Peneliti Temukan Keberadaan Muhammadiyah di Kalimantan Tengah Sejak 1926
REPUBLIKA.CO.ID,BANJARMASIN -- Peneliti dari Universitas Palangka Raya (Unpar) Prof Dr HM Norsanie Darlan
Peneliti Temukan Keberadaan Muhammadiyah di Kalimantan Tengah Sejak 1926
"Dari
hasil penelitian kami, ternyata keberadaan Muhammadiyah di Kalteng
sebelum kemerdekaan Indonesia atau sejak 1926," ungkapnya kepada Antara
Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Ahad.
Berdasarkan
penelitian tersebut, dari 14 kabupaten/kota di Kalteng tercatat
Muhammadiyah pertama kali berdiri di Kabupaten Kapuas, kecamatan Kapuas Timur, bukan di ibukota Kabupaten
Kapuas (sekitar 40 Km barat Banjarmasin). karena pendirinya berasal dari Hambuku Hlulu, desa ini tetangga Alabio.
Guru
besar pada perguruan tinggi negeri tertua dan terbesar di "Bumi Isen
Mulang" Kalteng itu menerangkan penelitian itu dilakukan dalam rangka
mewujudkan sebuah pepatah Bung Karno tempo dulu.
"Pepatah
mendiang presiden pertama Republik Indonesia itu berbunyi; bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya,"
ungkapnya.
Profesor yang meniti karir
sejak dari pegawai rendahan (pesuruh) itu mengaku pepatah Bung Karno
tersebut yang menginspirasi dirinya melakukan penelitian tentang
berdirinya Muhammadiyah di Kalteng.
Penelitian
yang dibantu enam orang dosen untuk menulis sejarah masuknya
Muhammadiyah di Bumi Isen Mulang (pantang mundur) itu juga berkaitan
dengan seabad lebih berdirinya organisasi tersebut secara nasional.
"Dari
seluruh provinsi di Indonesia mungkin hanya atau baru Muhammadiyah
Kalteng yang melakukan penelitian, sekaligus membukukan sejarah
organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan seabad silam itu di
wilayahnya," katanya.
Sebagai salah
satu bukti sejarah keberadaan Muhammadiyah di Kuala Kapuas sejak 1926
antara lain sekolah dan masjid.
Hal itu karena pendiri atau perintis
berdirinya Muhammadiyah di provinsi yang memiliki luas lebih dari
154.000 Km2 itu satu persatu telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa.
"Namun
kita dapat membayangkan, betapa berat tantangan mendirikan Muhammadiyah
ketika itu masih berada dalam cengkeraman penjajah Belanda," lanjut
mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) tersebut.
Buku
hasil penelitian berdirinya Muhammadiyah di Kalteng tersebut dibedah di
Darul Arqam, Komplek Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, di ibu
kota provinsi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar