Oleh:
H.M.Norsanie Darlan
Sebuah Hasil Penelitian di Kawasan Pantai
di Pesisir Utara Laut Jawa
Latar Belakang
Sungguh menakjubkan, bahwa di planet
bumi negeri kita tercinta ini, tongkat dan kayu jadi tanaman. Namun penduduk se
tempat terlena dengan kekayaan sumber daya alamnya (SDA), sehingga lupa untuk
mengolah dan memanfaatkan apa yang tumbuh di permukaan planet bumi, di sekitar
hidupnya.
Perhatian penulis muncul setelah
mengamati permasalahan dunia pendidikan luar sekolah. Karena bagaimanapun
suburnya alam di sekitar kita, kalau tidak diikuti dengan keterampilan yang
dimikili oleh masyarakat se tempat. Itulah maka dianggap perlu meningkatkan
sumber daya manusia (SDM), dengan memberikan sedikit keterampilan yang sangat sederhana,
akhirnya dapat memanfaatkan SDA yang ada di sekiar mereka.
Penelitian pengembangan ini, melakukan
sebuah perhatian kepada mereka yang kaya dengan sumber daya alam pesisir, namun
belum tahun pemanfaatan SDA itu, sehingga selama berabad-abad hanya dijadikan
limbah tak berguna dan dibuang begitu saja. Tanpa diketahui limbah kelapa ini.
Dibakar susah, ditimbun merusak permandangan. Namun ternyata kalau dimanfaatkan
dengan tangan-tangan terampil dapat menghasilkan uang dan bisa menyangga saat
musim paceklik di kawasan desa pantai. Sebab sudah menjadi budaya, kalau musim
badai di laut Jawa tiba, para nelayan tidak berani melaut. Karena tidak menutup
kemungkinan, kalau melaut nelayan dan perahunya ditelan badai. Yang tertinggal
hanyalah nama.
Akibat hal demikian, mereka belum
memiliki banyak bekal untuk bertahan hidup. Ada kalanya perahu ataupun TV yang
ada digadaikan sambil menunggu musim panen ikan. Namun kalau kaum hawa
diberikan sedikit keterampilan dalam mengolah limbah kelapa, maka ibu rumah
tangga di musim tertentu dapat membantu suami dalam masa tidak berpenghasilan.
Kajian teori
Bila memperhatikan tentang peningkatan
derajat kehidupan masyarakat desa tertinggal kawasan pantai Kabupaten Pulang
Pisau Kalimantan Tengah, erat hubungannya dengan apa yang dikemukakan Coombs,
et al (1973) dan Supriyono (2000) bahwa: ”... pendidikan non formal (nama
selain dari PLS) sebagai suatu aktivitas pendidikan yang diorganisasikan ada di
luar sistem pendidikan formal, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam
mencapai tujuan pendidikannya...”.
Pengembangan model pemberdayaan
masyarakat desa tertinggal memanfaatkan sumber daya alam (SDA) di kawasan
pantai serta hal pemberian pengetahuan dan tindakan dengan pelatihan
keterampilan dalam rangka mengolah limbah (sabut kelapa) di sekitar lingkungan
mereka, maka penekanan aspek ekonomi (kewiraswastaan) kepada kaum perempuan dan
remaja puteri di dalam suatu keluarga, termasuk dalam rangka studi pendidikan,
ditinjau dalam landasan pendidikan. Tujuan utama pendidikan, atau esensial pendidikan merupakan hal pokok bagi
peneliti yang diupayakan. Ternyata pada pendidikan ekonomi (kewirausahaan)
termasuk dalam ke tiga landasan tersebut. Yusri (1998) menyebutkan
bahwa:“…pengertian ekonomi atau kewiraswastaan dalam pendidikan ini, bukan
untuk menjadikan manusia sebagai seorang ekonomi handal dengan sejumlah teori
ekonomi. Tetapi lebih diarahkan pada kemampuan manusia hidup sendiri, dalam
pengembangan sesuatu…”. Selain itu kemiskinan sesungguhnya merupakan konsekuensi
dari suatu struktur masyarakat dengan penduduk yang padat, menurut: Lewis
(1975) dan Ermayanti (1996:1) serta Setiawati (1996, 1997:1) adalah:
"…terbatasnya sumber daya terbatasnya akses terhadap barang-barang
konsumsi, tingkat kesehatan yang rendah, dan kesempatan pendidikan yang tidak
merata... ". Masalah di atas, cukup rumit kalau tidak segera di atasi,
karena ada pula daerah-daerah yang potensi alamnya besar namun karena masih
belum terbina SDM-nya, tak terjadi kemiskinan di desa nelayan tersebut,
termasuk di Kalimantan Tengah. Segala dengan hal itu Mubiyarto, Loeman
Soetrisno dan Michael Dove (1984) bahwa: "... kemiskinan tidak begitu
nampak bagi orang yang datang memasuki kawasan nelayan ini, maka kesan tersebut
akan berubah pada saat kita mengamati pemukiman penduduk di desa-desa
pantai". Keluarga masyarakat nelayan pada umumnya lebih miskin daripada
keluarga petani atau pengrajin. Hal ini sudah di buktikan oleh analisis
penelitian Emerson sebagaimana di kemukakan dalam studi yang disebutkan di
atas. Golongan nelayan di daerah pantai, pendapatan mereka benar-benar
ketinggalan dibandingkan dengan golongan lain, di luar usaha perikanan ataupun
dengan golongan nelayan pada umumnya. Hal yang sama tidak jauh berbeda dengan
masyarakat nelayan yang tinggal di kawasan pantai Kalimantan Tengah.
Metoda
Adapun metoda yang digunakan dalam
penelitian ini penelitian pengembangan yang didahului dengan suatu eksplorasi
terhadap kaum perempuan baik ibu rumah tangga maupun remaja putri, keluarga
nelayan, yang lokasi tempat tinggalnya tertinggal pada kawasan pantai. Dalam
memberdayakan masyarakat mulai dari kelompok
usia 14-45 tahun di luar sekolah yang menjadi sasaran bidiknya. Desa
terpilih adalah desa Sei Pudak kecamatan Kahayan Kuala. Mereka diberikan
pelatihan keterampilan dalam mengolah limbah sabut kelapa yang sejak nenek
moyangnya tidak pernah dimanfaatkan. Waktu pelatihan dilaksanakan sejak jam
09.00 sampai 11.30. Karena saat itu kepala keluarga mereka pergi melaut untuk
mencari sesuap nasi buat keluarganya. Sedangkan anak-anak mereka pergi ke
sekolah.
Hasil dan Pembahasan
Adapun hasil dan pembahasan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bila mengkaji terhadap potensi sumber
daya manusia (SDM) tentu saja mendapatkan sebuah tantangan yang sangat besar
bagi masyarakat desa Sei Pudak. Apa lagi manusianya yang jika dikaji dengan
ketersediaan yang ada seperti fasilitas pendidikan formal yang belum mendukung
hingga penyelesaian pendidikan anak usia sekolah sampai mereka menamatkan
pendidikan dasar 9 tahun, belum tersedia. Bagi anak yang motivasi berlajarnya
tinggi, ia harus pergi ke desa tetangga. Itupun sekolah swasta yang ada.
Sementara sarana pendidikan luar sekolah termasuk juga tenaga belum tersedia.
Sedangan potensi sumber daya alam di kawasan pesisir pantai khususnya desa Sei
Pudak kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah ini,
cukup berlimpah. Apakah dalam
hal potensi alam yang ada di laut demikian juga di darat. Sebenamya hanya sebagian kecil tergarap dan
masih banyak yang belum diketahui secara pasti apa sebetulnya isi kandungan
laut dan perkebunan yang masih menjadi tanda tanya besar baik bagi masyarakat
maupun bagi peneliti. Sedangkan
potensi sumber daya alam yang tergarap hanya sekedar ikan. Itupun tidak seluruh
ikan yang dapat tertangkap, karena keterbatasan peralatan disertai kendala yang
mereka hadapi rendahnya pengetahuan dan minimnya teknologi dan tingkat
pengetahuan yang mereka miliki.
2. Model pelatihan yang diberikan kepada
kaum hawa atau perempuan baik ibu rumah tangga maupun remaja putri dari
keluarga nelayan ini, memang tergolong sangat sederhana. Sebab bagaimanapun
muluknya konsep yang kita buat, kalau tidak sesuai dengan keadaan dan kemampuan
mereka, maka pelatihan ini tidak memberikan manfaat sesuai yang dinginkan. Oleh
sebab itu, dari hasil identifikasi masalah dan kebutuhan sumber belajar yang
mudah mereka cerna adalah memanfaatkan SDA yang ada di sekitar mereka.
Sementara kemiskinan selalu berpihak kepada para nelayan. Untuk menjawab hal
itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan bekal kepada mereka agar dapat
menaklukan mereka yang selalu ketergantungan dengan sumber daya laut seperti
ikan hasil tangkapan mereka di laut jawa bukan satu-satunya harapan hidup
mereka seperti sekarang ini. Tapi bagaimana memanfaatkan limbah sabut kelapa
untuk dijadikan bahan yang berguna untuk mendatangkan rejeki bagi keluarganya.
Sebab selama ini, kaum ibu rumah tangga tidak memiliki pekerjaan kecuali
menunggu suami datang melaut. Dengan mendapatkan pelatihan mengolah limbah
sabut kelapa yang sejak nenek moyangnya tak pernah diolah. Mereka
terkaget-kaget memikirkan kenapa sabut yang selama ini sebagai limbah tak
berguna bisa dijadikan sabut, keset dan tambang serta matras. Dengan dijadikan
sapu, keset, tambang dan matras. Berarti ke 4 hal di atas diperlukan banyak
orang. Terlebih sapu dan keset diperlukan untuk setiap rumah. Selama ini sapu
dari ijuk di datangkan dari Kalimantan Selatan. Sekarang mereka sudah dapat
membuat sendiri dari limbah di sekitar rumahnya. Tidak hanya itu, sapu, keset,
matras dan tambang dapat dijual laku di setiap rumah tangga. Berarti dapat
menjawab terhadap tantangan alam kepada para suami mereka yang tidakdapat
melaut karena badai yang ganang di laut jawa.
Dengan demikian kaum perempuan, ibu rumah tangga dan remaja putri dapat
membantu keluarga jika suami mereka tidak dapat ikan di laut, atau musim hujan
dan badai disebut musim paceklik. Sehingga kaum Adam menganggur, istri dan
anak mereka punya penghasilan tambahan guna membantu untuk membeli beras bagi
kepentingan mencari sesuap nasi. Agar
tidak seperti masa sebelumnya, bila laut tak dapat dilaktukan, mereka kaum
nelayan masih tetap tidak lagi terjadi yang selalu menggadaikan baik pesawat
TV, maupun klotok (perahu bermesin) yang mereka gunakan untuk menangkap ikan ke
laut jawa.
3. Pengembangan model pelatihan
keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan
pantai kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, setelah dilakukan pelatihan
ternyata para kaum ibu rumah tangga dan remaja putri dari berbagai desa
berdatangan untuk ikut melihat dan mencobakan bagai mana cara mereka dan
mengolah sabut kelapa menjadi bahan sapu. Sehingga kaum perempuan di berbagai
desa dapat memanfaatkan SDA di sekitarnya, khususnya sabut kelapa menjadi
sumber mata pencaharian baru.
Hasil produk
Kualitas dan Pemasaran ini dalam hal
produk yang bermutu, tentu diperlukan dengan berbagai cara untuk diuji cobakan
lagi. Misalnya sapu dan keset dari limbah perkebunan yakni sabut kelapa yang
selama ini dipakai hanya mampu untuk satu tahun, bagaimana agar dapat lebih
lama dan punya daya tarik tersendiri. Ini tentu memerlukan seni tersendiri,
yang harus diberikan kepada pihak nelayan yang sebagian besar tak pernah
berkunjung sampai ke kota kabupaten. Apa lagi ke kota propinsi Kalimantan
Tengah (Palangka Raya) ataukah ke ba lainnya, sehingga mereka perlu
diperkenalkan cara yang lebih baik.
Dalam pemasaran hasil pelatihan tersebut
juga sangat ditentukan oleh teknik dan cara yang efektif dalam menajerial yang
baik. Hal ini, perlu pula adanya keterlibatan pihak koperasi unit desa (KUD)
sebagai penyalur hasil produksi yang dibuat kaum perempuan keluarga nelayan
desa Sei Pudak ini.
Untuk melihat terhadap tahap 1 proses
produksi dan tahap 2 pendidikan kewiraswastaan dalam penelitian ini. Maka pada
tahap pelatihan keterampilan bagi kaum perempuan keluarga nelayan ini,
dititikberatkan bagaimana agar memproduksi yang menghasilkan nilai tambah dari
SDA terhadap kehidupan keluarganya.
Termasuk seperti sabut yang menghasilkan sapu dan keset, tambang dan matras.
Simpulan
Dari hasil
penelitian dan pengembangan yang dilakukan terhadap kaum ibu rumah tangga dan
remaja putri keluarga nelayan kawasan pantai desa Sei Pudak Kabupaten Pulang
Pisau dapat disimpulkan:
1. Walau mereka kaum ibu masih ada yang
statusnya belum bisa membaca dan menulis huruf latin dan angka, namun potensi
SDM serta SDA desa Sei Pudak, tentang kebutuhan dan kendala yang dihadapi, maka
kaum perempuan dari keluarga masyarakat nelayan kawasan pantai dapat
diberdayakan;
2. Bahwa model pelatihan keterampilan
yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan pantai kabupaten
Pulang Pisau Kalimantan Tengah, dapat dilakukan agar kaum perempuan keluarga
nelayan ini dapat menaklukkan alam di sekitarnya. Karena mereka merasakan
betapa sulitnya para suami dalam menangkap ikan di laut jawa. Terlebih dimusim
hujan dan badai yang tidak bersahabat. Sehingga mereka lebih baik memilih
tinggal di rumah. Namun dengan hasil pelatihan mereka dapat memanfaatkan limbah
SDA untuk dijadikan mata pencaharian tambahan keluarga;
3. Dalam pengembangan model pelatihan
keterampilan yang dapat diberikan bagi masyarakat desa tertinggal kawasan
pantai, ternyata kaum perempuan mereka
dapat memanfaatkan SDA di sekitarnya. Hal ini tidak terbatas pada desa Sei
Pudak saja. Tapi sudah menyebar dan berkembang ke desa-desa lain di sekitar.
Saran-Saran
1.Kepada Pemda Kabupaten Pulang Pisau
untuk dapat meningkatkan pembinaan bagi kaum nelayan, sebaiknya tempat
pelelangan ikan (TPI) harus ada, di desa Sei Pudak. Hal ini tentu akan
meningkatkan pendapatan ash daerah (PAD).
2.Kepada Dinas dan Instansi terkait
dapat pemanfaatan lingkungan sumber daya alam di darat, harga kelapa yang
murah, untuk menyadap pohon kelapa dan niranya dapat dijadikan gula merah seperti
dengan gula aren.
3.Kepada Dinas Kelautan dan Perikanan
agar dapat membina pertambakan ikan, apakah udang, ataukah ikan komuditas
ekspor lainnya. Sebab kawasan ini jika dikelola dengan baik, tentu PAD di
daerah akan lebih meningkat. Khusus desa Sei Pudak telah mencanangkan areal
pertambakan ratusan Hektar lebih oleh pengurus KUD, namun mereka belum tahu
cara mendatangkan investor.
Daftar Pustaka
Coombs, Philip H.
dengan Prosser Roy C., dan Ahmed Manzoor, 1973. New Paths
to Learning for Rural Childrend and Youth, International Council for Education
Development, New York.
Ermayanti, 1996.
Budaya Kemiskinan di Desa Tertinggal di Yogyakarta, CV. Bupara Nugraha,
Jakarta. Faisal, Sanapiah, 1981. Pendidikan Luar Sekolah, Dalam Sistem
Pendidikan Nasional, Usaha, Surabaya.
Lewis, Oscar, 1975. The Cultur Of Poverty, Dalam
tulisan J. F. Fried dan N. Crisman (ed), city ways, Harper & Row, Publisher
ers, New York.
Mubiyarto, Loeman
Soetrisno dan Michael Dove (1984) Nelayan dan emiskinan, Studi Ekonomi
Antropologi dua Desa Pnatai, CV. Rajawali, Jakarta.
Supriyono, 2000.
Pemberdayaan Warga Belajar Pada Kelompok Belajar, Disertasi, PPS UPI, Bandung.
Yusri, 1998.
Pembangunan den Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Pada Siswa STM,
Disertasi, PPS IKIP, Bandung.
Setiawati,
Lindyastuty, 1996. Budaya Kemiskinan Di Desa Tertinggal Di Jawa Timur (kasus
desa Tarokan, Kecamatan Banyanyar, Kabupaten Probolinggo), CV. Bupara Nugroho,
Jakarta.
Hasil Penelitian Prof. Norsanie Darlan, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar