Oleh:
H.M.Norsanie
Darlan
Terkadang
orang sering bertanya apa itu pendidikan luar sekolah? Pendidikan luar sekolah
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, secara
jelas ia masuk dalam 3 jalur pendidikan. Pertama: Pendidikan formal, Kedua:
Pendidikan Nonformal, dan ketiga: pendidikan informal. Untuk lebih
jelasnya, mari kita pelajari satu persatu jalur pendidikan itu, secara
sederhana sebagai berikut:
1.Pendidikan Formal yang
termuda
Pendidikan
formal yaitu sistem persekolahan yang mana anak sampai dewasa bisa belajar
disana. Karena pendidikan formal ini sejak sekolah dasar (SD) sampai pendidikan
tertinggi. Artinya pendidikan formal berjenjang dari sekolah dasar, SLP, SLA,
Perguruan Tinggi yang menghasilkan Diploma dan S-1, kemudian Pendidikan
Tertinggi yaitu Pascasarjana yang menelurkan Magister dan Doktor.
Pertanyaan
berikut bagai mana pendidikan nonformal. Pendidikan non formal ini proses
pendidikannya ada yang formal dan ada pula yang murni pendidikan di luar sistem
persekolahan. Pendidikan nonformal atau PLS ini, yang disebut formal ada di
beberapa perguruan tinggi. Kalau di IKIP masa lalu dan dewasa ini disebut
dengan Universitas Negeri seperti IKIP Malang disebut dengan Universitas Negeri
Malang (UNM), di Jakarta Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tapi IKIP Bandung
menyebut diri UPI artinya Universitas Pendidikan Indonesia. Di IKIP sebutan
lama jurusan PLS ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Bagaimana kalau di
Universitas ? PLS ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tapi
tidak semua FKIP di Universitas Memiliki Jurusan/Program Studi PLS. Untuk
Kalimantan hanya ada di Universitas Palangka Raya. Universitas Tanjung Pura
(Untan), Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Lambung Mangkutan tidak
bisa mendirikan, karena tenaga dosennya belum mencukupi. Demikian juga di perguruan
tinggi lainnya.
2.Pendidikan Nonformal
Pendidikan
Luar Sekolah yang berada betul-betul di luar sekolah seperti pada: Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) yang harusnya ada di seluruh kabupaten. Namun kalimantan
tengah baru 7 kabupaten yang memiliki SKB. Pendidikan luar sekolah juga ada di
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di berbagai kabupaten
dan kota di Kalimantan Tengah. Untuk kota Palangka Raya ada 18 PKBM yang aktif
dan sejumlah PKBM yang memerlukan uluran tangan pihak terkait. Apa sebenarnya
tujuan berdirinya PKBM ?. PKBM didirikan adalah karena kesadaran para anggota
masyarakat terhadap nasib para warga masyarakat yang karena sesuatu dan lain
hal mereka tidak sempat menikmati pendidikan formal dimasa mudanya. Setelah
dewasa ia baru sadar pentingnya belajar. Mau masuk ke SD tidak mungkin, karena
faktor usia. Maka PKBM akan memapung mereka untuk belajar kembali. Dengan
program paket A dan ijazah mereka berdasarkan Undang-Undang setera dengan SD.
Paket B setara SMP dan paket C setara dengan SMA.
Dalam
PKBM juga berbagai program belajar di masyarakat tersedia Keberagaman dimaksud
adalah bermacam-macam kursus seperti: kursus menjahit, menyetir,
fotografir, komputer, sablon, salon kecantikan, tata rias, kursus bahasa,
kesetinian, dan lain-lain. Seluruhnya menggunakan waktu yang relatif pendek,
tapi berguna dan dapat menolong warga belajarnya dalam mencari nafkah untuk
diri dan keluarganya. Dan jangan hanya terbatas pada program pemberantasan buta
huruf. Tapi PLS berpikir jauh dari itu.
Kalangan pejabat sering tidak
mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia
sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II
dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan
seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui
jalur pendidikan luar sekolah.
3.Pendidikan Informal
Sekarang bagaimana yang disebut
pendidikan informal ?. pendidikan informal adalah pendidikan tertua di dunia.
Karena belajar dari sejarah pendidikan bahwa pendidikan informal ini sejak
zaman Nabi Adam sudah terjadi. Karena pendidikan ini berada dalam keluarga.
Pendidikan dalam keluarga ini
yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga
itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap
anak itu.
Kita sama maklumi jika anak
berasal dari keluarga nelayan. Sangat mustahil kalau ia tidak mengerti cara
menangkap ikan. Demikian juga jika anak terlahir di keluarga perkebunan. Anak
akan bisa dengan mudah melakukan tanaman karena ia sejak dari lahir sudah
melihat dari ayah ibu, nenek kakeknya dalam berkebun walau dengan serba
sederhana.
Dalam kesempatan ini, penulis
mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang
piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi
primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum
sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa
seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya
untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri
kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam
pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan.
Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan.
Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa.
Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar