H.M.Norsanie Darlan
Pemuda Harus
Jadi Pelopor
Bila kita ingin tahu apa sebenarnya arti Pemuda menurut Hasan Alwy (2000; 847) dan Poerwadarmita (1986) adalah:”...orang
laki-laki, remaja, taruna, yang bakal
menjadi pemimpin....”. Pemuda di sini menurut pemulis tidak sebatas kaum
lelaki. Tapi kalangan pemudi sekalipun juga masuk. Disadari atau tidak bahwa
pemuda berperan sebagai pengganti generasi sebelumnya. Pemuda adalah menjadi
sasaran pemikir agar lebih baik dari masa sebelumnya. Karena di pundak
pemudalah masa depan bangsa.
Sedangkan apa itu arti pelopor menurut Hasan Alwy (2000;846) adalah:”...(1) yang berjalan
terdahulu; yang berjalan di depan perarahakan dan sebagainya; (2) perintis
jalan; pembuka jalan; pionir; dia dipandang orang sebagai yang yang paling
terdepan dalam gerak pembaharuan (tanpa memperhitungkan resiko yang akan
dialami)...”. Dengan demikian pelopor
tidak lain adalah orang yang berani mengambil resiko dalam berbuat mendahului
pekerjaan orang lain, demi kepentingan pembangunan bangsa dan negara.
Dengan demikian pemuda pelopor
adalah tidak lain, para pemuda yang punya kreativitas tinggi dalam berbagai
kegiatan pembangunan. Misalnya seorang pemuda membuat berbagai kegiatan dalam
menjelang HUT proklamasi, membuat kreasi baru dalam pembangunan, seperti:
membuat karya cipta tertentu dalam pemanfaatan apa saja di lingkungan alam sekitar. Misalnya memanfaatkan tenaga air
menjadi listrik, tenaga angin menjadi sumber energi listrik, sinar matahari
menjadi tenaga listrik, limbah sabut kepala jadi sapu, dll. Inilah kepeloporan
pemuda. Dan banyak lagi masalah lain yang yang dipelopori pemuda. Apakah atas
usahanya sendiri, ataukah bersama orang lain. Di Kalimantan Tengah sumber daya
alam terkandung di dalam perut buminya banyak hal salah satunya ”batu bara”. Kenapa
tidak ada kepeloporan pemuda membuat batu bara sebagai pemanas air agar
mendidih dan memimbulkan uap menjadi tenaga listrik dsb.
Bila kita mencari ”pemuda Pelopor”, Kalau perlu kita akan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Agar betul-betul didapatkan hasil yang baik.
Menurut Budi Setiawan (2010) adalah, tujuan program Pemuda Pelopor ini,
untuk mengapreasi keberadaan pemuda Indonesia yang memiliki peran
strategis sebagai pelopor dalam bidang pembangunan sosial kemasyarakatan, dan
memiliki potensi memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat. ”Untuk
itu pemerintah terus mendorong untuk mewujudkan pemuda yang memiliki kemampuan
menjadi pelopor...”.
Sementara itu, peraih Pemuda Pelopor menurut: Huala Siregar (1991) ia mendefinisikan pemuda pelopor
sebenarnya manusia merdeka, berkarya tanpa pamrih. Karya atau tindakan yang
mereka lakukan itu datangnya dari Yang Maha Kuasa. “...Mereka melakukan semua
itu tanpa berharap sesuatu. Jadi mari kita betul-betul menyeleksi sehingga kita
menemukan pemuda merdeka dan berkarya tanpa pamrih...”.
Sebelumnya, Staf Khusus Menpora Lalu Wildan (1991) mengusulkan, agar
penilaian Pemuda Pelopor tidak hanya dibatasi pada 4 bidang saja masing-masing
kewirausahaan, pendidikan, teknologi tepat guna serta seni budaya dan
pariwisata), karena saat ini ada perubahan-perubahan permasalahan di masyarakat
dibanding tahun-tahun sebelumnya. ”Misalnya saya mengusulkan ada pelopor bidang
perubahan iklim, pertanian, informasi teknologi atau pemuda relawan bencana,”
katanya.
Pendidikan Mana Untuk Pemuda/Remaja
Perlu mengetahui pendidikan mana yang dapat membantu kalangan pemuda/remaja
yang secara kebetulan, karena sesuatu lain hal belum sempat mengeyam pendidikan
formal. Saat sekarang ternyata faktor usia, ternyata tidak biasa lagi belajar
di pendidikan formal. Maka mari kita cari pendidikan lain seperti pendidikan
non formal.
Bila kita merasakan ketinggalan dalam dunia pendidikan sementara kawan
seusia kita ternyata sudah berpendidikan
dan berpredikat sarjana. Maka para pemuda harus belajar. Bagaimana kalau usia
sudah tidak dapat bersekolah. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan jalur
pendidikan luar sekolah atau istilah pendidikan nonformal akan dapat membatu
para pemuda untuk memperoleh pendidikan melalui pendidikan nonformal. Apakah ia
di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) ataukah di kelompok belajar
lainnya. ’karena PKBM cukup membantu para pemuda yang putus sekolah dan sudah
berusia untuk belajar apakah paket A, B ataukah paket C.
Kreativitas Pemuda Pelopor
Kreativitas pemuda yang sangat diperlukan oleh masyarakat, saat mereka
bertugas melaksanakan tugasnya atau hal-hal lain ada di wilayah Kalimantan
Tengah, dunia kewirausahaan sungguhlah beragam. Para pemuda sangat bagus kalau
punya kreativitasnya saat di lapangan. Walau menanamkan nilai kewirausahaan,
sungguhlah tidak semudah membalik telapak tangan. Namun demikian, seorag pemuda
ia harus punya konsep yang secara spontan muncul di lapangan, kalau ia mereka
memperhatikan sumber daya alam di sekitar desa itu bisa diolah dan dijadikan sumber
penghasilan masyarakat.
Sumber daya alam yang berlimpah, membuat manusia manja. Tapi kalau sumber
daya manusia yang berkualitas, walau sumber daya alam yang terbatas, kalau
SDMnya baik. Maka apa yang mereka hadapi di sekitar alam dapat ia olah menjadi
apa saja yang akhirnya dapat menjadikan kesejahteraan manusianya.
Bagi pemuda yang kurang kreatif, mudah putus asa, suka menyalahkan orang
lain, kurang mendukung terhadap keberhasilan dalam bertugas di pedesaan.
Kewirausahaan
Indonesia Butuh Pemuda Kreatif,
Indonesia butuh lebih banyak pemuda yang kreatif, pemimpin tua saat ini harus
memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada para pemuda untuk berkembang
membangun dan merubah Indonesia. Dari dahulu hingga saat ini pemuda adalah
pemicu perubahan-perubahan di negeri ini, mulai dari peristiwa Sumpah Pemuda
hingga peristiwa Reformasi. Pemuda adalah aktor dalam perubahan namun yang
meneruskan perubahan tersebut adalah (tetap) golongan tua kembali. Kreatifitas
para pemuda di negeri ini lama-kelamaan tidak mendapat perhatian dari
pemerintah. Banyak para pemuda yang telah mengharumkan nama bangsa dengan
kreatifitasnya, dari bidang Sains, dunia kreatif, budaya dan seni, hingga
bidang olahraga namun apresiasi pemerintah terhadap pemuda masih sangat kurang.
Mungkin dari dahulu
pemuda dicetak menjadi pegawai melalui pendidikan yang diterimanya selama
bertahun-tahun, bukan dicetak menjadi seorang pengusaha yang dapat membuka
lapangan kerja. Coba pemerintah memberi bantuan modal kepada para pemuda yang
memiliki kreatifitas untuk mengembangkan kreatifitasnya, kita tidak akan perlu
lagi mengirim berjuta-juta TKI ke luar negeri untuk menambah devisa negara,
tidak perlu meminjam dana ke negara lain untuk pembangunan negeri ini,
kemiskinan akan perlahan menurun dan tentunya korupsi tidak akan merajalela di
negeri ini karena para pemuda yang akan membuka negara kreatif yang
menghasilkan pemasukan lebih besar untuk pembangunan negeri ini. Namun hingga
saat ini, pemuda masih dipandang sebelah mata oleh golongan tua dan tidak
diberi kesempatan. Perjuangan para pemuda tidak akan berhenti sampai disini
karena para pemuda adalah pemicu perubahan di dunia.
Pendidikan kewirausahaan sebetulnya ditanamkan
sejak lama. Bukan setelah sarjana. Kenapa demikian?. Pertanyaan di
atas, merupakan bahan berpikir kita semua. Penulis sangat setuju kalau di semua
perguruan tinggi pendidikan kewirausahaan dijadikan materi kuliah seperti: Ilmu
Alamiah Dasar di perguruan tinggi.
Alangkah indahnya mahasiswa disaat memperdalam konsep perkuliahan diantara
pada semester 6 – 7 mengembangkan pendidikan kewirausahannya yang terkait
dengan konsep keilmuannya. Saat itu, mahasiswa tidak lagi berpikir agar mencari
kerja ke PNS tapi ia sudah berpikir usaha apa yang bakal ia jadikan sebagai
lapangan kerja untuk diri. Kalau hal itu kita lakukan retrospektif di awal
tahun 80-an bahwa agar sarjana bisa memberikan lapangan kerja bagi orang lain.
Bukankah hal itu, konsep kewirausahaan. Saat itu pemerintah pernah memberikan:
pinjaman berupa kredit mahasiswa
Indonesia (KMI) yang dikecurkan via bank tidak lain sebagai modal usaha untuk
mahasiswa yang sudah berada pada semester-semester akhir.
Dosen pembina mata kuliahnya harus membawa ke lapangan terhadap mahasiswa
yang sedang memprogramkan / merencanakan mata kuliah kewirausahaan ini. Kalau
perlu dosen yang mengajar harusnya mereka pengusaha berhasil. Atau ada dosen
yang punya usaha kecil-kecilan dan berhasil yang dapat diperlihatkan kepada
mahasiswa.
Dengan demikian hal di atas, merupakan pendidikan kewirausahaan dalam
pendidikan formal di perguruan tinggi.
Pemuda Pelopor Punya Kelebihan
Dalam bertugas melaksanakan tugasnya sebagai pemuda harus punya program inovasi, karena sebagai seorang pemuda terlatih yang tentunya di tempat
tugasnya dalam berkarya, tentu tidak boleh sama dengan kebanyakan orang.
Kalau seorang pemuda yang terkadang hanya beberapa orang berpendidikan di dewsa, maka seorang sarjana baru yang
bertugas ini harus punya kelebihan dari kebanyakan orang. Seorang pemuda masuk
desa harus punya kesan tersendiri dari masyarakat.
Pengembangan usaha yang cukup signifikan juga dirasakan Henky Eko Sriyantono, pemilik
Bakso Malang Kota Cak Eko, yang menjadi pemenang Wirausaha Mandiri 2008
kategori pascasarjana dan alumni bidang usaha boga. Sebelumnya ia baru
mempunyai 80 gerai. Saat ini berkembang menjadi 135 gerai. Karyawan pun menjadi
500-an orang dari sebelumnya sekitar 300. Omzet pun rata-rata naik 20 persen
per tahun. “Branding usaha juga menjadi lebih dikenal masyarakat,” ujar Cak
Eko. Sumber : Booklet Tempo.
Para tokoh nasional kita dalam berbagai event memberikan berbagai konsep
kewiraswastaan diantaranya seperti: ". Kala itu, Ciputra
mencontohkan Singapura memiliki wirausahawan sekitar 7,2 persen Ciputra,
Fransiskus Saverius, Herdiman (2011) adalah:"…Suatu bangsa akan maju bila
memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah
penduduk…, dan Amerika Serikat memiliki 2,14 persen entrepreneur. Bagaimana
dengan Indonesia?
Kalau kita memperhatikan terihadap manusia kita 220 juta lebih penduduk,
Indonesia hanya memiliki sekitar 400.000 pelaku usaha mandiri, atau
sekitar 0,18 persen wirausahawan dari jumlah penduduknya. Hal ini tentu
memrihatinkan. Padahal, menurut pendiri University of Ciputra
Entrepeneurship Center (UCEC) ini, potensi Indonesia terbilang besar.
Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah siap diolah. Indonesia termasuk dalam
ranking 10 besar penghasil tembaga, emas, natural gas, nikel, karet, dan
batubara. Dan, masih banyak lagi keunggulan komparatif yang kita miliki.
Karena itu, jika menyedikan stok enterpreneur yang cukup dan
potensial, Indonesia bisa menjadi pemain internasional yang handal.
Peraih penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)
Ernst and Young Entrepreneur tahun 2006 bernama: Bambang Ismawan
mengatakan:”... wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit...”. Hal
itu dapat dilihat dari minat dan pelaku wirausaha muda yang semakin
bertumbuh. Namun dibandingkan jumlah penduduk, jumlah entrepreneur muda
yang kita miliki memang masih sangat kurang.
Rendahnya minat dan pertumbuhan wirausahawan muda, menurut: Bambang (2006),
Wiswawa (2011) adalah:”... terutama disebabkan oleh minimnya dorongan
lingkungan keluarga sang anak. Orang tua lebih banyak mengharapkan anaknya
bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai kantor. Pasalnya, pekerjaan
seperti itu dinilai memiliki risiko kecil dibandingkan menjadi pengusaha.
"Orang tua menginginkan anak mereka mendapatkan gaji tetap setiap bulan,
daripada harus menunggu keuntungan yang memakan waktu lama...".
Harapan
orang tua ini didukung pula oleh lesunya sektor kewirausahaan dalam negeri.
Sektor ini dinilai memiliki risiko tinggi, sementara itu kurang menjanjikan
penghidupan yang layak. Karena itu, orang tua petani rela mengeluarkan biaya
tinggi untuk menyekolahkan anaknya agar mereka tidak kembali kepada pertanian.
Bambang mencontohkan, tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih banyak
menjadi wartawan atau pegawai, daripada menjadi petani.
Selain
pengaruh lingkungan dalam keluarga, kata Bambang, rendahnya minat kaum muda
terjun dalam bidang wirausaha, juga disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan
yang kurang mendukung. Pendidikan malah tampil sebagai alat untuk menumpulkan
semangat berwirausaha. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki
daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kewirausahaan.
Karena itulah, Bambang mendesak agar pendidikan, terutama pendidikan tinggi
segera dibenahi.
Desakan agar
perguruan tinggi melakukan pembenahan - bahkan perubahan paradigma - juga
disuarakan Ciputra. Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya jumlah
entrepreneur di Indonesia adalah sistem pendidikan yang hanya fokus pada
penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan enterpreneur-enterpreneur potensial.
"Setiap
tahun, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan pengangguran, karena mereka
tidak didorong untuk menjadi pelaku wirausaha," ujarnya.
Menurut
Ciputra, setiap tahun perguruan tinggi Indonesia melahirkan sekitar 750 lebih
sarjana yang menganggur. Karena itu, tantangan perguruan tinggi di Indonesia ke
depan, katanya, adalah melahirkan wirausahawan muda.
Menjawab tantangan
itulah Ciputra mendirikan sekolah yang fokus pada upaya mengembangkan semangat
kewirausahawan siswa, seperti Sekolah Ciputra, Sekolah Citra Kasih, Sekolah
Citra Berkat, Sekolah Global Jaya, Sekolah Pembangunan Jaya. Terakhir,
ia mendirikan University
of Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC). Program yang disiapkan UCEC antara
lain mempersiapkan modul pengayaan kewirausahaan untuk kurikulum nasional,
mengembangkan kurikulum kewirausahaan di Universitas Ciputra, dan mengadakan
pelatihan tiga bulan kepada masyarakat.
Selain
dukungan keluarga dan perguruan tinggi, pertumbuhan wirausahawan muda juga
membutuhkan peran dunia usaha dan lembaga dunia usaha. Bambang
memberi contoh peran pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (Hipmi). Organisasi ini seharusnya tidak hanya mendorong lahirnya
pengusaha kaya dan bergerak dalam bidang usaha yang membutuhkan penyertaan
modal tinggi, tapi juga harus mendorong munculnya pengusaha kecil yang bergerak
dalam sektor kecil dan mikro (UMKM).
Menurut: Very Herdiman dan Bambang, (2011) bahwa Potensi sektor
UMKM, sesungguhnya sangat menjanjikan.
Dari seluruh entitas dunia usaha yang kita miliki, 95 persen (43 juta)
merupakan usaha yang bergerak dalam sektor usaha mikro. Data ini, kata Bambang,
memperlihatkan bahwa Indonesia potensial melahirkan wirausahawan yang bergerak dalam usaha mikro dan
kecil.
Ekonomi Bangsa
Beberapa tahun terakhir ini, menurut: Husein
Mubarok (2009) bahwa perekonomian dunia semakin
bergejolak saja. Bahkan Negara besar seperti Amerika, mulai kelihatan
kehancurannya. Mengapa bisa demikian? Hal ini disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah baby birth dan biaya perang yang besar. Sebelum Perang Dunia
II sedikit sekali bayi yang lahir di Amerika.
Sebaliknya,
pasca perang dunia II angka kelahiran meningkat drastis. Nah, yang menjadi
masalah adalah generasi dengan jumlah kelahiran luar biasa tersebut sekarang
tengah menjadi pensiunan. Diperkirakan pada tahun 2016 nanti
jumlah pensiunan Amerika mencapai 75 juta. Bagaimana menggaji mereka? Ini
sebagai akibat angka kesehatan yang membaik.
Bahkan, tidak
ada satupun pengamat ekonom yang optimis bahwa Amerika akan tetap berdiri. Yang
kedua adalah dikarenakan Amerika selalu mengalokasikan dana yang besar untuk
perang.Sebagai contoh saja, berdasarkan data statistik perekonomian pemerintah
Amerika, dana yang diajukan untuk kasus perang Israel-Palestina adalah senilai
kurang lebih $1200 triliun sedangkan yang di acc adalah kurang lebih $900
triliun. Perlu diketahui bahwa pada Tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang
hebat di AS, Apakah Obama sanggup mengatasi masalah ini kedepannya?
Sebenarnya
tidak masalah jika Amerika hancur. Yang menjadi masalah adalah siapa-siapa yang
berada di belakang Amerika, yaiu para Yahudi dan Israel. Pada dasarnya
orang-orang Amerika itu baik dan toleran. Yang kurang ajar adalah para
pemimpinnya, yaitu para Yahudi yang telah dikuasai Dajjal. Lalu apakah Amerika
tinggal diam melihat kondisi perekonomian yang seperti itu.
Bicara tentang
ekonomi maka Muizzuddin (2009) adalah:”...Sistem ekonomi yang diterapkan,
seharusnya mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat berdasarkan
asas demokrasi, kebersamaan, dan kekeluargaan yang melekat, serta pada akhirnya
mewujudkan ketentraman bagi manusia. Akan tetapi Rentetan peristiwa akibat
sistem ekonomi yang diterapkan terus memberikan dampaknya...”. sehingga apa
yang diharapkan selalu berhasil baik.
Ditunggu Pemuda Kreatif
Pemuda yang
kreatif, tidak lain adalah seorang pemuda yang tidak mudah tinggal diam di mana
saja ia berada. Pemuda kreatif, setiap saat dia selalu melahirkan pekerjaan
yang inovatif.
Pemuda kreatif
bila melihat sesuatu, otaknya berpikir. Mau dijadikan apa hal ini, sehingga
mempersembahkan sesuatu kepada orang lang di desanya. Misal saja: seperti kasus
di atas, tinggal di desa, mau mengumpulkan sabut kelapa. Sabut adalah limbah
perkebunan yang tidak ada harganya. Tapi degan di olah sabut bisa dijadikan
bahan/alat rumah tanggal yang setiap rumah pasti memerlukan sapu.
Sapu dari
sabut, sama nilainya dengan sapu dari ijuk, yang berasal dari pohon enau untuk
membuat gula merah. Sabut punya cara lain bisa dibuat jadi tambang, bisa pula
jadi berbagai hal seperti jok mobil, jadi kasur, jadi bahan kerajinan lainnya.
Para pemuda pelopor pembangunan di
desa harus tahu apa potensi desa itu. Sehingga potensi desa bisa dijadikan
olahan yang ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang berharga. Ini sebetulnya
pemuda pelopor dari pemuda yang ditunggu
masyarakat. Karena kreativitasnya.
Kumpulkan orang dewasa yang masih
belum bisa membaca dan menulis, berikan pelajaran kepada mereka tentang sesuatu
yang mereka butuhkan. Jika ternyata mereka masih buta huruf, lajari
mereka membaca dan menulis. Ini sebuah sumbangan pemuda pelopor yang sangat
besar terhadap masyarakat kita di pedesaan.
Jika pemuda
pelopor pedesaan secara kreativitas bisa melakukannya, maka betapa besar
sumbangan saudara-saudara terhadap bangsa di negeri kita tercnta ini. Walau
sekecil mungkin, namun jasa kepeloporan saudara sangat dinantikan masyarakat di
pedesaan. Hal ini, tidak terbatas dengan contoh di atas, tapi dalam bentuk
apapun.
Menciptakan Lapangan Kerja
Saat penulis menyelesaikan studi Program Doktor di kota Bandung, tidaklah
salah mengunjungi kecamatan Raja Polah. Karena di desa-desa mereka walau sumber
daya alamnya rusak akibat meletusnya gunung Galunggung di awal tahun 1980-an.
Para pemuda dan masyarakat mencari nafkah dengan memanfaatkan apa saja dijadikan
usaha kreatif. Misal sebatang pohon padi menghasilkan banyak hal seperti tanggkainya
menjadi sapu, batangnya dibuat ayaman, dll.
Sebatang pohon yang tumbang di pinggir jalan, memberikan berkah pada penduduk.
Karena batang, dahan hingga akarnya, bisa diolah dengan kerajinan mereka jadi
berbagai cendera mata.
Putra putri Kalimantan Tengah belum sampai di sana untuk berwira usaha. Kita
terlena dengan indahnya alam, terlena dengan berbagai hasil bumu dan alam.
Namun belum banyak memberi manfaat kepada penduduknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar