pionir; dia
dipandang orang sebagai yang yang paling terdepan dalam gerak pembaharuan
(tanpa memperhitungkan resiko yang akan dialami)...”. Dengan demikian pelopor tidak lain adalah
orang yang berani mengambil resiko dalam berbuat mendahului pekerjaan orang
lain, demi kepentingan pembangunan bangsa dan negara.
Dengan demikian pemuda pelopor adalah tidak lain, para
pemuda yang punya kreativitas tinggi dalam berbagai kegiatan pembangunan. Misalnya
seorang pemuda membuat berbagai kegiatan dalam menjelang HUT proklamasi,
membuat kreasi baru dalam pembangunan, seperti: membuat karya cipta tertentu
dalam pemanfaatan apa saja di lingkungan alam
sekitar. Misalnya memanfaatkan tenaga air menjadi listrik, tenaga angin
menjadi sumber energi listrik, sinar matahari menjadi tenaga listrik, limbah
sabut kepala jadi sapu, dll. Inilah kepeloporan pemuda. Dan banyak lagi masalah
lain yang yang dipelopori pemuda. Apakah atas usahanya sendiri, ataukah bersama
orang lain. Di Kalimantan Tengah sumber daya alam terkandung di dalam perut
buminya banyak hal salah satunya ”batu bara”. Kenapa tidak ada kepeloporan
pemuda membuat batu bara sebagai pemanas air agar mendidih dan memimbulkan uap
menjadi tenaga listrik dsb.
Bila kita mencari ”pemuda
Pelopor”, Kalau perlu kita akan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Agar
betul-betul didapatkan hasil yang baik. Menurut Budi Setiawan (2010) adalah,
tujuan program Pemuda Pelopor ini, untuk mengapreasi keberadaan pemuda
Indonesia yang memiliki peran strategis sebagai pelopor dalam bidang
pembangunan sosial kemasyarakatan, dan memiliki potensi memberikan motivasi dan
inspirasi kepada masyarakat. ”Untuk itu pemerintah terus mendorong untuk
mewujudkan pemuda yang memiliki kemampuan menjadi pelopor...”.
Sementara itu, peraih
Pemuda Pelopor menurut: Huala Siregar
(1991) ia mendefinisikan pemuda pelopor sebenarnya manusia merdeka, berkarya
tanpa pamrih. Karya atau tindakan yang mereka lakukan itu datangnya dari Yang
Maha Kuasa. “...Mereka melakukan semua itu tanpa berharap sesuatu. Jadi mari
kita betul-betul menyeleksi sehingga kita menemukan pemuda merdeka dan berkarya
tanpa pamrih...”.
Sebelumnya, Staf Khusus
Menpora Lalu Wildan (1991) mengusulkan, agar penilaian Pemuda Pelopor tidak
hanya dibatasi pada 4 bidang saja masing-masing kewirausahaan, pendidikan,
teknologi tepat guna serta seni budaya dan pariwisata), karena saat ini ada
perubahan-perubahan permasalahan di masyarakat dibanding tahun-tahun
sebelumnya. ”Misalnya saya mengusulkan ada pelopor bidang perubahan iklim,
pertanian, informasi teknologi atau pemuda relawan bencana,” katanya.
Pendidikan Mana Untuk Pemuda/Remaja
Perlu
mengetahui pendidikan mana yang dapat membantu kalangan pemuda/remaja yang
secara kebetulan, karena sesuatu lain hal belum sempat mengeyam pendidikan
formal. Saat sekarang ternyata faktor usia, ternyata tidak biasa lagi belajar
di pendidikan formal. Maka mari kita cari pendidikan lain seperti pendidikan
non formal.
Bila kita
merasakan ketinggalan dalam dunia pendidikan sementara kawan seusia kita
ternyata sudah berpendidikan dan
berpredikat sarjana. Maka para pemuda harus belajar. Bagaimana kalau usia sudah
tidak dapat bersekolah. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan jalur pendidikan
luar sekolah atau istilah pendidikan nonformal akan dapat membatu para pemuda
untuk memperoleh pendidikan melalui pendidikan nonformal. Apakah ia di pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM) ataukah di kelompok belajar lainnya. ’karena
PKBM cukup membantu para pemuda yang putus sekolah dan sudah berusia untuk
belajar apakah paket A, B ataukah paket C.
Kreativitas Pemuda Pelopor
Kreativitas
pemuda yang sangat diperlukan oleh masyarakat, saat mereka bertugas
melaksanakan tugasnya atau hal-hal lain ada di wilayah Kalimantan Tengah, dunia
kewirausahaan sungguhlah beragam. Para pemuda sangat bagus kalau punya
kreativitasnya saat di lapangan. Walau menanamkan nilai kewirausahaan,
sungguhlah tidak semudah membalik telapak tangan. Namun demikian, seorag pemuda
ia harus punya konsep yang secara spontan muncul di lapangan, kalau ia mereka
memperhatikan sumber daya alam di sekitar desa itu bisa diolah dan dijadikan
sumber penghasilan masyarakat.
Sumber daya
alam yang berlimpah, membuat manusia manja. Tapi kalau sumber daya manusia yang
berkualitas, walau sumber daya alam yang terbatas, kalau SDMnya baik. Maka apa
yang mereka hadapi di sekitar alam dapat ia olah menjadi apa saja yang akhirnya
dapat menjadikan kesejahteraan manusianya.
Bagi pemuda
yang kurang kreatif, mudah putus asa, suka menyalahkan orang lain, kurang
mendukung terhadap keberhasilan dalam bertugas di pedesaan.
Kewirausahaan
Indonesia Butuh Pemuda Kreatif, Indonesia butuh
lebih banyak pemuda yang kreatif, pemimpin tua saat ini harus memberikan
kepercayaan dan kesempatan kepada para pemuda untuk berkembang membangun dan
merubah Indonesia. Dari dahulu hingga saat ini pemuda adalah pemicu
perubahan-perubahan di negeri ini, mulai dari peristiwa Sumpah Pemuda hingga
peristiwa Reformasi. Pemuda adalah aktor dalam perubahan namun yang meneruskan
perubahan tersebut adalah (tetap) golongan tua kembali. Kreatifitas para pemuda
di negeri ini lama-kelamaan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Banyak
para pemuda yang telah mengharumkan nama bangsa dengan kreatifitasnya, dari
bidang Sains, dunia kreatif, budaya dan seni, hingga bidang olahraga namun
apresiasi pemerintah terhadap pemuda masih sangat kurang.
Mungkin dari
dahulu pemuda dicetak menjadi pegawai melalui pendidikan yang diterimanya
selama bertahun-tahun, bukan dicetak menjadi seorang pengusaha yang dapat
membuka lapangan kerja. Coba
pemerintah memberi bantuan modal kepada para pemuda yang memiliki kreatifitas
untuk mengembangkan kreatifitasnya, kita tidak akan perlu lagi mengirim
berjuta-juta TKI ke luar negeri untuk menambah devisa negara, tidak perlu
meminjam dana ke negara lain untuk pembangunan negeri ini, kemiskinan akan
perlahan menurun dan tentunya korupsi tidak akan merajalela di negeri ini
karena para pemuda yang akan membuka negara kreatif yang menghasilkan pemasukan
lebih besar untuk pembangunan negeri ini. Namun hingga saat ini, pemuda masih
dipandang sebelah mata oleh golongan tua dan tidak diberi kesempatan.
Perjuangan para pemuda tidak akan berhenti sampai disini karena para pemuda
adalah pemicu perubahan di dunia.
Pendidikan kewirausahaan sebetulnya ditanamkan
sejak lama. Bukan setelah sarjana. Kenapa demikian?. Pertanyaan di
atas, merupakan bahan berpikir kita semua. Penulis sangat setuju kalau di semua
perguruan tinggi pendidikan kewirausahaan dijadikan materi kuliah seperti: Ilmu
Alamiah Dasar di perguruan tinggi.
Alangkah
indahnya mahasiswa disaat memperdalam konsep perkuliahan diantara pada semester
6 – 7 mengembangkan pendidikan kewirausahannya yang terkait dengan konsep
keilmuannya. Saat itu, mahasiswa tidak lagi berpikir agar mencari kerja ke PNS
tapi ia sudah berpikir usaha apa yang bakal ia jadikan sebagai lapangan kerja untuk diri. Kalau hal itu kita lakukan retrospektif di
awal tahun 80-an bahwa agar sarjana bisa memberikan lapangan kerja bagi orang
lain. Bukankah hal itu, konsep kewirausahaan. Saat itu pemerintah pernah
memberikan: pinjaman berupa kredit
mahasiswa Indonesia (KMI) yang dikecurkan via bank tidak lain sebagai
modal usaha untuk mahasiswa yang sudah berada pada semester-semester akhir.
Dosen pembina
mata kuliahnya harus membawa ke lapangan terhadap mahasiswa yang sedang
memprogramkan / merencanakan mata kuliah kewirausahaan ini. Kalau perlu dosen
yang mengajar harusnya mereka pengusaha berhasil. Atau ada dosen yang punya
usaha kecil-kecilan dan berhasil yang dapat diperlihatkan kepada mahasiswa.
Dengan
demikian hal di atas, merupakan pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan
formal di perguruan tinggi.
Pemuda Pelopor Punya Kelebihan
Dalam bertugas
melaksanakan tugasnya sebagai pemuda harus punya program inovasi, karena sebagai
seorang pemuda terlatih yang tentunya di tempat tugasnya dalam berkarya, tentu
tidak boleh sama dengan kebanyakan orang.
Kalau seorang
pemuda yang terkadang hanya beberapa orang berpendidikan di dewsa, maka seorang sarjana baru yang
bertugas ini harus punya kelebihan dari kebanyakan orang. Seorang pemuda masuk
desa harus punya kesan tersendiri dari masyarakat.
Pengembangan
usaha yang cukup signifikan
juga dirasakan Henky Eko Sriyantono, pemilik Bakso Malang Kota Cak Eko, yang
menjadi pemenang Wirausaha Mandiri 2008 kategori pascasarjana dan alumni bidang
usaha boga. Sebelumnya ia baru mempunyai 80 gerai. Saat ini berkembang menjadi
135 gerai. Karyawan pun menjadi 500-an orang dari sebelumnya sekitar 300. Omzet
pun rata-rata naik 20 persen per tahun. “Branding usaha juga menjadi lebih
dikenal masyarakat,” ujar Cak Eko. Sumber : Booklet Tempo.
Para tokoh
nasional kita dalam berbagai event memberikan berbagai konsep kewiraswastaan
diantaranya seperti: ". Kala itu, Ciputra mencontohkan Singapura
memiliki wirausahawan sekitar 7,2 persen Ciputra, Fransiskus Saverius, Herdiman
(2011) adalah:"…Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur
(wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah penduduk…, dan Amerika
Serikat memiliki 2,14 persen entrepreneur. Bagaimana dengan Indonesia?
Kalau
kita memperhatikan terihadap manusia kita 220 juta lebih penduduk, Indonesia
hanya memiliki sekitar 400.000 pelaku usaha mandiri, atau sekitar 0,18
persen wirausahawan dari jumlah penduduknya. Hal ini tentu memrihatinkan.
Padahal, menurut pendiri University of Ciputra Entrepeneurship Center
(UCEC) ini, potensi Indonesia terbilang besar. Indonesia memiliki kekayaan
alam melimpah siap diolah. Indonesia termasuk dalam ranking 10 besar penghasil
tembaga, emas, natural gas, nikel, karet, dan batubara. Dan, masih banyak
lagi keunggulan komparatif yang kita miliki. Karena itu, jika menyedikan
stok enterpreneur yang cukup dan potensial, Indonesia bisa menjadi pemain
internasional yang handal.
Peraih
penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship) Ernst and
Young Entrepreneur tahun 2006 bernama: Bambang Ismawan mengatakan:”...
wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit...”. Hal itu
dapat dilihat dari minat dan pelaku wirausaha muda yang semakin
bertumbuh. Namun dibandingkan jumlah penduduk, jumlah entrepreneur muda
yang kita miliki memang masih sangat kurang.
Rendahnya
minat dan pertumbuhan wirausahawan muda, menurut: Bambang (2006), Wiswawa
(2011) adalah:”... terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan
keluarga sang anak. Orang tua lebih banyak mengharapkan anaknya bekerja sebagai
pegawai negeri atau pegawai kantor. Pasalnya, pekerjaan
seperti itu dinilai memiliki risiko kecil dibandingkan menjadi pengusaha.
"Orang tua menginginkan anak mereka mendapatkan gaji tetap setiap bulan,
daripada harus menunggu keuntungan yang memakan waktu lama...".
Harapan
orang tua ini didukung pula oleh lesunya sektor kewirausahaan dalam negeri.
Sektor ini dinilai memiliki risiko tinggi, sementara itu kurang menjanjikan
penghidupan yang layak. Karena itu, orang tua petani rela mengeluarkan biaya
tinggi untuk menyekolahkan anaknya agar mereka tidak kembali kepada pertanian.
Bambang mencontohkan, tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih banyak
menjadi wartawan atau pegawai, daripada menjadi petani.
Selain
pengaruh lingkungan dalam keluarga, kata Bambang, rendahnya minat kaum muda
terjun dalam bidang wirausaha, juga disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan
yang kurang mendukung. Pendidikan malah tampil sebagai alat untuk menumpulkan
semangat berwirausaha. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki
daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kewirausahaan.
Karena itulah, Bambang mendesak agar pendidikan, terutama pendidikan tinggi
segera dibenahi.
Desakan
agar perguruan tinggi melakukan pembenahan - bahkan perubahan paradigma - juga
disuarakan Ciputra. Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya jumlah
entrepreneur di Indonesia adalah sistem pendidikan yang hanya fokus pada
penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan enterpreneur-enterpreneur potensial.
"Setiap
tahun, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan pengangguran, karena mereka tidak
didorong untuk menjadi pelaku wirausaha," ujarnya.
Menurut
Ciputra, setiap tahun perguruan tinggi Indonesia melahirkan sekitar 750 lebih
sarjana yang menganggur. Karena itu, tantangan perguruan tinggi di Indonesia ke
depan, katanya, adalah melahirkan wirausahawan muda.
Menjawab
tantangan itulah Ciputra mendirikan sekolah yang fokus pada upaya mengembangkan
semangat kewirausahawan siswa, seperti Sekolah Ciputra, Sekolah Citra Kasih,
Sekolah Citra Berkat, Sekolah Global Jaya, Sekolah Pembangunan Jaya. Terakhir,
ia mendirikan University
of Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC). Program yang disiapkan UCEC antara
lain mempersiapkan modul pengayaan kewirausahaan untuk kurikulum nasional,
mengembangkan kurikulum kewirausahaan di Universitas Ciputra, dan mengadakan
pelatihan tiga bulan kepada masyarakat.
Selain
dukungan keluarga dan perguruan tinggi, pertumbuhan wirausahawan muda juga
membutuhkan peran dunia usaha dan lembaga dunia usaha. Bambang
memberi contoh peran pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (Hipmi). Organisasi ini seharusnya tidak hanya mendorong lahirnya
pengusaha kaya dan bergerak dalam bidang usaha yang membutuhkan penyertaan
modal tinggi, tapi juga harus mendorong munculnya pengusaha kecil yang bergerak
dalam sektor kecil dan mikro (UMKM).
Menurut:
Very Herdiman dan Bambang, (2011) bahwa Potensi sektor
UMKM, sesungguhnya sangat menjanjikan.
Dari seluruh entitas dunia usaha yang kita miliki, 95 persen (43 juta)
merupakan usaha yang bergerak dalam sektor usaha mikro. Data ini, kata Bambang,
memperlihatkan bahwa Indonesia potensial melahirkan wirausahawan yang bergerak dalam usaha mikro dan
kecil.
Ekonomi Bangsa
Beberapa tahun
terakhir ini, menurut: Husein Mubarok
(2009) bahwa perekonomian dunia semakin bergejolak saja. Bahkan
Negara besar seperti Amerika, mulai kelihatan kehancurannya. Mengapa bisa
demikian? Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah baby birth
dan biaya perang yang besar. Sebelum Perang Dunia II sedikit sekali bayi yang
lahir di Amerika.
Sebaliknya,
pasca perang dunia II angka kelahiran meningkat drastis. Nah, yang menjadi
masalah adalah generasi dengan jumlah kelahiran luar biasa tersebut sekarang
tengah menjadi pensiunan. Diperkirakan pada tahun 2016 nanti
jumlah pensiunan Amerika mencapai 75 juta. Bagaimana menggaji mereka? Ini
sebagai akibat angka kesehatan yang membaik.
Bahkan,
tidak ada satupun pengamat ekonom yang optimis bahwa Amerika akan tetap
berdiri. Yang kedua adalah dikarenakan Amerika selalu mengalokasikan dana yang
besar untuk perang.Sebagai contoh saja, berdasarkan data statistik perekonomian
pemerintah Amerika, dana yang diajukan untuk kasus perang Israel-Palestina
adalah senilai kurang lebih $1200 triliun sedangkan yang di acc adalah kurang
lebih $900 triliun. Perlu diketahui bahwa pada Tahun 2008 terjadi krisis
ekonomi yang hebat di AS, Apakah Obama sanggup mengatasi masalah ini
kedepannya?
Sebenarnya
tidak masalah jika Amerika hancur. Yang menjadi masalah adalah siapa-siapa yang
berada di belakang Amerika, yaiu para Yahudi dan Israel. Pada dasarnya
orang-orang Amerika itu baik dan toleran. Yang kurang ajar adalah para
pemimpinnya, yaitu para Yahudi yang telah dikuasai Dajjal. Lalu apakah Amerika
tinggal diam melihat kondisi perekonomian yang seperti itu.
Bicara
tentang ekonomi maka Muizzuddin
(2009) adalah:”...Sistem ekonomi yang
diterapkan, seharusnya mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat
berdasarkan asas demokrasi, kebersamaan, dan kekeluargaan yang melekat, serta
pada akhirnya mewujudkan ketentraman bagi manusia. Akan tetapi Rentetan
peristiwa akibat sistem ekonomi yang diterapkan terus memberikan dampaknya...”.
sehingga apa yang diharapkan selalu berhasil baik.
Ditunggu Pemuda Kreatif
Pemuda
yang kreatif, tidak lain adalah seorang pemuda yang tidak mudah tinggal diam di
mana saja ia berada. Pemuda kreatif, setiap saat dia selalu melahirkan
pekerjaan yang inovatif.
Pemuda
kreatif bila melihat sesuatu, otaknya berpikir. Mau dijadikan apa hal ini,
sehingga mempersembahkan sesuatu kepada orang lang di desanya. Misal saja:
seperti kasus di atas, tinggal di desa, mau mengumpulkan sabut kelapa. Sabut
adalah limbah perkebunan yang tidak ada harganya. Tapi degan di olah sabut bisa
dijadikan bahan/alat rumah tanggal yang setiap rumah pasti memerlukan sapu.
Sapu
dari sabut, sama nilainya dengan sapu dari ijuk, yang berasal dari pohon enau
untuk membuat gula merah. Sabut punya cara lain bisa dibuat jadi tambang, bisa
pula jadi berbagai hal seperti jok mobil, jadi kasur, jadi bahan kerajinan
lainnya.
Para pemuda pelopor pembangunan di
desa harus tahu apa potensi desa itu. Sehingga potensi desa bisa dijadikan
olahan yang ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang berharga. Ini sebetulnya
pemuda pelopor dari pemuda yang ditunggu
masyarakat. Karena kreativitasnya.
Kumpulkan orang dewasa yang masih
belum bisa membaca dan menulis, berikan pelajaran kepada mereka tentang sesuatu
yang mereka butuhkan. Jika ternyata mereka masih buta huruf, lajari
mereka membaca dan menulis. Ini sebuah sumbangan pemuda pelopor yang sangat
besar terhadap masyarakat kita di pedesaan.
Jika
pemuda pelopor pedesaan secara kreativitas bisa melakukannya, maka betapa besar
sumbangan saudara-saudara terhadap bangsa di negeri kita tercnta ini. Walau
sekecil mungkin, namun jasa kepeloporan saudara sangat dinantikan masyarakat di
pedesaan. Hal ini, tidak terbatas dengan contoh di atas, tapi dalam bentuk
apapun.
Menciptakan
Lapangan Kerja
Saat penulis
menyelesaikan studi Program Doktor di kota Bandung, tidaklah salah mengunjungi
kecamatan Raja Polah. Karena di desa-desa mereka walau sumber daya alamnya
rusak akibat meletusnya gunung Galunggung di awal tahun 1980-an. Para pemuda
dan masyarakat mencari nafkah dengan memanfaatkan apa saja dijadikan usaha
kreatif. Misal sebatang pohon padi menghasilkan banyak hal seperti tanggkainya
menjadi sapu, batangnya dibuat ayaman, dll.
Sebatang pohon
yang tumbang di pinggir jalan, memberikan berkah pada penduduk. Karena
batang, dahan hingga akarnya, bisa diolah dengan kerajinan mereka jadi berbagai
cendera mata.
Putra putri
Kalimantan Tengah belum sampai di sana untuk berwira usaha. Kita
terlena dengan indahnya alam, terlena dengan berbagai hasil bumu dan alam.
Namun belum banyak memberi manfaat kepada penduduknya.
Kebijakan Pengambil Keputusan
Dalam bagian
akhir buku ini, perkenankanlah curahan hati penulis, yang juga pernah duduk
dalam tugas sebagai pengambil kebijakan sebagai kepala Badan Diklat Provinsi
Kalteng. Kalau kita berbicara tentang pemuda sebagai generasi muda, maka mereka
ini tidak akan lepas sebagai generasi penerus bangsa. Apa yang telah kita
lakukan saat sekarang tentu memberikan contoh bagi mereka dimasa datang. Sehingga
pembinaan terhadap mereka tidak akan memberi warna bagi mereka yang kita bina
sekarang. Tentu akan menjadi buah bibir mereka di masa kini dan masa datang.
Bicara tentang
pemuda sebagai calon pelopor pembangunan secara formal tentu dibawah kekuasaan
pejabat yang terkait dengan bidangnya. Hal ini penulis ambil contoh saja para
pemuda yang bakal kita kirim dalam menyeleksi pasti ada muncul rasa
subjektivitas, apakah karena: faktor keluarga, satu alumnus, atau suku dan
kedaerahan. Putusan itu baik atau tidak pasti dinilai oleh mereka yang lain.
Kenapa begitu,dan kenapa begini dsb.
Untuk
menghindar hal tersebut, pengambil kebijakan harus bertindak adil, tanpa
pandang faktor keluarga. Tapi dirikan/tegakkan objektivitas yang setinggi
mungkin. Jika kita sudah melakukannya maka pujian dimasa datang akan datang
kepada kita. Demikian sebaliknya.
Kewirausahaan dan Andragogi
Sungguh
menggembirakan di bagian akhir tulisan ini, penulis sebagai dosen pendidikan
orang dewasa di S-2 PLS Universitas Palangka Raya, merupakan suatu upaya kita
bersama untuk memberikan sebuah pengetahuan dan keterampilan agar pada pemuda
usia memasuki dewasa muda ini memperolehkan seperangkat pengetahuan dan keterampilan
hidupnya dengan berwirausaha agar mereka tidak menjadi ketinggalan.
Pemuda yang
memasuki usia dewsa muda ini kalau tidak diberikan bekal sebelumnya tentu saja
akan terjadi kehilangan arah dalam hidupnya. Sehingga mereka ini sedini mungkin
sudah mendapatkan berbagai pendidikan luar sekolah atau nonformal dalam dunia
wirausaha.
Daftar Pustaka
Admin, 2012. Kunci
membangun Kepercayaan Diri, Jakarta.
Arfani, M. Saad, 2011. Jauhnya
Sekolah Jadi Penyebab Anak-anak Pedesaan Tidak Melanjutkan Pendidikan,
Kompas, Jakarta.
Bambang, Ismawan 2006. wirausahawan
muda di Indonesia mulai bangkit, Jakarta.
Bambang (2006), Wiswawa (2011). Wiraswasta
terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan keluarga, jurnal UKM,
Jakarta.
Ciputra, Fransiskus Saverius, Herdiman, 2011.Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan)
minimal 2 persen dari total jumlah penduduk, Kabar Wiraswasta Muda, Jakarta.
Darlan, H.M. Norsanie, 1983 Pendidikan
Kewiraswastaan, PLS, FKIP Unpar, Palangka Raya.
------------, 2002. Pelatihan dan pengembangan masyarakat kawasan pantai,
Disertasi, Bandung.
------------, 2011. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Di
Kalangan Pemuda, Dinas Pemuda Dan Olahraga, Provinsi Kalimantan Tengah,
Palangka Raya
------------, 2011. Melatih Diri
Uuntuk Berwirausaha Bagi Pemuda Pelopor Pembangunan Pedesaan, Dispora. Palangka Raya
-------------, 2011. Berkembang Bersama Mandiri,
Sumber : Booklet Tempo, Jakarta.
-------------, 2011. Melatih Diri Untuk Berwiraswasta Bagi Pemuda Pelopor Pembangunan
Pedesaan, Materi Ceramah kepada peserta Paskibraka, Dispora KalTeng,
Palangka Raya.
Hasan Alwy, 2000. Kamus Besar Bahasan Indonesia,
Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Herdimand, Fransiskus Saverius, 2011. Suatu
Bangsa Akan Maju Bila Memiliki Jumlah Entrepreneur (wirausahawan) di
Amerika Serikat, New York.
Herdiman, Very, dan Bambang, 2011. Wirausaha Mulai dari
Lingkungan Keluarga, Jakarta.
Gafur, Abdul, 1982. Pidato Abdul Gafur, dalam P4 Pemuda Tingkat Nasional,
Cibubur, Jakarta.
Ismawan, Bambang, 2006. Peraih
penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship), Internet.
Mubarok, Husein, 2009.
Wirausaha Untuk Mengatasi
Perampokan Ekonomi Bangsa, mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi,UGM, angkatan, Yogyakarta.
Muizzuddin, 2009. Mewujudkan
Kesejahteraan dengan Menerapkan Ekonomi Islam,
Mahasiswa Berprestasi UNSRI, Palembang.
Moeliono, Anton, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kementrian Pendidikan Nasional RI, Jakarta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Siregar, Huala, 1991. Mendefinisikan Pemuda Pelopor Manusia
Merdeka, Berkarya Tanpa Pamrih, Jakarta.
Setiawan, Budi, 2010. Tujuan program
Pemuda Pelopor, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Jakarta.
Sriyantono, Henky, Eko, 2008. pemilik
Bakso Malang Kota Cak Eko, yang menjadi pemenang Wirausaha Mandiri, Malang.
Wildan, Lalu,
1991. Agar penilaian Pemuda Pelopor
tidak hanya dibatasi pada 4 bidang saja, Staf Ahli Menporan RI, Jakarta.
Wiswawa,
I.K.Alit, 2011. Pengembangan Ekonomi
Mikro, berbasis pada kearifan lokal, Makalah Seminar hari jadi kota
Palangka Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar