Oleh :
H.M.
Norsanie Darlan
Rendahnya minat baca masyarakat apakah
mahasiswa, ataukah murid/pelajar hal ini yang perlu dipelajari apa sebab akibat dari
kurangnya minat baca itu. Dewasa ini, jika kita mempelajari jumlah siswa
misalnya di sekolah. Kalau tanpa adanya peran serta guru dalam memfasilitasi
agar murid datang keperpustakaan. Maka perpustakaan kurang diminati oleh siswa.
Dipihak lain, fasilitas/ketersediaan buku yang sangat terbatas, sehingga murid enggan
datang ke perpustakaan. Apa lagi buku-buku yang tersedia di perpustakaan tidak
bertambah. Sementara buku yang tersedia sebagian
sudah mereka baca.
Untuk meningkatkan minat baca
murid datang ke perpustakaan, selain tersedianya buku pelajaran pada bidang
studi, juga sebaiknya guru, mengarahkan muridnya untuk membaca buku-buku bacaan
untuk pengayaan. Selain buku bahan ajar di sekolah.
Sebelum kita bicara lebih jauh tentang
perpustakaan yaitu: arti dari perpustakaan dalam kamus besar bahasa Indonesia
yang ditulis oleh Poerwadarminta (1986) adalah:”...(1) tempat, gedung, ruang yang
disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dsb; (2) koleksi
buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca,
dipelajari, dibicarakan...”. dengan demikian,
perpustakaan adalah menyediakan bahan bacaan dalam berbagai bentuk, dengan
tujuan menyimpan koleksi ilmu pengetahuan. Tapi perpustakaan kalau tidak
dimanfaatkan, tidak dibaca. Tentu saja tidak akan akan merugikan kepada kita.
Berbicara Kurangnya Minat Baca Chika (2011)
Rendahnya minat baca dari hasil penelitian Writingsdy, (2007) bahwa:”...bagaimana kondisi minat baca di Indonesia?...”. sebuah pertanyaan di atas dengan berat hati kita katakan, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Itu terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa:”... masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%)...”.
Data lainnya, misalnya International
Association for Evaluation of Educational (IEA). Tahun 1992, IAE melakukan
riset tentang: kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV 30
negara di dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa
Indonesia menempatkan urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan betapa
rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak SD. Data di
atas, sungguh mencengangkan dengan kita semua. Data di atas dari 30 negara
murid SD kelas IV termasuk di Indonesia ternyata masalah minat baca negeri kita
tercinta ini, menduduki urut ke 29. bukan nomor 2 tapi nomor 2 paling belakang.
Itulah sebabnya saya berminat untuk berkomentasi masalah minat baca ini.
Selain hal
tersebut, penulis juga mengamati mahasiswa yang meu mendatangi berkunjung ke
perpustakaan perguruan tinggi. Namun perpustakaan perguruan tinggi perlu
menyediakan buku-buku perguruan tinggi, terlebih jurusan/program studi yang ada
di perguruan tingginya. Kalau perpustakaan yang membeli buku sebaiknya
bekerjasama dengan jurusan/program studi terkait. Agar buku yang dibeli
betul-betul buku sesuai dengan kebutuhan mahasiswa maka perpustakaan akan
diminati kunjungan mahasiswa. Dengan demikian minat baca tambah tinggi.
Demikian sebaliknya.
Mahasiswa
S-2 PLS Unpar
di
Perpustakaan Mencari Buku yang Terkait dengan Tesisnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar