Sabtu, 22 Mei 2021
SEJARAH PLS/PNF DI KALTENG
SEJARAH PLS/PNF SECARA RETROSPEKTIF, KINI DAN PROSPENTIF
(Paparan Dalam Temu Alumnus Sarjana Pendidikan Luar Sekolah)
Prof. Dr. H.M. Norsanie Darlan, MS PH
Guru Besar PLS/PNF Universitas Palangka Raya
Kuala Kurun, 2017 SEJARAH PLS SECARA RETROSPEKTIF, KINI DAN PROSPENTIF
Pendahuluan Pendidikan Luar Sekolah yang sejak awal kemerdekaan RI sudah ada dengan tujuan sesuai dengan pembukaan UUD’ 1945 yang kalimatnya pendek sekali yaitu: Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Hingga saat ini, tak kunjung sampai. PLS usianya di Kalimantan Tengah sama dengan Universitas Palangka Raya. Karena pada awal berdirinya Universitas di Palangka Raya Noverber tahun 1962 telah ada sebelumnya IKIP Bandung Cabang Palangka Raya dan Fakutas Ekonomi yang berdiri sebelumnya. Oleh Gubernur Kalimantan Tengah untuk dapat berdirinya sebuah Universitas di daerah ini, maka digabungkanlah ke 2 pergruan tinggi swasta menjadi 1 IKIP dan 1 FE akhirnya dijadikan Universitas Palangka Raya. Berdasarkan peraturan saat itu 2 Fakultas tidak cukup, maka ada lagi Fakultas Pertanian dan Kehutanan yang lokasinya bukan di Palangka Raya, tapi di Kuala Kapuas Kalimantan Tengah. Sejarah mencatat untuk peresmian Universitas ini, oleh Gubernur Kalimantan Tengah Tjilik Riwut. Maka di kumpulkan para pegawai negeri Sipil kantor Gubernur sebagai mahasiswanya. Namun secara realita tidak demikian. Karana PNS saat itu tidak seluruhnya lulusan SLTA. Mereka juga banyak yang baru golongan I. Tapi demi memenuhi ruangan maka saat perkenalan mereka itu dianggap mahasiswa baru. Untuk IKIP Bandung Cabang Palangka Raya ada Fakultas Ilmu Pendidikan dengan 2 jurusan, masing-masing Jurusan Pendidikan Sosial (kini PLS) dan ada pula Pendidikan Umum. Fakultas Keguruan ada jurusan Bahasa Inggris dan Matematika. Dan ada pula Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial sampai awal tahun 1970-an. Untuk mahasiswa printis PLS saat itu antara lain: H. Darbi Zainullah, BA., Drs. F.D. Liden, dan Drs. H.Bustmi Idris. Mereka ini mengawali perkuliahan di Pensos FIP, hingga awal tahun 80-an berubah nama FKIP hingga saat ini. PLS berkembang pasang surut program studi dibina oleh sejumlah ketua Jurusan/program studi hingga saat ini, secara bergantian. Berbagai Arti Kata Penulis memberikan sekelumit penjelasan dari kata demi kata yang tertuang dalam judul dalam tulisan ini. Sehingga untuk mempermudah dalam memperhatikan buku kecil ini. Adapun dari 5 kata di atas, akan diuraikan satu demi satu sebagai berikut: Sejarah berjuang Arti sejarah perjuangan dalam suatu perjuagan adalah terhdap hidup matinya program studi PLS di Universitas Palangka Raya sejak dari berdirinya Universitas ini, hingga sekarang dengan mempertahankan berbagai tantangan dan harapan untuk masadepan. Arti Sejarah (bahasa Yunani: ἱστορία, historia, yang berarti "penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian") adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan memanusiakan manusia di program studi PLS. PLS Secara Retrospektif Pendidikan luar sekolah sudah bergnti nama beberapa kali karena menyesuaikan terhadap perkembangan zaman. Jadi istilah retrospektif ini dimaksudkan mengenang terhadap peristiwa masa lampau dengan berbagai masalah yang berbenturan dengan program studi penddikan luar sekolah di Universitas Palangka Raya. Retrospektif, definisi dan Isinya ~ @rie fabian, riefabian.blogspot.com /2013/.../retrospektif-definisi-dan-isinya.ht. Translate this page Jul 26, 2013 - Retro merupakan kependekan dari kata Retrospektif yang mempunyai Arti "kembali kemasa lalu". Dalam kamus bahasa Indonesia sendiri kata. Masa Kini Masa sekarang adalah segala kejadian yang masa sekarang sedang berjalan dengan kehidupan yang kita nikmati sekarang. Prospektif Dari istilah prospektif adalah suatu planning program ke masa depan dari program studi Pendidikan masyarakat, pendidikan sosial, pendidikan luar sekolah dan pendidikan Non formal yang berharap lebih baik dari masa sekarang. Prospektif memiliki 1 arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga prospektif dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik ke masa datang. Tanah Air Memang agak aneh, kok bicara tanah air. Tapi dapat dipelajari kemabali atau di dilhat kembali bahwa tahun 1986 seluruh program studi PLS di yang ada FKIP seluruh Indonesia yang di passing 0ut entah alasan apapun. Ternyata semua Program studi PLS di FKIP kala itu manut. Kecuali PLS Universitas Palangka Raya dan PLS Universitas Jember yang tidak mau tahu. Karena saya saat itu berucap kalau memang ada selembar surat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang memerintahkan agar program studi PLS di passing 0ut, maka PLS Universitas Palangka Raya akan turut passing 0ut, juga. Tapi kalau yang khabar bin khabar kita tutup, maka rakyat Indonesia akan terjadi ledakan Buta Huruf yang luar biasa. Itulah salah satu alasan saya di program studi PLS untuk tidak sepakat PLS di non aktifkan. Retruspektif ke masa lampau Bila kita mengkaji terhadap berbagai kejadian adalah saat penggabungan IKIP Badung Cabang Palangka Raya memiliki Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan fakultas ilmu memiliki 2 jurusan/program Studi masing-masing Jurusan Pendidikan sosial (PLS) sekarang dan program studi Pendidikan Umum (PU). Mulai tahun 1962. Pada awal pendirian Universitas Palangka Raya jurusan/program studi Pendidikan sosial sudah ada seperti terurai pada bagian akhir di pendahuluan dan diberkembang semakin tahun semakin bertambah. Sejak awal tahun 70-an, jumlah mahasiswa Pendidikan Sosial semakin meningkat. Hingga awal tahun 1980-an terjadi pergantian nomenklatur menjadi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) jumlah mahasiswa tetap hampir terbanyak dari jumlah jurusan yang lain di FKIP. Namun dipertengan tahun 80-an beredar esue tak sedang oleh kelompok yang tidak senang dengan alumnus PLS laku di berbagai perkantoran. Misal: Dinas Pendidikan, Departemen Sosial, BKKBN, tenaga kerja, Tramsmigrasi dan berbagai instansi lainnya. Bahwa sarjana pendidikan tidak dibolehan bekerja di luar kementrian pendidikan. Padahal lulusan PLS diterima bekerja di mana-mana. Selain itu dosen-dosen PLS seperti: Prof. Soedomo, (Malang) Prof. Santoso S. Hamijoyo (Bandung) Prof. Yacub (Medan) dan Prof. (Makassan) mereka menyusun kurikulum untuk alumnus PLS bisa bekerja jadi guru, dan tidak jadi guru. Artinya bekerja di perkantoran selalin di sekolah. Sampai-sampai di kanwil pendidikan dan kebudayaan ada bidang Pendidikan Masyarakat. Sampai tahun 2016 disebut bidang Pendidikan Non Formal (PNFI). Di Dinas Pendidikan kabupaten kota masih ada sampai sekarang. Dalam masa yang tidak begitu lama muncul lagi isue yang membunuh pada Program studi PLS yaitu jurusan PLS yang ada di FKIP dalam Universitas tidak dibolehkan menerima mahasiswa baru. Sehingga seluruh Universitas yang ada di luar Jawa menurut program studi PLS dan di Kalimantan ada 4 FKIP Unlam Banjarmasin. Tanjung Pura Pontianak, Mulawarman Samarinda Universitas Palangka Raya Palangka Raya. Dari 4 Universitas di Kalimantan 2 memiliki PLS masing-masing FKIP Lambung Mangkurat dan FKIP Universitas Palangka Raya. PLS Bertahan Dari seluruh FKIP dalam Universitas di tanah air mulai tahun 1986 menghentikan passing Out dari Aceh Universitas Syeh Kuala, Sriwijaya, hingga Cenderawasih menutup aktivtasnya. Kecuali 2 PLS yang tidak mau tahu di Indonesia, PLS Universitas Palangka Raya Kalimantan Tengah dan PLS Universitas Jember Jawa Timur. Alasan saya di Unversitas Palangka Raya punya eberanian karena sampai tulisan ini diturunkan, mana surat menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang memerintahkan PLS di tutup. Universitas Jember bertahan karena Rektor Dosen PLS, Dekan Dosen PLS sehingga sambil menunggu surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu akan disampaikan ke seluruh perguruan tinggi yang memiliki PLS di FKIP tak kunjung datang. Sehingga mereka bertahan dengan setiap tahun tetap saja menerima mahasiswa baru iput SLA. PLS FKIP Universitas Palangka Raya membuat cara lain yaitu menerima mahasiswa lama yang saat itu jadi guru SMP dan SMA berupa Diploma 1 dan Diploma 2 PLS dan atau para alumnus Sarjana Muda BA PLS saat itu tersebar di berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Tengah atau Sarjana Muda dari berbagai jurusan untuk masuk ke PLS untuk disarjanakan menjadi sarjana PLS. Sejarah PLS ini berlangsung selama 10 tahun atau 20 semester. Saat main tens lapangan penulis mendapat giliran jadi wasit. Rektor Universitas Palangka Raya Prof. Dr. Ir. H. Aly Hasmy, MS MA. Bertanya kepada saya. Norsanie kamu mengajar di jurusan mana ?. Karena satu group di lapangan tens saya jawab di Program studi PLS. Rektor bertanya lagi berapa orang dosennya? saya jawab 24 orang kok banyak ya. Berapa orang mahasiswanya ? saya jawab 2 orang. Rektor berhenti dan berdiri di depan saya, lalu berkata. Besok kami ke kantor, kita buka kembali PLS dan penerimaan mahasiswa ini 1996 kita umumkan. Ternyata penerimaan calon mahasiswa baru PLS masih banyak peminatnya, dan dapat hidup hingga sekarang. PLS FKIP Unlam mulai tahun 1986 menutup program studinya sehingga para dosen yang berasal dari Makassar kembali ke Sulawesi, yang berasar dari Jawa kembali ke Jawa masing-masing IKIP Surabaya, IKIP Malang dan IKIP Yogyakarta. Setelah berjalan 10 tahun kemudian PLS Palangka Raya menerima mahasiswa input SLA, ternyata dosennya tidak memenuhi kreteria membukan S-1 sehingga yang disetujui oleh Dikti adalah Pendidikan Luar Biasa PLB. Karena dosen-dosen PLS sudah pada pindah meninggalkan Banjarmasin. PLS Masa Kini dimulai dengan perkembangan perguruan tinggi dengan persaingan yang sangat ketat, satu sama lain harus menunjukkan hasil yang diproduk dengan kata lain lapangan kerja yang pasti. Seain itu mahasiswa PLS tidak harus jadi guru, tapi juga selain PNS mereka harus bisa berwiraswasta. Dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi yang lain. Saat ini mahasiswa PLS karena dibekali pendidikan kewirausahaan, mahasiswa sebelum menjadi alumnus sudah banyak yang magang usaha, tanpa diketahui oleh para dosennya. Misalnya mereka sambil menulis skrisipsi, sejumlah mahasiswa ikut di Cafitaria apakah di malam hari ataukah di siang hari. Selain magang pada lembaga yang ditugasi program studi. Tidak sedikit pula sarjana baru PLS yang baru di wisuda, pamintan ke rumah ada yang sendirian dan ada pula dengan ayah ibunya. Penulis menyarankan sekembalinya sarjana baru ke kampung halaman, jangan lupa mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di mana ia tinggal. Dan jika PKBM berdiri jangan lupa mengajak teman-temannya sarjana lain, yang masih menganggur. Jika ia sarjana materi-mateka misalnya bisa di PKBM membuka kursus matematika, sarjana bahasa inggiris bisa dibuka kursus bahasa inggris. Demikian pula di KBM menyelenggarakan Paket A, Paket B dan Paket C. Karena PKBM sebuah lembaga mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan PKBM yang terakreditasi akan dapat menyelenggarakan ujian negara. Sehingga sarjana yang masih menganggur, dapat dijadikan totur di PKBM. Kembali Ke Daerah Cita-cita ingin membangun Kalimantan Tengah dengan membina PLS ternyata selama 1,5 tahun sebagai Profesor tapi mahasiswa. Jadi sebagai mahasiswa program doktor padahal sudah Profesor. Namun 2 setelah dipromusikan di saat selamatan di RM. Ny Suharti kota Bandung seorang tokoh Dayak H. Masyran Masyuhur karena beliau dengan 4 orang Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah mendapatkan undangan dari Pascasarjana UPI dan 2 orang dari Kantor Gubernur serta 2 orang dari Kabupaten Kapuas dan 2 orang dari Uniersitas Palangka Raya. Anggota DPRD Provinsi, H. Masyran Masyuhur mendapat kesempatan mengucapkan selamat atas peroleh gelar Doktor PLS juga menyebutkan yang bersangutan sudah Profesor 18 bulan lalu. Jadi Norsanie disamping mendapat gelar Doktor, juga ebelumnya sudah Profesor. Demikian juga ucapakan warga Jakarta yang kala itu Tokoh Dayak dari Jakarta diantaranya Drs. H. Syofyan Chairul mengucapkan hal yang sama. Namun di bulan agustus baru terlaksana untuk kembali ke Palangka Raya karena sambil menunggu anak pertama Abudurrahmanto mengambil ijazah SMPNegeri 12 Bandung. Dan terlambat prosesnya dari Kalimantan Tengah sehigga sibuk-sibuk memasukan anak di SMA Palangka Raya dan ke dua Ady Adha untuk kembali ke SDNegeri Palangka 5 Palangka Raya di kelas V. Setelah melaporkan ke Rektor Universitas Palangka Raya kamis 9 Agustus dan tanggal 19 Agustus mendapat surat undangan dari Gubernur Kalimantan Tengah bahwa hari senen 20 Agustus jam 09.00 tempat di Aula Jayang Tingang Kantor Gubernur, untuk pelantikan sebagai kepala Badan Diklat Provinsi Kalimantan tengah. S-2 PLS Penulis sesaat setelah diprosikan gelar Doktor tahun 2002, dan secara sembunyi-sembunyi kembali ke Palangka Raya bulan agustus setelah dipromosikan doktor Pendidikan luar sekolah pada tanggal enam belas bulan mei tahun dua ribu dua di Unversitas Pendidikan Bandung (UPI) yang sebelumnya adalah IKIP Bandung. Dalam persiapan promusi Dr. Supriyono, M.Pd bertandang ke rumah di bandung, dan bertanya apakah ada kesempatan saya ke Palangka Raya ? pikiran saya, dari 18 dosen PLS baru 2 yang pendidikan S-2 dan 1 bakal Doktor. tawaran itu saya sambut dengan kita buka S-2 PLS di Palangka Raya. Rupanya gayung bersambut, rombongan dosen dan mahasiswa PLS berkunjung ke PLS IKIP Malang. Maka ucapan itu diulang oleh Dr. Supriyono, M.Pd bahwa Norsanie bercita-cita mau membuka S-2 PLS di Palangka Raya. Semua dosen PLS dari Palangka Raya yang membawa mahasiswa S-1 mendaftarkan diri menjadi calon mahasiswa S-2 PLS kerjasama dengan IKIP Malang. Yang sekarang menjadi Universitas Negeri Malang (UNM). Kerjasama berlangsung selama 1 angkatan, karena saya sangat terganggung sebagai kepala Badan Diklat. Tidak mungkin waktunya yang bersamaan, maka kerjasama dihentikan dan bukan Agustus 2008 proses S-2 PLS mendapatkan izin operasional turun. Dan hingga kini S-2 PLS di luar Jawa hanya ada di Universitas Palangka Raya. Dosen-dosen Sejak awal tahun 2000-an dosen-dosen mulai rontok dan rapuh. Hal ini karena sebagian besar faktor usia yang mengakhiri masa kerjanya sebelum waktunya pensiun adalah seperti Ibu Dra. Katsar Muloyo, Drs. Puji Santono, Drs. Charli Ngaky, dan Drs. Don F. Ringkin, M.Pd meninggal sudah dalam keadaan pensiun. Mereka ini sudah pada mendahului kita pergi ke alam baqa untuk selama-lamanya. Mari kita doakan mereka agar diterima di sisiNya sebagai Pejuang bidang Pendidikan. Sedangkan pensiun di Usia 65 adalah adalah: Prof. Drs. Suparman, Drs. H. A.A.Ghany dan Dra. Hj. Dalikah, M.Si. Sementara yang generasi ke 2 sudah berjatuhan sebelum waktunya: seperti Drs. Eduard Amberan, Drs. Hannes Hamun, Drs. Alfonso mereka walau sudah ada S-2 PLS di Universitas Palangka Raya, tapi tidak mau ikut kuliah. Akhirnya dengan berlakunya dosen S-1 harus berijazah S-2 tidak mereka penuhi, dan berdasarkan peraturan mereka harus dipensiunkan sebelum waktu yang ditetapkan. Sayang S-2 PLS/PNF sudah di teras rumah, mereka tidak mau kuliah apa boleh buat. Harus dipensiunkan sebelum waktunya. Dan Drs. Ikel Gasan, M.Pd serta ada pula yang tinggal menghitung bulan yang menunggu tidak lama lagi bakal pensiun seperti: Drs. Saufin Mantir, M.Pd dan Drs. Ihan Linai, M.Pd pada usia 65 tahun. saya diusia 70 tahun mendatang juga akan mengakhiri masa kerja sebagai Guru Besar kecuali menggunakan Guru Besar Emiritus untuk 2 tahun pertama pemeriksanaan kesehatan dan dapat diperpanjang 2 tahun kebudian. Sementara dosen-dosen S-1 PLS/PNF 8 orang berpendidikan S-2 dan S-3 sebanyak 4 orang dan 1 orang yang sudah Guru Besar. Mahasiswa S-1 dan S-2 Sekembalinya dari Badan Diklat Provinsi Kalimantan Tengah endapat jabatan sebagai ketua Pusat penelitian bidang pendidikan dan pengembangan di Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya. Sambil menyusun borang /proposal S-2 PLS. Dan bulan Angustus 2008 turut izin operasional S-2 Pendidikan Luar Sekolah, yang sekaligus saya harus pindah alamat dari ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Palangka`Raya ke ketua Program Magister Pendidikan Luar Sekolah/Pendidikan Non Formal di Pasca sarjana hingga penulsan ini. Adapun mahasiswa PLS/PNF terdiri dari 2 group masing-masing mahasiswa S-1 dan Mahasiswa S-2. mahasiswa S-1 semakin tahun ada perbaikan dengan jumlah mahasiswa dan dosen mendekati ideal. Sementara S-2 PLS/PNF sudah punya 10 angkatan hingga tahun 2017 sekarang. Dari 10 angkatan sudah hampir 200 orang mahasiswa atau lebih. Memang ada yang tertinggal akibat kesulitan penulisan thesis mereka. Sejak berdirinya S-2 tenaga pengajar kita dirasakan kurang. Oleh sebab itu merugikan setelah 3 orang dosen masing-masing Prof. Dr. Ruslikan pensiun dan pulang ke Batu Malang Jawa Timur, Prof. Dr. Ciptadi meninggal dunia dan Dr. Diana H. Sofyan. M.Si penisunan karena memasuki usia 65 tahun. Sehingga data bes kita kurang akhirnya sertifikan Akreditas belum bisa diambil. Masih Satu-satunya Dari tahun 2008 S-2 PLS/PNF rupanya masih belum ada di luar Jawa yang mendirikan S-2 PLS/PNF. Selama 10 angkatan Pasca sarjana Universitas Palangka Raya yang satu-satunya di negeri ini yang menyelenggarakan S-2 PLS ini di tanah air. Jadi kalau masa Passing Out selama 10 tahun 1986-1996 hanya 2 PLS/PNF yang bertahan menentang arus tak menutup Program Studi, yaitu PLS Universitas Palangka Raya dan PLS Universitas Negeri Jember. Selain itu semua PLS yang ada di FKIP di tanah air telah menutup aktivitasnya baik penerimaan mahasiswa maupun proses pembelajaran lainnya. Jadi dari 34 perguruan tinggi maik negeri maupun swasta di tanah air ternyata PLS/PNF yang memiliki S-2 adalah: UPI di Bandung, UNY di Yogyakarta, UNM di Malang, Universitas Palangka Raya di Palangka Raya. Kemudian baru 3 tahun terakhir ini S-2 Universitas Negeri Surabaya dan Semarang. Selebihnya masih menyenggarakan S-!. Dampak Dirasakan Secara realita di tanah air dengan Passing Out PLS di berbagai perguruan tinggi ternyata ada dampai nyata yang kita lihat. Misalnya data statistik tentang warga masyarakat yang buta huruf seperti: 6,5 Juta Perempuan Indonesia Buta Aksara • Kabar dari Jakarta bahwa Jumlah perempuan Indonesia yang sudah melek huruf masih rendah. • Hal itu terbukti dari masih tingginya jumlah perempuan yang buta aksara, di berbagai daerah dan kalangan, yakni mencapai 64 persen. • Persoalan ini dikarenakan banyaknya perempuan yang tidak punya akses pendidikan dan drop out (DO) • Atau putus sekolah dari bangku sekolah lantaran tidak ada biaya atau kemiskinan. • walau saat kini ada perubahan, data BH. • Saat itu sebesar 8,2 juta orang. ''Memang sekitar 64 persen perempuan, berarti dua kali lipat laki-laki, • atau 6,5 juta perempuan buta aksara,'' tutur Hamid, usai acara Lokakarya Pengalaman Terpetik Pengarus-utamaan Gender • Bidang Pendidikan, di Kantor Kemendikbud, • Rabu malam (24/2, 2009). • Data ini, dipaparkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) yang kini disebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, • Hamid Muhammad kala itu mengatakan, jumlah perempuan buta aksara sekitar 6,5 juta orang, • sisanya laki-laki atau 3,5 juta orang. • Mayoritas perempuan buta aksara berada pada usia 40 tahun ke atas. • Dari data yang dihimpun Kemendiknas angka buta aksara per Desember 2009. Menekan Buta Huruf • Hamid (2005) mengungkapkan, penyebab buta aksara adalah budaya, tidak ada akses, dan angka putus sekolah. • Ia mengamati, buta aksara umumnya tidak pernah masuk sekolah, dan pernah sekolah tapi DO. • '‘…Yang kami harapkan tidak terjadi lagi karena biasanya sekarang dibantu sehingga ke depan proporsi perempuan yang buta aksara dapat ditekan…‘‘, Seruan Kaum Perempuan • Hari minggu, tanggal 21 April 2013 jam 08.30 di depan Hotel Indonesia (HI) • kaum perempuan Indonesia yang tergabung dalam pemuda KNPI • meminta, agar strop pelecehan/kekerasan pada kaum perempuan. Termasuk pembiasan ”BH” • Juga meminta agar Undang-Undang Hukum Pidana dimasukan tidak hanya sekedar dibuku kan. • Kaum Perempuan bukan hanya masalah perbuatan asosila saja. • Tapi pelecehan terhadap kaum perempuan juga agar harkat dan martabat kaum wanita mendapatkan perhatian pemerintah. • 3.Buta aksara kembali yang diperkirakan mencapai 30%. Jumlah buta aksara keseluruhan berdasarkan data BPS yaitu: * 10 th ke atas : 15.04 Juta • * 15 th ke atas : 14.59 Juta • * 10-44 tahun : 3.96 Juta • * 15-44 tahun : 3.5 Juta • * 45 th ke atas : 11.07 Juta • Sumber Media Komunikasi PK AKSARA Januari – April 2006 • INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 Tahun 2006 Tentang GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Direktur Jenderal Pendidikan Masyarakat Dr. Abdul Kahar (4 Oktober 2017) di Palangka Raya di Aula PAUD Dikmas menyebutkan:”...kalimantan Tengah sudah tergolong rendah jumlah masyarakat buta huruf 045,% beda dengan di provinsi lain. Namun jika kita kejar jumlah penduduk yang tuna aksara di atas sudah dicapai namun masih belum tuntas. Hasil Penelitian Tahun 1992 penulis melakukan penelitian KB Desa Pantai. Satu Proyek Luar Negeri di BKKBN selama 2 tahun. Sambil penelitian hal tersebut, dilakukan pula penelitian Buta Huruf kepada masyarakat desa pantai yang saat itu terdiri dari Kabupaten Kapuas berbatasan dengan Kalimantan Selatan, Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kota Waringin Barat berbatasan dengan Kalimantan Barat. Saat itu hanya 3 kabupaten 6 kecamatan dan 28 desa. Hasil penelitian saat itu, ternyata baik anak-anak maupun ibu-ibu tidak bisa membaca huruf latin. Tapi bisa ngaji. Artinya mereka di kawasan pesisir Kalimantan Tengah ini tidak buta uruf murni. Sementara tahun 1997, di kawasan utara Kalimantan Tengah pada masyarakat terasing atau istilah komunitas Adat terpencil (KAT) adalah masih murni kalau ditemukan bagi mereka yang buta huruf tersebut. Tenaga Dosen PLS/PNF Adapun jumlah dosen yang mengajar pada S-1 PLS/PNF sebanyak 12 orang. Sedangkan di Program Magister S-2 PLS/PNF 9 orang. Untuk S-2 PLS/PNF sempat dirasakan pincang, karena secara hampir bersamaan dosennya 3 orang pensiun dan meninggal. Padahal S-2 minimal pengajarnya (dosen) sebanyak 6 orang. Mareka yang pensiun tersebut adalah Prof. Dr. Ruslikan dan Dr. Hj. Diana H. Sofyan. Sedangkan Prof. Dr. Ciptadi, MS meninggal dunia. Sehingga S-2 PLS/PNF sangat terasa kurang. Namun bantuan lain ada yang masuk ke PLS karena perpindahan. Syarat menjadi dosen S-2 adalah harus mengantungi Ijazah S-2 PLS/PNF itusedangkan S-2 PLS harus doktor. Tidak mampu menangkan Alumni Mengingat biaya penayangan alumni S-1 dan S-2 PLS/PNF beserta Artikel dalam Jurnal Pendidikan Sepanjang Hayat di dunia maya, membuat komunikasi kita terputus. Saya sudah memikirkan 10 semester lalu, tapi tak kunjung tiba, mengingat anggaran dari TU tidak tersedia untuk itu. Mudah-mdahan dalam waktu mendatang hal itu dapat terlaksana sesuai harapan. Masih dunia maya, selama saya kembali dari Pendidikan Doktor (S-3) 15 tahun silam mahasiswa saya S-1 dan S-2 (1) saya berikan materi Ceramah dan tanya jawab; (2) materi ceramah yang saya paparkan di ruang kuliah, saya berikan pula kepada mahasiswa baik S-1 maupun S-2 untuk dibaca sekembalinya dari ruang kuliah. Mereka dipersilahkan meng-copy sejumlah mahasiswa yang hadir; dan (3) jangan lupa harus membuka internet pada bloger saya yaitu : http://norsanie.blogsport.com/ disana sejumlah pertanyaan dari hasil butir ( 1 ) dan ( 2 ) di atas. Saya ingin para alumni juga menulis tentang ilmunya yang ia dapat selama di masyarakat. Namun belum terwujud hingga saat ini karena belum dapat dana untuk membayar biaya itu. Sehingga bila hal itu terwujud kita sesama alumni akan mudah saling mengetahui, saling memberi infrmasi dan saling megemukakan teorinya dari ilmu yang ia peroleh. Selama ini mahasiswa S-2 hanya sebagian yang bisa, berai, mengemikakan hasil tesisnya di Jurnal yang saya publikasikan diberi judul PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT. Yang punya ISSN sehingga para tenaga jabatan fungsional bisa dijadikan angka kredit. BAGIAN AKHIR Sebagai bagian akhir materi saya, selalu Dosen, yang kebetulan sudah 17 tahun menyandang Guru Besar. Mengucapkan Selamat Kepada Alumnus PLS/PNF yang telah menduduki berbagai jabatan tidak sebatan di KalimantanTengah. Alumnus kita Ada di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI dan di provinsi tetangga kita seperti: Kalimantan Selatan, Timur dan Barat. Mereka bekerja dengan membawa nama PLS sebagai Alamaternya. Dilihak lain sudah seumlah alumnus kita yang telah mendahului kita, terlebih pada mas-masa pensiun mereka. Kepada Drs. Arton Dohong, yang dengan murah hati mengundang kita semua untuk datang ke Kuala Kurun. Karena salah satu Alumnus Terbaik Kita duduk menjadi pimpinan tertinggi di Kabupaten Gunung Mas yaitu: Bupati Kepala Daerah yang tidak semua orang bisa dapat menduduki Singgasana Kerajaan ini. Selamat Sdr. Drs. Arton Dohong sebagai Bupati Gunung Mas Kalimantan Tengah. Semoga mengundang kami dari berbagai pelosok Daerah Kalimantan Tengah ini tidak merugikan. Tapi lebih memberikan keuntungan tentunya. Kepada Sdr. Drs. Darius, M.Si yang bersusah payah untuk mengumpulkan alumnus PLS mudah-mudahan dapatkan jabatan yang lebih Empuk lagi. Para alumnus S-1 dan S-2 PLS saya tidak lupa mengucapkan Selamat atas segala perjuangan kita masing-masing. Semoga ilmu PLS/PNF memberikan setitik manfaat bagi Nusa Bangsa Kita Tercinta. Amin Yarabbal ”alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Darlan, H. M. Norsanie, Hasmy, Ali, (1996). Mengaktifkan Program Studi PLS, Universitas Palangka Raya.
Poerwadarminta, W.J.S., (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Shadely, Hasan, 1984. Ensiklopedia Indonesia, Jakarta.
Kemendiknas, RI (2006) INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 Tahun 2006 Tentang GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Kependudukan, (2006).
Data Penduduk Indonesia, Sumber Media Komunikasi PK AKSARA Januari – April 2006. Jakarta.
Muhammad, Hamid, (2005) mengungkapkan, penyebab buta aksara adalah budaya, tidak ada akses, dan angka putus sekolah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar