Oleh:
H.M.Norsanie
Darlan
Peristiwa alam yang sejak tempoe doeloe
belum banyak terjadi
perubahan adalah kemarau yang bakal panjang pada tahun-tahun tertentu. Penulis
mengamati sejak usia masuk sekolah di tahun 1962, 1967, 1972, 1977 hingga tahun 2007. selalu terjadi
peristiwa alam yang selalu berulang dan membuat penulis teringat yakni siklus
alam ini memang harus terjadi.
Walau penulis bukan berkeahliah dibidang
ini, namun karena peristiwa yang sama selalu berulang, dalam sekian di provinsi
Kalimantan Tengah dan Riau, alangkah indahnya jika kita dari sekarang mengatisipasi pada hal-hal
tertentu, agar masyarakat tidak kaget dan tersinggung oleh pemberitahuan pihak
pemerintah. Atau masyarakat tersenyum mendengan seruan padahal masa itu bukan
tahun kemarau yang panjang. Karena mereka tahu bahwa kemarau yang terkadang
diduga panjang ternyata sering terjadi hujan.
Peristiwa kemarau panjang tahun 2002
penerbangan bandara Cilik Riwut, terhenting dalam beberapa miggu, kecuali
pesawat milik ABRI yang dapat mendarat dengan mudah, karena diperlengkapi
dengan peralatan itu. Seperti: ”menghadapi tantangan cuaca hujan lebat, asap
tebal tak merapa”. Mereka dapat mengemudikan di luar kecanggihan pesawat
terbang komersial.
Tantangan yang bakal dihadapi tahun depan,
adalah kabut asap tebal, bakal menjadi faktor ini, yang segera diantisipasi
oleh pihak-pihak terkait. Karena kalau cuara udara yang sangat rendah, siapapun
membakar akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Yaitu munculnya kabut asap tebal yang tak dapat
kita hindari. Dan peristiwa di negara tetangga kita seperti: Singapora selalu
keberatan dengan tiupan anggin dari timur dan tenggara. Angin dari timur tentu
tidak lain provinsi tentangga kita
Kalbal, dan tenggara Singarora bisa juga asal berasal dari Provinsi Riau.
Betapa kecewa dan marahnya mereka di Singapora tidak ada membakar tapi kok asal
yang tebal dan mengganggu kehidupan mereka karena asap kiriman dari Indonesia.
Alam kita sudah marah, karena masa lalu 20
tahun silam kemarau panjang terjadi sampai tahun 1962 terjadi hujan es di
kecamatan kapuas timur yang mereka pada teras rumahnya beratapkan seng, pasti
tahu bahwa peristiwa alam itu ada terjadi, di tahun 2002 di kota Bandung para
sopir angkot merasakan air hujan terbuat dari es batu. Ini sebagai contoh alam
yang sudah tidak berubah karena pepohonan sudah mulai dirambah oleh manusia.
Jika perambahan itu tidak segera dihentikan, maka alampun akan bisa
membinasakan manusia. Kalimantan Tengah yang alamnya sudah berubah fungsi,
bukan lagi hijaunya pepohonan dan hutan lebat. Melainkan hutan kita sudah habis
dikuras untuk kepentingan orang tertentu. Penghijauan di tahun 1983 oleh
Gubernur Kalimantan Tengah Gatot Amrih, SH merubah kita pasir Palangka Raya
menjadi kota Cantik. Doeloe menamam pohon sulit tumbuh karena tanahnya berpasih
putih, namun sekarang pohon apapun di tanam, sudah bisa hidup. Tapi hal ini,
baru di kota Palangka Raya. Bupati Kapuas tahun 2003 menanam pohon di pinggir
jalan dari perbatasan kabupaten Pulang Pisau hingga ke perbatasan kabupaten
Barito Kuala, menunjukkan pagar biologis yang menandakan batas wilayah. Namun
masyarakat belum banyak yang tahu akan manfaat penanaman pohon mahuni itu. Dan
baru 2008 kabupaten lain turut serta dalam upaya penghijauan ini. Semoga
penanaman sejuta pohon di Kalimantan tengah membuat alam daerah kita pada
waktunya jadi berubah.
Belajar dari kenyataan, beberapa bulan
yang lalu, para instansi terkait. Sebaiknya untuk tahun 2012 harus menyediakan
anggaran untuk hujan buatan. Karena hujan buatan adalah salah satu solusi dalam
mengantisipasi peristiwa alam ini. Namun perlu diperhatikan juga, hujan buatan harus tepat waktu. Kalau tidak berapa
uang rakyat yang harus terbuang.
H.M.Norsanie Darlan, Guru Besar S-1 dan S-2 PLS
Universitas Palangka Raya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar