Oleh :
H.M.Norsanie
Darlan
Pendahuluan
Dalam
Pembangunan Dunia Pendidikan Dewasa ini, upaya pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sungguh mulai menggembirakan. Namun jika dikaji secara
mendalam memang memerlukan keterlibatan berbagai komponen masyarakat, dan
pemerintah.
Dalam
penulisan materi kali ini, akan diuraikan berbagai hal sejak memperhatikan
terhadap efektivitas kerja, pengelolaan program, prinsip tahapan secara
sederhana apakah perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pekerjaan yang
kita programkan. Untuk lebih jelasnya uraian tersebut, secara sederhana
diuraikan sebagai berkut:
Pengertian Efektivitas Kerja
Pengertian
Efektif menurut Moeliono (1989; 219) dan Poerwadarminta (1986) adalah:”…yang
dapat membawa hasil atau dengan kata lain berhasil guna tentang suatu tindakan
dalam usaha tindakan…”.
Pengertian
efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuannya tepat atau
peralatan-peralatan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas
adalah hasil membuat keputusan untuk menunjukkan pengarahan tenaga kerja
bawahan atau disebut juga manajemen efektivitas kepemimpinan, yang membantu
memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan.
Efektivitas
adalah keadaan dan kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh
manusia atau seseorang untuk memberikan guna yang diharapkan. Untuk melihat
efektivitas kerja pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu:
Pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan
pertimbangan sosial.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Efektivitas Kerja
Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan
melakukan program dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dapat menentukan
efektivitas kerja karyawan berhasil dilakukan dengan baik atau tidak
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Tugas bawahan dapat berjalan dengan baik
apabila dilakukan pemberitahuan (komunikasi) tentang pendelegasian
tugas/tanggung jawab serta adanya evaluasi kerja dari pimpinan. Ada 8 Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja dalam
organisasi, dapat pula kita lihat pada hal-hal berikut ini:
1. Waktu
Ketepatan
waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama
tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul
dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu
yang tidak sedikit.
2. Tugas
Bawahan harus
diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan kepada
karyawan tidak juga dilepas begitu saja. Seorang manajer perlu dilakukan
pngawasan namun tidak perlu mencampuri pekerjaan mereka.
3. Produktivitas
Seorang
karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja tentunya akan
dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik demikian pula sebaliknya.
Sebagai manajer ia memotivasi karyawan lain agar mereka merasa dilibatkan. Disaat
itu pula seorang pemimpin melihat hasil kerja karyawan keseluruhan. Apakah yang
lain termotivasi atau tidak dalam pekerjaan itu.
4. Motivasi
Manajer dapat
mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang
sensitif. Semakin termotivasi karyawan untuk bekerja secara positif semakin
baik pula kinerja yang dihasilkan. Disini peran atasan dalam menjalankan suatu
roda pekerjaan apakah motivasi yang muncul itu memang dari dalam (intrensic)
terhadap pkerjaannya. Ataukah motivasi dari luar (extrensic) karena melihat
kawan sekerjannya bekerja baik, maka ia ikut juga mempertahankan atau
meningkatkan kualitas kerjanya.
5. Evaluasi Kerja
Manajer
memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaliknya bawahan
harus melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikan untuk dievaluasi tugas
terlaksana dengan baik atau tidak. Dorongan bantuan dan informasi seperti ini,
juga salah satu upaya meningkatkan efektivitas dalam PAUDNI kita.
6. Pengawasan
Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat
terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam
pelaksanaan tugas. Pengawasan disini lebih dari yang dijelaskan di atas seperti
upaya produktivitas dan motivasi. Tapi pengawasan dengan tujuan pembinaan.
Pengawasan bisa dilakukan langsung seoran pimpinan menemui bawahan. Tapi bisa
juga secara tidak langsung tapi tujuannya untuk alasan tidak tersedia waktu,
namun perlu menciptakan pengawas orang lain guna perpanjangan tangan pimpinan.
7. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang,
cahaya alam dan suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu
bekerja. Tempat kerja juga tidak perlu terlalu sepi. Upaya banyak orang ada TV,
Radio membuat suasana lingkungan kerja jadi hidup.
8. Perlengkapan dan Fasilitas
Adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan
oleh pimpinan dalam bekerja. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi
kelancaran karyawan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang disediakan oleh kantor
atau perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seorang dalam mencapai
tujuan atau hasil yang diharapkan. Demikian sebaliknya.
Sehubungan dengan 8 hal di atas,
maka akan tercipta hal-hal tersebut di atas, Nitta, Puspitasari, (2009) adalah:
”…1)mengembangkan
wawasan, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan komunikasi secara profesional;
2) membawa peserta
didik melaksanakan proses matematika;
3) mengemukakan
pendapat dan pikiran dengan jelas dan dalam tingkat keresmian yang tinggi
secara lisan dan tulisan; dan yang paling penting
4)meningkatkan
kemampuan peserta didik mengemukakan temuan dan ide matematika dengan bahasanya
sendiri (mathematical communication) serta meningkatkan daya abstraksi peserta
didik….”.
Untuk lebih jauh kita
dalam membicarakan tentang efektivitas pengelolaan PAUDNI ini, mari kita lihat
hal-hal sebagai berikut:
Beda Efektivitas dengan Efisiensi
Efektivitas adalah pencapaian
tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian
alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan
lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah
tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara
tersebut adalah benar atau efektif.
Sedangkan efisiensi adalah
penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum.
Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan
berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif,
membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk
menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B
membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata
lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
Untuk melihat bagaimana sebuah
pengertian pengelola program, prinsip, tahapam pelaksanaan sejak dari
perencanaan, pelaksanaan dampai pada evaluasi akan diuraikan berikut ini:
1.Pengertian Pengelolaan Program
Berbicara apa arti pengelolaan secara sederhana Rokhmin Dahuri (2001) lebih menjelaskan mengenai definisi dan
pengertian Pengelolaan dengan menggunakan beberapa pemahaman:
Definsi adalah:“…Proses Pengelolaan
yang mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan pembangunan
(manusia) yang terdapat secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan
tersebut…”. Efektivitas pengelolaan program PAUDNI tidak lain adalah suatu
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang tentunya tidak lain adalah peningkatan
Sumber Daya Manusia. Dan kepentingan ilmiah dengan pengelolaan pembangunan
dalam menyusun dan mengimplementasikan suatu rencana terpadu untuk membangun
(memanfaatkan) dan melindungi ekosistem pesisir beserta segenap sumberdaya alam
yang terdapat didalamnya, bagi kemakmuran/kesejahteraan umat manusia secara
adil dan berkelanjutan.
Menurut akhli perencaan Mulyasa
(2006; 91) adalah: “... suatu pengelolaan yang merupakan keterampilan untuk
menciptakan suatu iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikan penyajian
terjadi ganggunan dalam proses pembe;ajaran…”.
Sedangkan
menurut Sudirman
(dalam Djamarah, 2006:177) yaitu:”...Pengelolaan
kelas adalah upaya mendaya-gunakan potensi tempat
belajar...”. Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) adalah:”...Manajemen
atau pengelolaan kelas dapatdiartikan
sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberiankesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk
melakukan kegitan-kegiatanyang kreatif dan terarah...”. Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat bahwa:”... penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung
jawab kegiatan belajar mengajar atau
yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapatterlaksana
kegiatan belajar yang seperti diharapkan...”.
Pengelolaan
dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut
pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). Berdasar
pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelasmerupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan
proses belajar mengajar secara sistematisyang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi
atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuankurikuler dapat tercapai.
2.Tahapan
Program
a. Perencanaan Kegiatan
Aspek-aspek
pengembangan menurut Rohmin Dahuri (2001) pengaturan harus berorientasi kepada 4
aspek masing-masing:
(a)jenis kegiatan yang akan dikembangkan didalam sesuatu pengembangan agar
dapat disinergikan secara optimum dengan kegiatan lainnya sesuai dengan daya
dukungnya;
(b)volume kegiatan antara setiap jenis kegiatan perlu ditetapkan
pembatasannya agar tidak memberikan pengaruh negatif terhadap jenis-jenis
kegiatan lainnya. Untuk itu perlu ditetapkan baku mutu untuk setiap komponen
sumberdaya sesuai dengan peruntukannya;
(c)Introduksi Teknologi perlu disesuaikan dengan upaya mempertahankan baku
mutu setiap komponen sumberdaya yang telah ditetapkan. Misalnya introduksi
paket teknologi untuk tambak intensif perlu dicegah mengingat dampak negatif
yang ditimbulkannya;
(d)Pengembangan Sarana dan Prasarana disesuaikan dengan program yang mempergunakan
prinsip “More uses less area”.
Proses
Penyusunan rencana program dilakukan dengan pemanfaatan secara optimal pada sumber
daya manusia. Artinya bahwa pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dilakukan
dengan memperhatikan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
mengabaikan kepentingan generasi masa datang. Untuk itu azas-azas rencana yang
efektif dalam pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan yang dapat
diterapkan adalah:
b. Pelaksanaan
Setelah kita membicarakan tentang perencanaan, maka di
bagian ini akan diuraikan secara sederhana tentang implementasi program sebagai berikut:
Dengan
pelaksanaan ini, menurut Inne, (2009) adalah :
• Terdiri dari aktivitas atau even apakah program yang
akan/
sedang/telah
berjalan itu?
• Metode apa yang digunakan dalam menjalankan program?
• Siapa yang sebenarnya menjalankan program dan
• Metode apa yang digunakan dalam menjalankan program?
• Siapa yang sebenarnya menjalankan program dan
seberapa baik mereka melakukannya?
• Siapa yang berpartisipasi dan
dalam aktivitas apa?
Apa semua pihak yang telibat memiliki akses
yang adil terhadap program?
• Sumber daya dan
input apakah yang di investasikan dalam program?
• Apakah
sumber daya keuangan dan manusia tersedia dengan cukup?
Tahap Pelaksanaan (Implementasi)
Rencana
Pada tahap implementasi (pelaksanaan) pada
perencanaan, diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya, seperti masyarakat itu
sendiri, tenaga pendamping dan pihak lainnya.
Selain itu juga diperlukan koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada sehingga tidak
terjadi tumpang tindih kepentingan dan ego sektoral. Dalam hal ini diperlukan adanya lembaga
pelaksana yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan seperti Pemerintah
Daerah, masyarakat lokal, Investor/swasta, instansi sektoral, Perguruan Tinggi
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Pada tahap implementasi (pelaksanaan)
ini juga diperlukan kesamaan persepsi antara masyarakat sekitar dengan lembaga
atau orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga
masyarakat benar-benar memahami rencana yang akan dilaksanakan.
Untuk diketahui pula ada kendala
SKB di kabupaten/kota yang telah bersudah payah mengajukan permohonan ke DPRD,
tentunya melalui Dinas Pendidikan dan pimpinan daerahnya. Namun ternyata usulan
anggaran yang diharapkan buat masyarakat kelas bawah ini, tidak kunjung tiba.
Bagaikan cerita di TV-0ne yang pihak KPK telah berupaya meminta untuk
anggaran pembangunan gedung, namun
DPR-RI merasa pasti tidak mendapatkan imbalan. Kalau mendapat imbalan pasti 2
hal yang dihadapi. Imbalan: pertama akan mendapatkan uang segar; yang kedia
akan mendapatkan hukuman seperti halnya sejumlah anggota DPR-RI yang menjadi
kasus di KPK.
Menurut Zamani dan Darmawan (2000) kegiatan-kegiatan
yang perlu dilakukan pada tahap implementasi ini adalah:
“…(1)Integrasi ke
dalam masyarakat, dengan melakukan pertemuan dengan masyarakat untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan konsep dan
mengidentifikasi pemimpin potensial yang terdapat di lembaga masyarakat local;
(2)Pendidikan dan
pelatihan masyarakat, metoda pendidikan dapat dilakukan secara non formal
menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan cara tatap muka sehingga dapat diperoleh informasi dua arah dan
pengetahuan masyarakat lokal (indigenous
knowledge) dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dalam konsep penerapan;
(3)Memfasilitasi
arah kebijakan, dalam hal ini segenap kebijakan yang berasal dari masyarakat
dan telah disetujui oleh koordinator pelaksana hendaknya dapat didukung oleh
pemerintah daerah, sehingga kebijakan bersama tersebut mempunyai kekuatan hukum
yang jelas; dan
(4) penegakan hukum
dan peraturan, yang dimaksudkan agar seluruh pihak yang terlibat akan dapat
menyesuaikan tindakannya dengan hukum dan peraturan yang berlaku...”.
Dan kita sama maklumi bersama bahwa
secara sederhana dalam implementasi (pelaksanaan) ada banyak program yang harus
dipikirkan dan bagaimana menuntaskan seperti:
1.Pendidikan
Keaksaraan Fungsional;
2.PAUD;
3.Kesataraan
4.Kursus
Wirausaha Pedesaan (KWD)
5. Kursus
Wirausaha Pedesaan ( KWD) dan Perkotaan (KWK)
6. Penyelenggaraan
Magang/Beasiswa
7.Pendidikan Mata Pencaharian (
kelompok Belajar Usaha)
8.Dan berbagai program lainnya.
Dari
sekian program di atas, masih banyak lagi yang tak dapat penulis sebut
satu-persatu dalam tulisan ini. Namun program-progam yang ada tersebut sungguh besar
manfaatnya dalam membantu dalam upaya mencerdaskan kehidupang bangsa. Sehingga
harapan kita semua bahwa akan tercipta efektivitas pengelolaan PAUDNI dengan
baik dan lancar.
c. Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi
Bila berbicara tentang monitoring dan
evaluasi, yang dilakukan sejak dimulainya proses perencanaan dan implementasi dimaksudkan
untuk mengetahui efektivitas kegiatan, permasalahan yang timbul dalam
implementasi kegiatan. Monitoring
dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada. Setelah monitoring selanjutnya dilakukan
evaluasi bersama secara terpadu dengan melibatkan seluruh pihak yang
berkepentingan. Melalui evaluasi ini
akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada guna perbaikan
untuk pelaksanaan tahap berikutnya.
Efektivitas Pengelolaan Program PAUDNI
ini di masyarakat sesuai dengan prinsip Ko-manajemen perikanan yaitu pembagian
atau pendistribusian tanggung jawab dan wewenang antara pemerintah dan
masyarakat lokal dalam mengelola sumber daya perikanan.
Evaluasi berasal dari kata
evaluation (bahasa inggris). Suchman (1961 ,dalam Anderson 1975) yang ditulis (dalam Inne, 2009) memandang
evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Stufflebeam (1971, dalam Fernandes
1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan
pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan
alternative keputusan.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk megumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya infromasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Ada dua pengertian untuk istilah
program, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara
umum,program dapat diartikan sebagai rencana. Apabila program ini langsung
dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Ciri-Ciri Dan Persyaratan
Evaluasi Program
Evaluasi memiliki ciri-ciri dan persyaratan:
a.Proses kegiatan
penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi peneliti pada
umumnya.
b.Dalam melaksanakan
evaluasi, peneliti harus berfikir secara sistematis, yaitu memandang program
yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau
unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja
dari objek yang dievaluasi.
c.Agar dapat
mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi perlu adanya
identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor penentu bagi
keberhasilan program.
d.Menggunakan
standar, kriteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan
kondisi nyata dari data yang diperoleh untuk mengambil kesimpulan.
e.Kesimpulan atau
hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah
kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam
melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan
program kegiatan sebagai standar, kriteria atau tolak ukur.
f.Agar informasi yang diperoleh dapat
menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari
program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang
dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indicator komponen
yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indicator dari
program yang dievaluasi.
g.Standar, kriteria,
atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling kecil dari
program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses
kegiatan. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara
rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar