Dalam rangka hari guru nasional
2012 merupakan babak baru yang harus diperbaharui dengan mempertimbangkan
permukiman guru. Sejak tahun tujuh puluhan: kaum guru mendapatkan rumah layak
huni di hampir semua sekolah dasar di berbagai daerah di tanah air. Namun
hingga saat ini, perumahan guru belum nampak mendapatkan perbaikan. Dengan
berbagai alasan.
Sebenarnya tingkat kesejahteraan
guru di pedesaan, jauh lebih baik dari kebanyakan penduduk. Hanya saja karena
menempati rumah guru yang dibawah sangat sederhana ini, membuat kaum guru
dianggap rendah oleh masyarakat termasuk muridnya. Karena guru mau menempati
rumah-guru yang dibawah sangat sederhana itu, membuat murid yang taat dengan
guru hanya di ruang belajar. Karena mereka melihat rumah tinggal guru yang
lebih baik rumah tinggal orang tua murid, membuat mereka melihat guru tidak
punya kekayaan seperti orang tuanya. Walau jika kita pelajari penghasil guru
lebih dari cukup, jika dibanding keadaan penduduk.
Dari hasil penelitian yang
pernah dilakukan sebenarnya guru yang masa kerjanya di atas 10 tahun,
sebenarnya tingkat kesejahteraan guru, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata
tingkat penghasilan penduduk se tempat. Apa lagi dewasa ini dengan sertifikasi
dan tunjangan daerah. Membuat kaum guru punya penghasilan yang lebih.
Masa lampau, guru adalah orang
yang terhormat, guru juga orang yang terpelajar dan guru adalah orang yang
serba tahu serta berepengetahuan luas. Oleh sebab itu, masa lalu rumah guru disediakan
oleh penduduk, agar dengan fasilitas
yang lebih dari kebanyakan penduduk. Masa lampau, guru di mata orang tua dan
murid harus dihormati. Sehingga wibawa guru sangat tinggi dan dihormati bahkan
tempoe doeloe gajinya saja dibayar masyarakat. Namun dewasa ini, guru sudah
digaji pemerintah, perumahan di siapkan. Karena perumahan yang dibangun tidak
banyak mendapat perbaikan. Maka wibawa guru Jadi menurun. Disamping karena
banyaknya guru, tingkat kualitas adakalanya kurang diperhatikan, atau ada
perbuatan yang kurang disenangi masyarakat. Membuat wibawa guru yang perlu dicari jalan untuk
dipertahankan-nya.
Pada tahun 1998 saat penelitian
mengenai krisis moneter negeri kita, saya turun ke pesisir melihat apakah ada
hubungan kerisis moneter berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan anak
nelayan. Ternyata dengan harga ikan naik, anak mereka dapat terus belajar.
Sementara ditemukan seorang guru sudah 17 tahun bekerja di kawasan desa pantai.
Tidak pernah sebatang pohon kelapapun ia tanam. Kenapa demikian, karena guru
itu berpikiran mungkin bulan depan pindah atau tahun depan pindah. Sehingga
tinggal di rumah guru, sudah 17 tahun, atap rumah yang bocor saja tidak
diperbaiki.
Seharusnya guru di mana ia
bertugas, segera berbenah mencari lokasi perumahan yang bakal miliknya sendiri.
Sehingga dengan memiliki rumah sendiri yang juga sama dengan kebanyakan penduduk,
maka wibawa guru akan kembali menjadi guru yang punya rumah lebih baik
dari kebanyak penduduk. Dan guru karena
berpenghasilan yang sudah membaik, tentu lebih layak tinggal dengan rumahnya
sendiri, walau dengan cara kredit Bank.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar