Oleh:
H. M. Norsanie
Darlan
Pendahuluan
Dalam tulisan
yang yang sederhana ini membahas tentang mengenali pendidikan karakter dalam Proses
pengembangan pembelajaran ini, sungguh sulit ditemukan/dicari buku sumber.
Apakah judul buku secara khusus ataukah dalam jurnal-jurnal ilmiah lainnya.
Namun penulis mencoba mengurai hal ini dan mengambil berbagai sumber tulisan
terdahulu, dengan keterkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi saat ini,
sambil melacak info mealui media internet..
Untuk
mengetahui secara rinci hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan di atas,
penulis satu-persatu akan mengurai materi ini, dari berbagai pendapat ahli,
Sekelumit Pendidikan, Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter,
Peran
Pendidikan Karakter dari Guru, dan Sistem Belajar Membelajarkan, Mengenali 3
Jalur Pendidikan, Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan, Cita-Cita Bangsa,
Life-long Education, Kegagalan Pendidikan Formal, Konsep Pendidikan Luar
Sekolah Ke Masa Depan, Kualifikasi Pendidik, Promosi dan Sertifikasi, Dalam Menggulir
Bola Panas, tentang Karakter Bangsa, Karakter Bangsa yang diharapkan, Karakter bangsa
yang ber-etika dan Pendidikan Tidak Semata Tugas Guru. Dari berbagai sub
permasalahan di atas akan diuraikan secara sederhana satu demi satu berikut
ini:
Berbagai Pendapat Ahli Pendidikan
Berbicara tentang pendidikan,
banyak pendapat ahli yang dirasa perlu untuk kita uraikan guns mencari apa dan
bagaimana bentuk pendidikan tersebut. Kamus umum bahasa Indonesia karangan WIA.
Poerwadarminta, (1986; 520), menyebutkan tentang: konsep itu berarti
"rancangan". Dengan demikian maka konsep disini berarti
rancangan materi perkuliahan yang ada pada jurusan dimaksud.
Rancangan
perkuliahan tentu memerlukan suatu adanya gambaran yang akan dilaksanakan pada
suatu ketentuan tertentu. Jadi rancangan pembelajaran ini dapat jugs penulis jadikan
dengan istilah dasar (pengantar) dalam rancangan pendidikan luar sekolah yang
sebenarnya.
Jadi yang
dimaksud dengan konsep adalah "rancangan", sebagai mana pengertian di
atas. Sedangkan pengertian PLS itu penulis kutip tulisan: M Soedomo dalam
bukunya berjudul : Pendidikan Non Formal di Indonesia, Malang tahun 1974.
menyebutkan :
"Pendidikan
Luar Sekolah adalah setiap kesempatan dimana dan terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah, di luar sekolah, di mana seseorang memperoleh informasi,
pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
hidupnya, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta aktif yang efisien dan
efektif dalam keluarganya, pekerjaannya bahkan lingkungan masyarakat dan
negaranya".
Sedangkan
penulis mengambil pengertian tentang pendidikan luar sekolah adalah : suatu
pendidikan yang dilaksanakan di luar sistem persekolahan.
Jadi jelas
bagi kita bahwa pendidikan luar sekolah dalam arti konsep, merupakan suatu
konsep (rancangan) pendidikan yang berpikirnya di luar pendidikan sistem
persekolahan (formal). Artinya ia lebih menitikberatkan terhadap pendidikan di
kalangan masyarakat. Sehingga terlihat jelas beda antara pendidikan di bidang
studi PLS ini, dari pada bidang studi lainnya.
Bila kita
mengurai apa itu pendidikan, maka secara luas pendidikan (Lat.: educare =
mengantar keluar). Proses membimbing termasuk membimbing jamaah haji seperti
yang kita hadapi sekarang adalah bimbingan dari manusia kepada manusia. Menurut
Shadily (1984; 2627) Dari "....kegelapan kebodohan ke kecerahan
pengetahuan...". Dengan demikian pendidikan sangat panting dijadikan salah
satu upaya meningkatkan kualitas SDM bangsa. Sebab tanpa memiliki SDM yang
memadai bangsa akan menjadi sapi perch bangsa lain di planet bumi ini.
Karakter
Mengenai apa
itu karakter, Moeliono (1989; 389) dan Poerwadarminta (1986)
menyebutkan:"...sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain...".
Sedangkan
menurut: Esau dan Yakub (2010) dalam kamus umum bahasa Indonesia,
adalah:"...karakter ialah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain...". Kemudian
Leonardo A Sjiamsuri (2010) dalam bukunya "'Kariama Versus Karakter"
mengatakan bahwa karakter adalah:"...merupakan siapa ands
sesungguhnya...". Sedangkan karakter dalam arti PLS, menurut Sutaryat
(2010) bahwa:"...dalam menyusun kurikulum bersifat fleksibelitas bagi
pamong, tutor, instruktur dapat dilaksanakan dengan musyawarah dengan WB dan
dalam penggunaan metoda pembelajaran yang bersifat partisipatif...". Hal
ini menunjukkan kepada kegunaan dan keunggulan suatu produk manusia. Dengan
demikian karakter yang dimaksudkan adalah sikap yang jujur, rendah hati, sabar,
tutus ikhlas dan sopan dalam pergaulan. Artinya tidak berkarakter atau tabiat
yang keras. Sebagai tenaga guru yang dalam jabatan fungsional, tentu harapan
kita semua punya karakter yang santun, murah hati, berwawasan luas dan bisa
mengayomi kepada semua orang. Termasuk anak didiknya.
Proses
Pengertian
proses menurut Hasan Alwi (2000) adalah: ”...sebuah runtunan perubahan
(peristiwa) dalam sesuatu perkembangan. Istilah lain perkembangan kemajuan
sosial dalam perjalanan tertentu....”.
Dengan demikian, proses dimaksud tidak lain adalah cenderung dalam
bidang pendidikan.Kita sama mengetahui bahwa setiap orang mendapatkan konsep
pembelajaran apakah ia orang muda ataukah dewasa, tentu akan mendapatkan suatu
proses dalam pendidikan. Dari tahap yang sederhana, hingga yang lebih tinggi.
Pengembangan
Menurut Hasan
Alwi (2002; 538) adalah:"...suatu proses mengembangkan secara
bertahap yang selalu berusaha menjurus pada suatu sasaran yang
diinginkan...". Termasuk bahan ajar yang dipegang oleh kalangan pendidik
baik dalam jalur formal maupun non formal. Pengembangan bahan ajar harus
berkembang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perangkat
Memperhatikan
apa sebenarnya arti perangkat, menurut Alwi Hasan (2002)
adalah:"...sesuatu peralatan yang lengkap untuk sesuatu kegiatan. Dalam
pemerintahan desa tentu ada kepala desa, sekretaris desa dan sekretariatnya. Bagi
kalangan guru, media belajar, mated belajar disertai peralatan penunjang
lainnya...". Penulis lebih menitikberatkan perangkat dimaksud adalah:
peralatan dalam proses belajar mengajar. Lebih jauh lagi dalam hal pengakat
pembelajaran, tentu buku sebagai jantung pendidikan. Tanya buku materi belajar
seorang guru, tentu tidak memiliki perangkat belajar mengajar yang baik. Dengan
demikian seseorang yang telah memilih jabatan fungsional guru, ia harus
memperhatikan pengangkat belajar mengajar. Baik secara tradisional maupun
modem. Alangkah indahnya jika seorang guru punya kreativitas dalam rangcang
bangun dan rekayasa bahan ajar. Termasuk juga segala perangkatnya. Perangkat di
sini dapat juga berupa media belajar.
Pembelajaran
Sedangkan
Pembelajaran menurut Moeliono (1986) dan Alwi Hasan (2002)
adalah:"...suatu proses, cara perbuatan mengembangkan sesuatu program
tertentu....". Dalam masalah ini, pengembangan berarti suatu proses
pembuatan media belajar yang dikembangkan dari tahap dasar hingga yang lebih
maju.
Seorang guru yang mempunyai
kreativitas dalam merancang bangun dan rekayasa mated pembelajaran, maka ia
akan memiliki nilai lebih dibanding sejawatnya yang bersifat pasif dan menunggu
bahkan selalu menyalahkan kreativitas orang lain.
Dikalangan
dosen mereka yang punya kreativitas dan memiliki minat, bakat, motivasi tinggi
Berta tidak mudah putus asa. Maka nasibnya jauh lebih baik dan maju dalam
berbagai hal, dibanding dengan dosen yang hanya bersifat pasif, sutra
menyalahkan dan hanya sebatas menunggu dengan apa adanya.
Sekelumit Pendidikan
Arti
Pendidikan menurut Shadily (1984; 2628) adalah:"...berdasarkan sejarahnya
didirikan di Yogyakarta dalam akhir December 1931, atas anjuran Sutan Syachrir,
oleh anggota-anggota PNI lama yang tidak setuju dengan membubaran PNI – Lama
yaitu perikatan golongan merdeka yang semula bergabung dalam club pendidikan
nasional Indonesia. Para pemimpinnya ialah Mohamad Hatta. Sutan Syachrir,
Sukemi, Inu Perbatasari, T.A. Murad, Subagyo. Tujuan: membangun masyarakat
berdasarkan Baling kerjasama dan persamaan hak, dan yang membahas dari segala
unsur KAPITALIAME, IMPERIAUSME. Menghapuskan masyarakat berkelas, milik
perseorangan, dan alat produksi ditangan negara. Berhaluan non koperasi. Atas
tuduhan menghasud pemberontakan, beberapa pemimpinnya ditangkap: Moh. Hatta,
Sutan Syachrir, Maskun, Burhanuddin, Murwoto, dan Bondan, dibuang ke Digul hulu
(1934).
Bila kita
mengurai apa itu pendidikan, maka secara luas pendidikan (Lat.: educare =
mengantar keluar). Proses membimbing termasuk membimbing jamaah haji seperti
yang Vita hadapi sekarang adalah bimbingan dari manusia kepada manusia. Menurut
Shadily (1984; 2627) Dan "....kegelapan kegelapan kebodohan ke kecerahan
pengetahuan...". Dalam arti luas, pendidikan baik yang formal, nonformal maupun
informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang
dirinya sendiri dan tentang dunia di mana mereka itu hidup. Menurut pendidikan terbagi dalam 3
macam seperti secara sederhana telah diuraikan di atas yakni:
1.
Dresur yakni pendidikan yang
berdasarkan paksaan; dilakukan pada anak-anak yang umurnya belum 1 tahun;
2.
Latihan, dimaksudkan untuk membentuk
kebiasaan yang dilakukan sedapat-dapatnya secara radar oleh anak didik;
3.
Pendidikan, dimaksud untuk membentuk
kata hati; anak didik, warga belajar agar berbuat menurut kesanggupan sendiri,
dan menentukan kelakuan sendiri atas tanggung jawab sendiri pula.
Pendidikan
dimaksud diberikan agar mereka sampai dianggap sanggup berdiri sandhi pada
bidangnya. Dalam jalur pendidikan-pendidikan orang dewasa tentu pendidikan
tidak semudah pendidikan formal. Pendidikan orang dewasa menurut: Lyra
Srinivasan (1981; 20) bahwa:"...lebih cenderung menggunakan pendekatan
tersendiri, karena warga belajarnya orang dewasa ini jauh berbeda dengan yang
lain, maka pendekatannyapun tidak semudah pada jalur pendidikan formal.
Pendidikan orang dewasa lebih banyak menggunakan andragogi suatu teknologi
keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pendidikan orang dewasa itu
sendiri...".
Pendidikan
orang dewasa menurut tokoh di atas sangat luas. Memerlukan beberapa pendekatan.
Karena kita ketahui bersama bahwa pendidikan kepada mereka yang tidak pernah
bersekolah atau karena putus sekolah itu, mereka harus mengikuti pendidikan
nonformal, dengan harapan mereka akan memiliki seperangkat pengetahuan dan
keterampilan serta perubahan sikap psikologis, khas diantaranya: memiliki rasa
rendah did jika berada di ruang belajar. Walau secara praktek jika ia
mengemukakan suatu pengalamannya ada kalanya jauh lebih baik dalam pada bidang
tertentu dibanding mereka yang telah memperoleh pendidikan formal.
Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter
Esau dan Yakub
(2010) Seorang anak pertama kalinya memperoleh pendidikan adalah dari keluarga.
Dengan demikian keluarga dapat dikatakan adalah peletak dasar bagi pendidikan
seorang anak. Artinya keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian
anak. Dalam Ilmu perkembangan anak, ada 3 (tiga) teori yang mempelajari tentang
pengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang, yakni :
1.
Teori Tabularasa oleh John Loche yang
mengatakan bahwa kepribadian seorang anak 100% ditentukan oleh lingkungannya
atau dunia lingkungan milionya. Dalam hal ini pendidikan adalah maha kuasa
dalam membentuk anak. Sianak bagaikan selembar kertas putih. Dengan demikian
lingkungan adalah penentu menjadi apa sianak tersebut diinginkan.
2.
Teori Nativiame oleh Scopenhover yang
mengatakan bahwa perkembangan anak 100% tergantung kepada pembawaan. Dalam hal
ini pendidikan tidak mempunyai peran dalam perkembangan anak sebab sudah
ditentukan dari lahirnya.
Teori
Convergensi oleh William Stern yang mengatakan bahwa baik pembawaan dan
lingkungan mempunyai pengaruh terhadap hasil perkembangan anak. Dalam hal ini
pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak
untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk.
Peran Pendidikan Karakter dan Guru
Jika kita
mempelajari terhadap anak, mereka setelah melalui pendidikan keluarga dan
mereka beranjak mulai bergaul dengan lingkungan sekitar, setelah dengan
keluarga, maka teman bermain dan guru sangat besar dalam turut serta membentuk
karakter anak. Peran pendidikan dalam membentuk karakter anak sebagai generasi
penerus bangsa sangatlah besar. Karena guru sungguh masih punya peran dalam
membentuk kepribadian anak.
Mara lalu,
guru dianggap masyarakat orang pandai, terpelajar, dan perlu dicontoh baik
dalam kehidupan maupun perilakunya. Untuk itu guru harus berhati-hati dalam
mengemban tugasnya baik dalam menjalankan tugas di sekolah, maupun di
masyarakat. Kalau guru berbuat yang kurang baik, maka muridnya-pun akan
ketularan.
Sistem Belajar Membelajarkan
Sedangkan
proses sistem belajar membelajarkan mahasiswa pada bidang studs (program)
pendidikan luar sekolah: H.M., Norsanie Darlan, (2005) adalah :
a.
Perkuliahan diberikan sama dengan cara
perguruan tinggi lainnya. Artinya tetap seperti pendidikan formal. Dan
dilangsungkan dalam sistem persekolahan.
b.
Sedangkan materi perkuliahan mahasiswa
diajak (diarahkan) berpikir ke luar sistem persekolahan (PLS) yang dewasa ini
disebut dengan pendidikan formal.
c.
Disamping ke 2 hal di atas, mahasiswa
berpraktek di masyarakat. Artinya waktu akan menyelesaikan studinya ia paling
tidak praktikum selama jangka waktu tertentu di masyarakat, sesuai
kebutuhannya. Selain itu juga mahasiswa PLS ikut juga praktek mengajar di
sekolah-sekolah sebagai pemenuhan pendidikan formal, yang nantinya sewaktu
mencari kerja ia ternyata mengambil pilihan menjadi guru, mahasiswa PLS-pun
punya kemampuan ganda. Ia akan dapat menjadi guru di sekolah formal karena
memiliki sertifikat akta 4 selain ijazah sarjana yang ia peroleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar