Jumat, 23 Oktober 2015

Kanal Jembatan Tumbang Nusa Membantu Cadangan Air

Beranda Suara Warga Mimbar Kanal Jembatan Tumbang Nusa Membantu Cadangan Air Suara Warga Mimbar Minggu, 18 Oktober 2015 - 20:50 WIB 18.00 SHARE Dalam rangka kunjungan Presiden RI Jokowi ke Kalimantan Selatan, beliau dan rombongan menyempatkan pula mengunjungi sumber kabut asap di kawasan hutan gambut, sampai jempatan terpanjang di Kalimantan Tengah Tumbang Nusa 35 Km di selatan kota Palangka Raya beberapa waktu lalu. Kanal mempersiapkan cadangan air, guna mengatasi bencana kebakaran yang sangat luar biasa tahun ini, perintah Bapak Presiden RI agar membuat canal, untuk mempermudah dalam mendapatkan sumber air. Ternyata perintah itu dengan segera dilakukan oleh TNI berjibaku dengan tenaga dan peralatan canggih yang dalam waktu relatif singkat sumber air ditemukan yang ternyata tidak jauh dari permukaan tanah gambut. Dewasa ini sudah terlihat dengan jelas sumber air. Dan mudah diambil jika terjadi bencana kebakaran di sekitar yang mengakibatkan kabut asap yang luar biasa akibat kebakaran yang tak terkendali ini. Sampai saat berita ini diturunkan, terjadi kebakaran di mana-mana sepanjang Palangka Raya – Kuala Kapuas. Dalam pembuatan kanal oleh pihak TNI ini, sangat bagus dan membuka cakrawala kita bahwa air di sekitar jembatan Tumbang Nusa itu tidak sulit. Namun selama ini memang belum pernah pembuatan kanal secara besar-besaran seperti sekarang. Diharapkan agar sumber air ini dapat bertahan lebih lama, jika kanal lebih luas dan dalam. Sehingga tidak kering jika airnya disedot untuk pemadaman kebakaran. Diharapkan kanal-kanal itu tidak disalurkan sampai ke sungai kahayan. Karena kalau saluran/canal itu sampai ke sungai kahayan, air yang ada di kanal akan habis turun ke sungai Kahayan. Karena saat kemarau berlangsung sungai Kahayan dalam situasi kering, akibatnya air menuju yang lebih rendah. Kanalpun nantinya jadi kering. Tapi jika kanal itu tidak sampai ke sungai Kahayan, maka air akan bertahan apa lagi jika dibuat danau-danau dan akan memberikan manfaat bagi kepentingan umat manusia. Saya melihat hasil jerih payah TNI kita tidak sia-sia pemerintah daerah melanjutkan program untuk penghijauan di sekitar jembatan. Alangkah indahnya jembatan yang pembangunannya itu dibangun dan diperpanjang oleh 3 orang gubernur Kalimantan Tengah kurang baik disia-siakan, penghijauan di sepanjang jembatan Tumbang Nusa dengan berbagai tanaman khasnya, tentu lebih baik. Saat ini, walau masih sedikit sudah ada upaya bupati Pulang Pisau sekarang menaman pohon rumbia/pohon sagu. Pohon ini sangat bermanfaat bagi banyak orang. Sebaiknya ada danau-danau yang dibuat oleh para TNI/POLRI kita itu sebagai cadangan air, jangan dibiarkan begitu saja. Tapi perlu ditaburi bibit ikan yang tahan dengan pH air di sana. Ini akan menciptakan tempat wisata masyarakat untuk memancing beberapa waktu kedepan. Dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi pasar karena akan munculkan warung-warung seperti sekarang munculnya pasar di ujung jembatan Tumbang Nusa. Yang memberikan kesan bagi pelalu lintas di sana sehingga memberikan hiburan bagi setiap penumpang kendaraan di jembatan itu. Apa lagi pemda memodali membelikan kerbau rawa. Tentu akan memberikan hiburan tersendiri bagi mereka yang melewati tempat itu. Sehingga jembatan ini bukan sekedar jembatan untuk mempermudah dilalui disaat musim banjir. Prof. Dr. H.M.Norsanie Darlan, MSPH Ketua Program Magister PLS/Pendidikan Non Formal Pascasarjana Universitas Palangka Raya

Selasa, 20 Oktober 2015

AKADEMISI : KANAL TUMBANG NUSA MEMBANTU CADANGAN AIR

0191015000586 19-10-2015 IBU Banjarmasin, 19/10 (Antara) - Akademisi Universitas Palangka Raya (Unpar) Kalimantan Tengah Prof Dr HM Norsanie Darlan MS PH berpendapat, kanal di Jembatan Tumbang Nusa bisa membantu cadangan air di provinsi tersebut. "Karena itu saat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berkunjung ke Kalimantan Tengah (Kalteng) beberapa waktu lalu, memerintahkan segera pembuatan kanal di Jembatan Tumbang Nusa tersebut," tuturnya ketika berada di Banjarmasin, Minggu malam. Ia menerangkan, dalam kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama rombongan ke Kalimantan Selatan (Kalsel) menyempatkan pula meninjau sumber kabut asap pada kawasan lahan/hutan gambut di "Bumi Isen Mulang" (pantang mundur) Kalteng sampai Jembatan Tumbang Nusa. "Kanal Tumbang Nusa itu, menurut Presiden Jokowi harus dipersiapkan sebagai cadangan air, guna mengatasi bencana kebakaran lahan dan hutan yang sangat luar biasa, sebagaimana terjadi tahun ini," kutipnya kepada Antara Kalsel. Perintah Presiden membuat kanal, untuk mempermudah mendapatkan sumber air, tuturnya, ternyata segera dilakukan TNI berjibaku dengan tenaga dan peralatan canggih, dalam waktu relatif singkat sumber air ditemukan yang ternyata tidak jauh dari permukaan tanah gambut. "Dewasa ini sudah terlihat dengan jelas sumber air. Dan mudah diambil jika terjadi bencana kebakaran di sekitar yang mengakibatkan kabut asap yang luar biasa akibat kebakaran yang tak terkendali. Sampai saat berita ini diturunkan, terjadi kebakaran di mana-mana sepanjang Palangka Raya ¿ Kuala Kapuas," lanjutnya. Dalam pembuatan kanal oleh TNI tersebut, menurut Guru Besar Pendidikan Non Formal Unpar itu, sangat bagus dan membuka cakrawala baru bahwa air di sekitar Jembatan Tumbang Nusa (35 kilometer selatan Palangkaraya) tersebut tidak sulit. Namun selama ini memang belum pernah pembuatan kanal secara besar-besaran seperti sekarang, ungkapnya seraya berharap sumber air tersebut bertahan lebih lama, jika kanal lebih luas dan dalam. Sehingga tidak kering jika airnya disedot untuk pemadaman kebakaran. Ia berharap, kanal-kanal itu tidak disalurkan sampai ke Sungai Kahayan. Karena kalau saluran/kanal tersebut sampai ke sungai kahayan, air yang ada di kanal akan habis turun ke Sungai Kahayan. "Karena saat kemarau berlangsung Sungai Kahayan dalam situasi kering, akibatnya air menuju yang lebih rendah. Kanalpun nantinya jadi kering," ujar laki-laki kelahiran Anjir Serapat Kapuas Timur, Kalteng tersebut. Tapi, lanjut dia, jika kanal itu tidak sampai ke Sungai Kahayan, maka air akan bertahan apa lagi jika dibuat danau-danau dan akan memberikan manfaat bagi kepentingan umat manusia. "Saya melihat hasil jerih payah TNI kita tidak sia-sia, pemerintah daerah melanjutkan program untuk penghijauan di sekitar Jembatan Tumbang Nusa. Alangkah indahnya jembatan yang pembangunannya selama tiga Gubernur Kalteng," ujarnya. Menurut mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) itu, kurang baik kalu disia-siakan, penghijauan di sepanjang jembatan Tumbang Nusa dengan berbagai tanaman khasnya, tentu akan lebih baik. Saat ini, walau masih sedikit sudah ada upaya Bupati Pulang Pisau, Kalteng sekarang menaman pohon rumbia/pohon sagu. Pohon ini sangat bermanfaat bagi banyak orang. Sebaiknya pula, saran mantan Kepala Badan Diklat Kalteng itu, ada danau-danau sebagai tindak lanjut dari apa yang dibuat para TNI/POLRI buat cadangan air, jangan dibiarkan begitu saja. Selain itu, perlu ditaburi bibit ikan yang tahan pH air di sana. Ini akan menciptakan tempat wisata masyarakat untuk memancing beberapa waktu ke depan. Dengan upaya tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi pasar karena akan muncul warung-warung seperti sekarang adanya pasar di ujung Jembatan Tumbang Nusa, ujar Norsanie akan mengikuti Training Of Trainer Pendidikan Keluarga di Bogor via Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Keadaan tersebut juga bisa memberikan kesan bagi pelalu lintas di sana sehingga memberikan hiburan bagi setiap penumpang kendaraan di Jembatan Tumbang Nusa yang merupakan jembatan terpanjang di Kalteng itu. "Apalagi jika pemda memodali membelikan kerbau rawa. Tentu akan memberikan hiburan tersendiri bagi mereka yang melewati tempat itu. Jembatan tersebut bukan sekedar mempermudah dilalui saat musim banjir, tapi memberikan nilai tambah," demikian Norsanie. ***4*** . (T.KR-SKR/B/H. Zainudin/H. Zainudin) 19-10-2015 17:12:55

Selasa, 06 Oktober 2015

AKADEMISI UNIVERSITAS PALANGKA RAYA SARANKAN PERLU ADANYA EVALUASI TERHADAP BANYAKNYA KEBAKARAN

BERITA DI BERBAGAI KORAN PUSAT DAN DAERAH Okt 5 pada 5:27 AM Wartawan LKBN Antara: Syamsuddin Hasan Hari Ini pada 5:48 PM D0051015000429 05-OCT-15 IBU BJM Banjarmasin, 5/10 (Antara) - Akademisi Universitas Palangka Raya (Unpar) Kalimantan Tengah Prof Dr HM Norsanie Darlan MS PH berpendapat, perlu adanya evaluasi terhadap banyaknya kebakaran. Pendapat Guru Besar PLS/PNF Unpar tersebut dalam perbincangan dengan Antara Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Minggu malam, berkenaan banyaknya kebakaran beberapa tahun belakangan ini. "Saya kira pihak berwenang perlu melakukan evaluasi terhadap banyaknya kebakaran dalam beberapa tahun belakangan, bahkan semakin tinggi intensitasnya," uj ar mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) itu. Karena, lanjutnya, masa lampau informasi kebakaran jarang terjadi. "Sedangkan dewasa ini semakin tahun semakin tinggi intensitas kebakaran tersebut, tidak hanya pada bangunan kayu, tapi juga konstruksi beton banyak terjadi," tuturnya. "Mungkin yang perlu menjadi perhatian, apakah pada konsliting listrik, kompor minyak tanah ataukah kompor gas. Sedangkan sebab-sebab kebakaran lainnya tergolong rendah," tambahnya. Ia menyarankan, jika di antara tiga kasus besar itu listrik, maka instalasi listrik perlu penyempurnaan peraturan dalam pemasangan. Begitu pula jika kompor minyak tanah yang selama ini semakin dikurangi, berarti minyak tanah yang dijadikan perhatian. Ataukah kompur gas. Karena kompor gas tidak seluruh warga masyarakat terampil memakai kompor yang tentu sangat mudah meledak itu. "Saya memperhatikan berbagai kejadian kebakaran itu, lebih berbahaya dibanding kecurian," ujar mantan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah tersebut. Pasalnya, lanjut dia kalau kecurian hanya barang tertentu yang diambil pencuri. Sebaliknya jika terjadi kebakaran, maka semua harta yang disayangi akan ludes dilalap sijago merah ini, juga rumah-rumah tetanggapun habis karnanya. "Tapi kalau kompor gas yang berbahaya, gas cukup dijual dan dijadikan komuditas ekspor saja. Dan minyak tanah disalurkan kembali kepada rakyat," sarannya. ***4*** (T.KR-SKR/B/H. Zainudin/H. Zainudin) 05-10-2015 14:19:

Makalah : MELIRIK PENDIDIKAN NONFORMAL (PLS) DAN PENTINGNYA PENDIDIKAN SEJAK USIA DINI

Juni 20, 2012 • 3:43 am ↓ Jump to Comments Oleh: H. M. Norsanie Darlan Pendahuluan Wikipedia bahasa Indonesia, dalam ensiklopedia bebas, menuliskan bahwa pendidikan anak usia dini disingkat dengan PAUD (2011) adalah:”…jenjang pendidikan sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal…”. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Konsep lama mengakatan, makin maju suatu Negara makin terpelihara anak usia dini. Demikian ungkapan Prof. Djudju Sudjana (1997) dan Prof. Endang Sumantri (2000) menyebutkan bahwa:”…negara maju, memperhatikan balita, demikian orang dewasa dan Lansia. Sudah menjadi perhatian pemerintah….pendidikan luar sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan…”. dan jika kita hubungkan dengan 3 jalur pendidikan nasional. Maka di tanah air kita, masih belum seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai negara-negara yang telah maju di dunia. Di Indonesia perhatian banyak orang masih pada jalur pendidikan formal. Para ahli, dari anak usia dini meyakini bahwa anak terlahir dengan membawa segudang potensi yang diturunkan dari gen kedua orang tuanya. Potensi tersebut terdiri dari berbagai kecerdasan atau disebut dengan kecerdasan jamak. Potensi yang dimiliki anak dapat berubah menjadi kompetensi yang baik, apabila dirangsang dan dikembangkan selama kehidupannya. Keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama yang turut mempengaruhi bagi tumbuhnya perkembangan anak. Akan tetapi sejalan dengan pertambahan usia anak dan perkembangan sosial anak, lingkungan masyarakat memberi pengaruh besar pula pada perkembangan anak itu sendiri. Karena itu rangsangan psikososial yang diberikan di lembaga pendidikan luar sekolah atau lembaga yang ada di lingkungan sekitar anak, menjadi sangat penting bagi tumbuh kembang anak khususnya dalam bidang pendidikan informal. Mengingat masih terbatasnya layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ada di masyarakat dibandingkan dengan jumlah anak usia dini (0-6 tahun) yang membutuhkannya, maka perlu perkembangan program yang mampu diakses oleh semua sasaran di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk dalam kawasan Kalimantan Tengah. Untuk itulah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini mengembangkan program PAUD terintegrasi Posyandu dan BKB, yang dikenal dengan nama Pos PAUD. Program Pos PAUD terlaksana apabila didukung oleh tenaga kader yang memahami program. Oleh karena itu pembekalan kader merupakan hal yang mutlak untuk dilaksanakan, mengingat tidak semua kader memiliki latar belakang pendidikan terkait dengan anak usia dini. Pembekalan kader yang dilaksanakan pada program Pos PAUD dilakukan melalui kegiatan pelatihan. Pelatihan merupakan prasyarat bagi kader Posyandu yang akan mengembangkan program Pos PAUD di lembaganya. Melirik UUSPN 2003 Kajian 3 Jalur Pendidikan Setelah kita melakukan dan memperhatikan apa sebenarnya ke 3 jalur pendidikan dimaksud, sekarang mari kita pelajari secara seksama satu persatu. Namun konsep ini diurut berdasar usia pendidikan itu sendiri, yang diuraikan dalam uraian berikut ini: 1. Pendidikan informal; adalah pendidikan dalam keluarga. Tentunya sudah ada sejak zaman Adam. Kenapa penulis sebut demikian, karena pendidikan ini bergeser dari dalam keluarga, hingga ke lingkungan di sekitarnya. Seperti ayah memberikan fatuah kepada anak-anaknya. Disini telah muncul mana manfaat dan mana pula yang mudharat. Dan pendidikan ini betul-betul muncul dengan sendirinya. Namun anjuran orang lain di lingkungan itu, dapat diterima oleh yang lain sebagai bahan masa depannya kelak. Contoh secara realita bagi kita disaat pendidikan keluarga ini muncul membiasakan orang lain dan dirinya sendiri dalam berperilaku yang baik. Anak kecil dilatih untuk menggunakan tangan kanan, misalnya dalam menerima ataupun menyerahkan sesuatu kepada orang lain. Terlebih kepada orang yang lebih tua. Sehingga anak jadi terbiasa melakukannya. Contoh lain bersikap sopan terhadap orang lain, agar ia tidak menjadi celaan sesama teman bermainnya. Munculnya sikap berperilaku agar menghormati orang yang lebih tua dan juga sesama segenerasinya dsb. Di kalangan masyarakat ada yang mempertanyakan. Kenapa beda di Departemen dengan realita di masyarakat dengan adanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ia ada di Dirjend Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Sedangkan TK ada Subdin di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang tidak menengok ke pusat. Sehingga TK tidak berada di Subdin PLS. Pertanyaan ini sering menggelitik dan menggelikan, kalau proyeknya besar ia tidak akan diserahkan pada Sub Din PLS. Tapi kalau tidak ada yang memroyekkan maka pekerjaan TK dan Paud baru diserahkan pada SubDin PLS. Sebaik kita kaji ketingkat pusat, jika di pusat ada di Dirjend PLS, kenapa di daerah harus pada Subdin non PLS. Tanda tanya pula bagi kalangan PLS organisasi yang mengelola hal ini (ke PLS-an) pun juga banyak ditangani oleh mereka yang non PLS. Terkadang orang-orang PLS sering tak kebagian. Permasalahan seperti ini bagi tenaga PLS berterima kasih. Namun ada kalanya pekerjaan ini, tidak kesampaian sehingga tenaga-tenaga PLS terkesan karena ada proyeknya itulah sehingga mereka terlibat. Namun sebaiknya harus juga betul-betul program kerja organisasi ini, dapat terlaksana dengan baik. Dari berbagai hal tentang pendidikan Informal, PAUD adalah masuk di bagian pendidikan informal. Kenapa ia menjadi bagian dari pendidikan luar sekolah ? karena secara adminstrasi di negeri kita dewasa ini, belum ada jalur ini, yang membinanya. Kecuali pendidikan luar sekolah. Itulah sebabnya di Kementrian Pendidikan Nasional dalam masa pembangunan SBY jilid 2 Dirjen PLS berubah nama menjadi Dirjen PAUDNI. 2. Pendidikan Non Formal (Pendidikan Luar Seklolah) biasa disebut dengan PLS merupakan pendidikan masyarakat yang karena sesuatu dan lain hal, seseorang tidak dapat me-nyelesaikan pendidikan di pendidikan formal, maka pendidikan luar sekolah dalam kurun waktu 14 – 45 tahun bisa bergabung ke pendidikan luar sekolah ini, adalah pendidikan yang ternyata lebih tua dari pendidikan formal ini di Indonesia. Diawali sejak penjajah pemerintah Belanda berkeinginan melakukan sesuatu. Maka para pemuda terampil mereka daftar untuk mengikuti kursus tertentu ke tempat yang ditentukan. Misal pihak pemerintah Belanda berkeinginan mendirikan Gedung Pemerintahan di kota-kota besar di Indonesia. Maka mereka kursus para pemuda dalam dunia pertukangan dalam kurun waktu tertentu. Setelah anggaran dari negeri Belanda datang, maka tenaga kerja yang telah selesai dilatih tersebut mengerjakan Bangunan Gedung Kantor Pemerintah Belanda. Sehingga bila kita masih ingat di awal tahun 60-an masih berdiri gedung-gedung pemerintah Belanda baik di Provinsi maupun Kabupaten, bahkan sampai tahun-tahun pertengan 70-an. Hanya saja typenya yang berbeda. Makin besar jumlah penduduk maka mikin besar pula gedung yang didirikan. Contoh lain yang masih sebagian ada menjadi munomen seperti: Gereja, di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makassar dan kota-kota lainnya. Bentuknya hampir sama, Cuma besarnya yang berbeda. Proses pelatihan atau kursus pertukangan yang dilaksanakan pemerintah negeri Belanda ini adalah awal munculnya pendidikan Nonformal ( PNF) di tanah air kita. Dalam masa kemerdekaan sekarang ini penulis mencoba memberikan contoh masa orde baru, yakni Masjid dari: Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila Indonesia. Hampir di semua kota Kabupaten ada, tinggal typenya yang berbeda. Penulis saat menulis edisi ini, dalam masa reformasi belum melihat secara jelas apa peninggalan untuk masa depan kita di negeri tercinta ini. Walau dalam masa Reformasi banyak protes karena kebesan yang sudah memuncak, belum banyak hasil-hasil yang diprotes menemukan titik yang dinantikan oleh banyak orang. PLS bicara dalam hal Fasilitas belajar, tenaga pengajar (tutor), Warga Belajar (WB) masih belum selengkap mereka yang berada dalam pendidikan formal. 3. Pendidikan Formal (Pendidikan persekolahan) adalah suatu pendidikan yang diselenggarakan serba siap. Apakah fasilitas belajarnya, tenaga pengajarnya ataukan siswanya. Munculnya pendidikan fomal adalah paling belakang dari 2 Jlur sebelumnya. Fasilitas belajar dimaksud adalah: gedung sekolah, materi/buku pelajaran, kurikulum, meja dan kursi belajar, perpustkaan hingga ke media pendidikan seperti OHP atau sekarang seteraf LCD, internet dll. Tenaga pengajar seperti: guru, pengawas, penjaga sekolah bahkan pembayaran gaji mereka sudah disiapkan pemerintah. Sedangkan siswanya sudah ada. Karena mendirikan gedung sekolah pasti ada studi kelayakan sebelumnya. Sehingga dipersiapkan segalanya, agar pendidikan formal itu, dapat berjalan dengan baik dan lancar. Catatan: Untuk UU Sistem Pendidikan Nasional No 2/1989 ada 2 jalur. Namun dalam UUSPN No 20/2003 ada 3 jalur pendidikan seperti gambar di atas. Pendidikan formal atau sistem persekolahan ini, sejak dari sekolah dasar hingga pendidikan tertinggi. Maksudnya dari Sekolah Dasar/MI, SMP/Mst, SMA/MAN, berbagai Sekolah Menengah Kejuruan, Akademi, dan Pendidikan tinggi, yang ada program pasca sarjana dan doktor. Semua hal-hal di atas, sudah disiapakan dengan lengkap. Dan tidak ada yang selesai kurang dari setahun. Artinya dalam program persekolah atau dengan kata lain dalam pendidikan formal ini, betul-betul meng-gunakan waktu, punya tempat, dan tenaga pengajarnya. Namun di Indonesia pendidikan baru sejak 2 Mei 1908. Dengan demikian, berarti urain dingkat tentang 3 konsep dasar pendidikan yang ditampilkan di atas, menurut urut pendidikan yang kita setiap setiap umat manusia sejak awal. Sehingga uaian ini memberikan setitik pengetahuan dasar bagi para ahli dibidang pendidikan untuk berpikir dan menganalisis pada kita semua bahwa dalam SPN kita, ternyata jalur pendidikan berubah-rubah berdasarkan kebutuhan para konseptor di negeri ini. PLS dan Mitra kerjanya Banyak mitra kerja pendidikan luar sekolah. Namun tidak banyak orang yang tahu persis bahwa kerjanya sama dengan pendidikan luar sekolah. Selama periode orde baru, para lulusan atau dengan istilah lain sarjana pendidikan luar sekolah di diterima dan diangkat sebagai pekerja pada berbagai Kantor Dinas/Badan seperti: Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian, Badan Keluarga Berencana dan Kependudukan, Badan Diklat dan berbagai instansi pemerintah lainnya. Mereka tersebut tidak pernah mengeluh dan ditolak kepegawaiannya. Sejak awal bekerja hingga memasuki usia pensiun. Dengan demikian PLS punya mitra kerja yang sejak lama. Tidak sebatas itu saja, lulusan PLS FKIP juga di Departemen Agama, Departemen Kehakiman. Dan berbagai instansi lain selama mereka tidak tidak membatasi secara sepersifik. Biasanya pada saat usulan promasi kerja satu atau dua tahun kedepan sangat tergantung dengan permintaan kepegawaian. Atau kepala kantornya. Apa lagi dalam bakal penerimaan calon ini ada KKNnya. Sehingga sangat menyulitkan calon pekerja pada bidangnya. Strategi PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, menurut: Kristanto (2008) adalah:’…menempati yang amat strategis, dalam penyiapan Sumber Daya Manusia masa depan. Karena Pos PAUD selain perkembangan intelektual terjadi yang amat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan setiap anak…”. Berbagai kajian juga menyimpulkan bahwa pembentukan karakter manusia juga pada fase usia dini. PAUD Membangunan Karakter Bangsa Berbicara tentang PAUD ke masa depan menurut Edi Waluyo (2010) adalah:”…untuk membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi orang tua dan guru/tutor, harapannya agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik. Membangun karekter anak dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, non formal maupun informal…”. pendapat di atas, secara jelas PAUD sudah membangun karakter generasi penerus bangsa. Dengan demakin meningkatnya perhatian orang tua dan pemerintah terhadap pendidikan anak usia dini, disatu sisi merupakan hal yang sangat menggembirakan. Akan tetapi, disisi lain, seringkali orangtua dan pendidik juga masih memiliki pandangan yang kurang tepat dan sempit tentang proses pelaksanaan pembentukan pribadi pada anak usia dini, yakni terbatas pada kegiatan akademik saja seperti membaca, menulis, menghitung, dan mengasah kreativitas. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Dasar 1945. 2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta dicanangkannya Gerakan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini oleh Presiden RI pada tanggal 23 Juli 2003. 4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2004-2025. 5. Permendiknas No.31 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tatakerja Dirjend Pendidikan Nonformal dan Informal atau sebelumnya disebut PLS. 6. Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. Satuan pendidikan penyelenggaraan PAUD • Taman Kanak-kanak (TK) • Raudatul Athfal (RA) • Bustanul Athfal (BA) • Kelompok Bermain (KB) • Taman Penitipan Anak (TPA) • Satuan PAUD Sejenis (SPS) • Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3) • Bina Keluarga Balita • Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) • Keluarga • Lingkungan Pengertian Ada beberapa yang perlu dicermati dalam penulisan ini, dari sejumlah pengertian berikut: 1.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UU No 20/2003 tentang sikdiknas adalah:”…suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejenis sejak lahir, sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut…”. 2.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut Hamid Muhammad (2008) yaitu:”…satuan PAUD sejenis adalah bentuk-bentuk jalur non formal selain kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak yang penyelenggaraannnya dapat diintegrasikan dengan berbagai program layanan Anak Usia Dini yang telah ada di masyarakat seperti: POSYANDU, Bina Keluarga Balita (BKB), Taman Pendidikan Al-Qur’an, Sekolah Minggi, Bina Iman Anak, atau layanan terkait lainnya…”. 3.Pos PAUD menurut: Sudjarwo (2008) adalah:”…bentuk layanan PAUD yang penyelenggaraannya diintegrasikan dengan layanan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu…”. 4.Pedoman penyelenggaraan Pos PAUD adalah acuan minimal dalam penyelenggaraan PAUD yang diselenggarakan dalam bentuk Pos PAUD. 5.Pendidikan Informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri UU Sisdiknas tahun 2003 Pasal 27 ayat (1) bahwa pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Tujuan Program 1.Sebagai pemberian model layanan PAUD yang dapat menjangkau masyarakat luas hingga ke pelosok pedesaan; 2.Memberikan wahana bermain yang mendidik bagi anak-anak usia dini yang tidak terlayani PAUD lainnya; 3.Memberikan contoh kepada orang tua keluarga tentang cara-cara pemberian rangsangan pendidikan kepada anak untuk dilanjutkan di rumah. 4.Sebagai acuan bagi petugas terkait dalam membina pelaksanaan program pendidikan orangtua (parenting) di lembaga PAUD Nonformal. 5.Sebagai pedoman bagi lembaga PAUD Nonformal dalam menye-lenggarakan program pendidikan orangtua (parenting). Tujuan Penyampaian Makalah 1.Untuk memenuhi surat permintaan panitia, nomor: 01/PAN-Seminar-Pend/V/2011 tertanggal 23 Mei 2011. 2.Memperhatikan terhadap program pengajaran PAUD yang berbasis dalam rangka peletakan dasar pola sikap, perilaku dan kecerdasan pada anak usia dini. 3.Untuk menyampaikan berbagai hasil pertemuan di berbagai provinsi tentang PAUD di tanah Air. Terlebih di Makassar, Surabaya dan berbagai tempat tentang masa depan bangsa. Dalam rangka pemcapaian tujuan yang diinginkan, melalui gagasan pelaksanakaan program seminar yang bertema: ”…program pengajaran yang berbasis karakter dalam rangka peletakan dasar pola sikap, perilaku dan kecerdasan anak usia dini…”. Diharapkan mampu mendobrak dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pelaku program PAUD (guru TK, Play Group, RA, TPA, Sekolah Minggu, sejenis bahkan orang tua/wali murid dll. Melirik Sejarah PAUD Sungguh konsep pendirian nama PAUD ini tidak saja bergulir dengan mudah. Sebab sejak tahun 1999 penulis sudah pernah dipanggil oleh salah satu direktorat pada Dirjen PLS Kementrian Pendidikan Nasional Jakarta. Tahun itu, ada proyek anggaran penyusunan buku sadah pada titik berakhir. Sementara buku yang mereka tulis belum mencukupi harapan yang diinginkan. Penulis diminta oleh beberapa tenaga di Diknas, kebetulan karena beban kuliah mengambil program Doktor begitu berat. Sehingga keinginan mereka dari Kementrian Pendidikan Nasional tidak akan mempercepat penyelesaian studi. Namun terus terang nama PAUD masa itu judul bukunya, adalah masih disebut dengan PADU dengan kepanjangan: Pendidikan Anak Dini Usia. Penulis sempat berkalakar kalau PADU sih bahasa di desa kelahiran saya adalah bagian belakang dari rumah yang disana ada: dapur, ruang makan, ruang cuci piring dll. Setahun kemudian berubah nama dengan: PAUD yang kepanjang-annya adalah: Pendidikan Anak Usia Dini, istilah ini berkembang hingga sekarang. Saat itu juga masih dipertanyakan apakah buku yang mereka tulis itu, ada hubunganya dengan taman kanak-kanak, mereka menjawab, TK pada saatnya proyeknya dihentikan. Maka pada waktunya PAUD yang akan menggantikannya. Memperhatikan munculnya PAUD di tanah air, tidak bisa dilepaskan dari kreativitas para tenaga profesional PLS. Khususnya di Dirjen PLS masa itu yang sekarang dalam ”nomenklator” yang baru adalah: Dirjen PAUDNI dengan kepanjangan Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Namun secara realita pendirian Jurusan atau Prodi PAUD, sering mengabaikan terhadap institusi pendahulunya yaitu: Jurusan/Program studi PLS. Terkadang tidak seorangpun dosen PLS terlibat dalam membina PAUD. Sejumlah pejabat di Dirjen PAUDNI Kementrian pendidikan Nasional RI, mereka sulit menempatkan posisi Direktorat PAUD harus di ditempatkan di mana. Setelah mempelajari terhadap pendidikan informal yang termasuk pada PAUD ini, maka disebut Dirjen ini, ditempatkan PAUD lebih dahulu dibanding dengan Dirjen yang lain. Karena sejak pendidikan masyarakat tempoe doeloe dengan sangat menyesal harus mendahulukan nama yang paling lebih muda menjadi: Dirjen PAUDNI. Tapi yang jelas PAUD adalah Direktorat yang paling muda pada Dierjen PLS. Sehingga cemooh para dosen PLS Jurusan/Prodi PAUD adalah adik termuda, dan harus mendapatkan pembinaan dari Jurusan/Prodi PLS. Karena PLS adalah kakak tuanya. Dan bahkan kehadiran PAUD ada kalanya tidak tahu menahu dengan PLS. Padahal PLS adalah kakak tuanya. Pendirian Institusi PAUD Dalam mendirikan institusi PG-PAUD tentu harus di daduhului dengan adanya tenaga pengajar (dosen) pada bidangnya, fasilitas belajar, dan yang paling utama adalah mahasiswa. Di berbagai daerah keterlibatan tenaga dosen PLS sangat besar. Disamping tenaga yang berlatar belakang psikologi pendidikan. di kalangan dosen PLS banyak mata kuliah yang terkait dengan pendidikan anak usia dini. Sejak lama sudah sebagai hasil pertemuan guru besar PLS se Indonesia, bahwa setiap Jurusan/Prodi PLS harus menampilkan mata kuliah PAUD. Bahkan mahasiswa PLS pada tingkat akhir harus ada mata kuliah minor tentang PAUD. Tujuannya untuk memenuhi kesenjangan tenaga PAUD di berbagai daerah di tanah air. Dengan berdirinya Prodi PAUD di Universitas Palangka Raya, kami semua dosen PLS menyambut gembira dengan kehadiran Adik kandung dari Prodi PLS ini. Hanya saja, setelah berdirinya Prodi PAUD di Unpar ini, terjadi kesimpang siuran pada dosen PLS kenapa dan siapa dosen PLS yang terlibat dalam PAUD ini. Ada kalanya dari Kemendikmas menelpon untuk hadir dalam acara-acara tertentu tentang PAUD kepada dosen PLS. Tapi sayangnya yang ditelpon tidak ada sama sekali turut mengajar di PAUD sehingga mengurungkan hadir karena merasa tidak ada keguna-annya jika hadir dalam pertemuan itu. Lahan PLS Kami sesama dosen di lingkungn PLS sering terperanjat dan ada kalanya berterima kasih lahan PLS sering dikerjakan oleh orang yang kesarjanaannya bukan sama sekali ada keterkaitan dengan ilmu PLS. Namun untuk membahagiakan hati atas kekecewaan itu, saya sebagai penulis yang selaku guru besar bidang PLS berterima kasih. Atas orang lain yang mau mengerjakan pekerjaan PLS. Dosen PLS yang lain, secara sadar ataupun tidak. Ia mengatakan bahwa:”… kalau berbau duit, rebutan orang non PLS mengambil. Tapi kalau tidak jadi duit pekerjaannya diserahkan kepada kami dosen-dosen PLS…” hal ini mungkin tumbahan kekecewaan sejawat saya. Memang secara realita hal itu ada beberapa bukti kuat. Terkadang mereka yang bekerja demi PLS bertemu kami malu sendiri. Peran PAUD di Masyarakat Kalimantan Tengah Bila memperhatikan bagaimana di kawasan Kalimantan Tengah yang luasnya wilayah provinsi Kalimantam Tengah ini, 1.5 x pulau Jawa. Tentu peran tokoh masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan SDM bidang pendidikan informal dan nonformal ini. Sebab PAUD adalah: ”…dari, oleh dan untuk masyarakat…”. Dengan demikian PAUD sangatlah diperlukan, karena tanpa kita lakukan bersama antara orang tua, tokoh masyarakat dan pemerintah. Maka anak didik kita sebagai generasi penerus bangsa, yang sedang dalam proses tumbuh kembang mereka dalam dunia pendidikan akan selalu ketertinggalan. Tanpa adanya upaya pendidikan informal dan non formal. Peran orang tua, tokoh masyarakat dan pemerintah membina anak dalam Pos PAUD walau hanya 1 kali kegiatan dalam seminggu. Maka tumbuh kembang anak akan terjadi perkembangan yang sangat pesat. Mengapa demikian, karena otak anak saat itu. Sangat siap menerima konsep-konsep baru yang akan berkembang dalam masa hidupnya. Termasuk konsep pendidikan Informal dan Non formal (PLS) yang diberikan dari lingkungannya. Prospektif Studi PAUD dan Harapan Dengan memperhatikan masa depan Program Studi PAUD, untuk 10 tahun ke depan, pendidikan PAUD masih mendapatkan tempat dalam lapangan kerja mereka. Walau disadari atau tidak, bahwa selamanya tenaga pengajar PAUD bekerja pada kawasan perkotaan. Sebab pada waktunya di kawasan perkotaan, tenaga kerja ini jenuh. Dan di pedesaan sudah mulai memerlukan tenaga kerja mereka. Dengan memperhatikan tenaga kerja yang profesional, alangkah indahnya tenaga pengajar mereka juga harus ditingkatkan. Dewasa ini, pendidikan anak usia dini, masih dididik oleh tenaga dosen yang masih belum banyak berpendidikan S2 dan Doktor. Karena selama pengajarnya yang masih tingkat pedidikannya kurang standar, maka kualitas lulusanpun dipertanyakan oleh masyarakat. Selain hal-hal di atas, alumnus yang dikeluarkan agar tidak canggung terhadap media bermain peserta didiknya. Karena saat mereka di bangku kuliah calon guru PAUD ini tidak banyak mempraktekan alat-alat bermain. Penulis merasa kecewa seorang mahasiswa saat maju dalam seminar proposal tesis, seminar hasil penelitian tesis. Ternyata gaptek terhadap media pendidikan yang sudah ia ikuti saat kuliah di program Magister PLS. Penulis mencoba melakukan interviu sederhana kepada yang bersang-kutan. Ternyata ia selama kuliah di S1 tidak pernah dosennya meman-faatkan peralatan dimaksud. Sehingga dengan disediakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran mahasiswa yang sudah bergelar sarjana iru gegap terhadap teknologi (gaptek). Harapan penulis berdirinya Program Studi PAUD, bukan hanya laku untuk pasar kerja. Tapi setelah ia bekerja dalam dunianya, maka sarjana PAUD tidak gaptek lagi terhadap berbagai media belajar anak didiknya. Keterlibatan Masyarakat dan Pemerintah Bila kita memperhatikan terhadap Pos PAUD, tentu muncul pertanyaan yang ada di benak kita bersama. Siapa yang terlibat dalam hal ini. Tentu ada beberapa unsur, masing-masing adalah: 1.Orang tua warga belajar; 2.Tokoh masyarakat; 3.Dinas Kesehatan/Puskesmas; 4.BKKBN/PLKB; 5.Dinas Pendidikan; 6.Prodi /PLS di perguruan tinggi. Kehadiran minimal 5 unsur yang disebutkan di atas, akan dapat menambah perkembangan dunia pendidikan anak pada usia dini. Dan kita sama maklumi sudah puluhan tahun sebelumnya, sudah berdiri Pos Pelayan Terpadu (POSYANDU) yang dibina oleh pemerintah dan masyarakat. Walau kegiatannya sekali dalam sebulan. Namun dengan kehadiran Pos PAUD, maka anak akan lebih maju lagi, karena konsepnya hampir sama bermasis masyarakat. Dan Pos PAUD kegiatannya sekali dalam seminggu. Pos PAUD Berbasis Masyarakat Pos PAUD dikelola dengan prinsip ”dari, oleh, dan untuk masyarakat”. Pos PAUD dibentuk atas kesepakatan masyarakat dan dikelola berdasarkan azas gotong royong, kesukarelaan, dan kebersamaan. Prinsip Pertama Pos PAUD Setiap mahasiswa PAUD harus bisa merancang bangun dan rekayasa pendirian PAUD. Untuk itu, ada 3 prinsip Pos PAUD yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1.Mudah adalah dengan prinsip kesederhanaan penjadikan Pos PAUD mudah dilaksanakan ”dari, oleh, dan untuk masyarakat”. 2.Murah adalah dengan prinsip pengelolaan: dari, oleh, dan untuk masyarakat membuat Pos PAUD terjangkau biayanya. Hendaknya semua Biaya dibahas bersama sesuai dengan keperluaannya yang selanjutkan sumber dayanya atau dibebankan kepada orang tua, baik secara merata maupun sistem subsidi silang. 3.Bermutu yaitu mutu Pos PAUD dicapai melalui: (1) keterpaduan dalam layanan pembinaan orangnya melalui bina keluarga balia (BKB) dan layanan kesehatan dan gizi melalui Posyandu serta (2) kerterpaduan pemberian rangsangan pendidikan antara yang dilakukan di Pos PAUD (center Base) dan yang dilakukan di rumah masing-masing (home base). Dengan demikian anak menerima layanan secara utuh dan terpadu yang mencakup aspek kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan. Selain lima prinsip utama di atas, dari sudut pandang lain yang juga tidak kalah pentingnya harus mendapatkan perhatian sebagai berkut: Prinsip Kedua Pos PAUD Jika kita memperhatikan prinsip Pos PAUD, maka minimal ada 5 hal yang harus ada sebagai berikut: 1.Kesederhanaan Program Program pembelajaraan pos PAUD dilakukan secara sederhana dalam bentuk pengasuhan bersama untuk kelompok anak usian 0-2 tahun dan bermain bersama untuk kelompok anak usia 2-6 tahun serta hanya dilakukan seminggu sekali untuk dilanjutkan di rumah masing-masing. 2.Kesederhanaan Mainan Kesederhanaan mainan adalah Alat Permainan Edukatif (APE) Pos PAUD dikemas secara sederhana dalam bentuk paket APE yang dinamakan keranjang PAUD. Setiap kelompok dilengkapi keranjang PAUD. APE tersebut, sebagian dibeli dan sebagian lain dikembangkan sendiri oleh kader. Jika diperlukan APE luar, agar diusahakan dibuat sendiri dari bahan yang ada di lingkungan (tidak perlu dibeli). 3.Kesederhanaan Pengelolaan Kesederhanaan pengelolaan adalah Pos PAUD dikelola oleh masyarakat, lingkungan dengan dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat desa/kelurahan sebagai pembina. 4.Kesederhanaan Tempat Kesederhanaan tentang tempat Pos PAUD tidak mensyaratkan adanya bangunan khsus sebagai tempat kegiatan. Kegiatan Pos PAUD dalam dilakukan di serambi rumah, Balai desa, sekolah, dan sarana ibadah, atau tempat lain yang tersedia dan tejangkau. 5.Kesederhanaan Pakaian Kesederhanaan pakaian adalah setiap peserta didik Pos PAUD tidak diwajibkan berseragam, tetapi harus bersih sopan dan layak pakai. Peserta Didik Peserta didik di Pos PAUD adalah anak usia 0-6 tahun yang tidak terlayani Paud lainnya. Orang tua wajib memperhatikan kegiatan anak selama di Pos PAUD agar dapat melanjutkan di rumah. Pendidikan 1. Pendidikan Pos PAUD dapat disebut Kader atau sebutan lain yang sesuai dengan kebiasaan setempat. 2. Jumlah kader PAUD disesuaikan dengan jumlah dan usia anak yang dilayani. 3. Persyaratan Kader Pos PAUD: a. Latar belakang pendidikan SLTA atau sederajat. b. Menyayangi anak kecil. c. Bersedia bekerja secara sukarela. d. Memiliki waktu untuk melaksanakaan tugasnya. e. Dapat bekerja sama dengan sesama kader. 4.Tugas Kader Kelompok anak usia 0-2 tahun: a. menyiapkan administrasi kelompok: 1) Daftar hadir 2) Buku Rencana Kegiatan Anak. 3) Buku Catatan Perkembangan Anak. 4) Kartu Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK). a.Menyiapkan kegiatan anak sesuai rencana hari itu. b.Menyiapkan tempat dan APE untuk pengasuhan bersama. c.Menyambut kedatangan anak dan orang tua. d.Mengisi daftar hadir. e.Mendampingi orang tua dalam pengasuhan bersama. f.Mencatat perkembangan anak yang terjadi hari itu (bila ada). g.Melakukan deteksi dini dengan mengunakan kartu DDTK kepada anak yang saatnya dideteksi. 5.Tugas Kader Kelompok anak usia 2-6 tahun: a. Menyiapkan administrasi kelompok: 1) Daftar Hadir Anak. 2) Rencana Kegiatan Anak. 3) Buku Catatan Perrkembangan Anak. 4) Buku-buku panduan Pos PAUD. 5) Kartu Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK). b. Menyiapkan kegiatan anak sesuai rencana hari itu. c. Menata kegiatan untuk main bebas sebelum kegiatan dimulai. d. Menyambut kedatangan anak. e. Bersama kader lain memandu anak anak dalam kegiatan pembukaan (main gerakan kasar) dihalaman. f. Mengisi Daftar Hadir anak. g. Memandu kegiatan anak dikelompok yang dibinanya. h. Mencatat perkembangan anak. i. Melakukan deteksi dini dengan mengunakan kartu DDTK kepada anak yang saatnya dideteksi. Sasaran Belajar Pos PAUD Jika kita memperhatikan sasaran belajar di Pos PAUD, menurut : Petro Alexy (2010) adalah: 1.Tumbuh Mandiri Berfikir mandiri-kepercayaan diri-bertanggung jawab 2.Belajar Memberi Kasih sayang-berbagi dan menerima-sebaya-orang dewasa di luar keluarga 3.Mampu bergaul dengan orang lain Teknik-teknik berinteraksi-tanggapan positif 4.Belajar mengontrol diri Disiplin diri-mengarahkan diri mengatur diri sendiri suka dan tidak suka Melindungi diri kesejahteraan dan keamanan orang lain. 5.Belajar peran non seksi Hindari kata-kata bernada negatif tentang laki-laki dan perempuan Membangun kepribadian dan bakat kenyataan masa depan 6.Belajar memahami badannya sendiri Arti kesehatan higieni gizi 7.Belajar dan latihan keterampilan motorik halus maupun besar Kegiatan menantang menggunakan otot besar maupun otot halus 8.Mulai memahami dan mengontrol Dunia kendaraan Mengembangkan intelegensi-rasa ingin tahu pikiran penalaran pengumpulan maupun penggunaan informasi secara lengkap 9.Belajar kata-kata baru dan memahami orang lain Setiap kesempatan-memanfaatkan penggunaan bahasa dan pemahaman bahasa bila orang lain berbicara. 10.Mengembangkan rasa positif terhadap hubungan dengan dunia Membangun konsep positif –pengalaman bahagia dan positif-lingkungan yang menggairahkan dan bermakna. Mengenali kurikulum Rencana Pembelajaran PAUD gambaran dari tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga PAUD. Mengisi tentang: filosofis, tujuan dan program belajar anak. Belum dapat diterapkan dalam pembelajaran & harus dituangkan ke dalam rencana pembelajaran acuan bagi kader/pendidik dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Disusun berdasarkan aspek-aspek perkembangan yang ada dalam menu generik. Menyeluruh (mencakup semua aspek perkembangan), seimbang (antara aspek satu dengan lainnya), dan sesuai dengan tahap perkem-bangan anak. Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran Direncanakan dengan baik sehingga mendukung lingkungan belajar anak memuat tujuan yang realistik berdasarkan minat dan kebutuhan anak membangun pengalaman individu dan kelompok bervariasi, mengenalkan ragam budaya melalui kegiatan yang tepat mendukung kegiatan main yang menyenangkan, menantang, dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari mendukung keterlibatan orang tua mengembangkan wawasan anak tentang diri, lingkungan sekitar dan dunia sekeliling anak. Mengembangkan semua aspek perkembangan Pengelola Pos PAUD 1.Pengelola Pos PAUD dipilih dari masyarakat setempat. Susunan pengelola sekurang kurangnya terdiri dari: ketua, sekertaris, dan bendahara. 2.Samping pengelola, diperlukan unsur pembinaan yang terdiri dari: Kepala Desa/Lurah, Ketua PKK Desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, donatur tetap, dan wakil orang tua. 3.Ketua dan Sekertaris dipilih dari Kader Pos PAUD, sedangkan Bendahara dipilih dari orang tua peserta didik. Jangka waktu kepengurusan 3 tahun atau sesuai dengan kesepakatan. 4.Pengelola yang habis masa baktinya dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. Surat keputusan kepengangkatan pengelola dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah/pejabat setingkat. 5.Tugas Pembina Pos PAUD: a. Memfasilitasi kegiatan Pos PAUD. b.Mencarikan sumber sumber dana untuk menunjang kegiatan Pos PAUD. c.Membina keberlangsungan Pos PAUD. 6.Tugas ketua: a. Memimpin Pos PAUD. b. Betanggungjawab atas kelancaran kegiatan pos PAUD. c. Menanda tangan surat surat, laporan kegiatan, dan laporan kegiatan anak. d. Mengeluarkan dan menandatangani Surat tanda Serta Belajar untuk anak yang akan melanjutkan ke TK atau SD. 7.Tugas Sekertaris: Mengelola administrasi Pos PAUD: 1) Formulir pendaftaran. 2) Buku induk Anak. 3) Buku Daftar Infestasi (peralatan dan APE). 4) Buku Tamu. 5) Daftar Hadir Kader. a. Mengarsipkan dokumen. b.Menyiapkan surat surat. c.Menyusun laporan Pos PAUD. 1. Tugas Bendahara: Mengelola administrasi keuangan: 1) Kartu Iuran Angota 2) Buku Kas Pos PAUD. 3) Menghimpun iuran orang tua dan sumbar lainnya. 4) Menyusun laporan keuangan. Lembaga Penyelengaraan 1.Dalam hal sumber pendanaan untuk pembentukan Pos PAUD berasal dari pemerintah, maka diperlukan lembaga penyelengaraan sebagai penyedia layanaan. Hal ini diperlukan karena: (1) Dalam pengajuan proposal diperlukan lembaga berbadan hukum dan memiliki rekening atas nama lembaga; (2) Pembentukan pos PAUD memerlukan pendampingan dan pembinaan sampai bisa mandiri. 2.Pos PAUD dapat diselengarakan oleh TIM Pengerak PKK, SKB/BPKB, atau lembbaga lainnya. 3.Setiap penyelengaraan bertanggungjawab membina Pos PAUD yang menjadi binaanyan. 4.Tugas Penyelengara: a. Menyusun rencana pembentukan Pos PAUD. b. Menentukan lokasi Pos PAUD. c. Melakukan sosialiasi manfaat Pos PAUD. d. Menyiapkan Keranjang PAUD. e. Menyelengarakan pelatihan Kader Pos PAUD. f. Membina kegiatan Pos PAUD. g. Mengajukan proposal pembentukan Pos PAUD dalam hal memerlukan dana dari pemerintah. h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengunaan dana bantuan kepada instansi pemberian dana dangan oemberian dana dengan tebusan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota dan kepala UPTD Pendidikan Kecamatan setempat. Rencana Pembelajaran Untuk Usia 0 – 2 tahun } Disebut pengasuhan bersama } Kader menyiapkan APE di tikar atau karpet yang telah disiapkan. } Anak kelompok usia 0-1 tahun masih berada dalam tahapan sensorimotor, yaitu melalui interaksi dengan benda-benda, anggota badan serta inderanya. } Untuk anak usia 1-2 kegiatan main lebih banyak pada main sensorimotorik dan mulai muncul awal main peran. } Pembelajaran di kelompok ini tidak membutuhkan jadual rinci, para orangtua mengasuh anak bersama-sama, dan membiarkan anak memilih APE yang tersedia atau memilihkan. } Kegiatan main dapat dilakukan sendiri, berdampingan atau bersama anak lain. } Stimulasi dapat dilakukan dengan melatih anak berceloteh, merangkak, berjalan, berlari, membedakan warna, mengenal nama-nama benda, atau kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan dan usia masing-masing anak } Seluruh aktifitas dilakukan agar anak melakukan kegiatan secara aktif untuk merangsang otaknya agar bekerja } Kader bertugas sebagai fasilitator Daftar Pustaka Alexy, Petro, 2010. Sasaran Pos PAUD, Makalah Rakor Wilayah Barat, Surabaya. Darlan, H.M.Norsanie, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, FKIP-Unpar, Palangka Raya ————, 2010. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebagai Upaya Mencerdaskan Genegasi Mendatang, Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya. Direktorat PAUD 2008. Pedoman Teknik Penyelenggaraan POUD, Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal, Kemestrian Diknas RI, Jakarta. Hurlock, Elizabeth B., 1991. Perkembangan Anak, Jilid 1 dan 2, Edisi ke enam, Erlangga, Jakarta. Isnanto, Totok, 2008. Modul Kegiatan (Satuan Kegiatan Harian) PAUD Non Formal (BK, TPA, Pos PAUD/Taman Posyandu) Dinkes-Probolinggo-Unicef, Surabaya. Muhammad, Hamid, 2008. Pendidikan Non Formal dan Informal, Kementrian Pendidikan Nasional, Direktur Jenderal, Jakarta. ————, 2009. Pedoman Pemberian Bantuan Bagi Forum PAUD dan HMPAUDI, Kementerian Diknas RI, Dirjen PLS, Jakarta. Kristanto, Sinung D., 2008. ) PAUD Non Formal (BK, TPA, Pos PAUD/Taman Posyandu), Unicep, Surabaya. Sudjana, Djudju, 1997. Perndidikan luar sekolah di Erofa, Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung. S. Sudjarwo, 2008. Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakrta. ————, 2009. Pedoman Penyaluran Dana Bantuan dan Pelaksanaan Rintisan Program PAUD, di Daerah Terpencil, Dirjen PLS, Direktorat PAUD, Jakarta. Sumantri, Endang, 2000. Berbagai Pendidikan nonformal di berbagai negera di Erofa, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Suminah, Enah, 2009. Ayo Ke Pos PAUD, Seri Panduan Kader Pos PAUD, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta. UU Sisdiknas no 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta. Waluyo, Edi, 2010. Membangun Karakter Melalui Pendidikan Sejak Dini Usia, Internet. Wikipedia, 2011. Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, internet.

Senin, 05 Oktober 2015

KEWIRAUSAHAN PEMUDA SEBAGAI PELOPOR PEMBANGUNAN EKONOMI BANGSA

Oleh : H.M.Norsanie Darlan Pendahuluan Dengan mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa bahwa buku kecil ini ditulis atas permintaan pihak panitia penenyelenggara yang menetapkan penulis sebagai nara sumber pada acata trainir of training (TOT) Pasukan Pengibar Bendera Merah putuh di Dinas Pemuda dan Olahraya Provinsi Kalimantan Tengah yang dalam rangka menghadapi HUT RI tahun 2012. di Kalimantan Tengah, dengan judul Melatih Diri Untuk Berwirausaha Bagi Pemuda Pelopor Pembangunan Pedesaan. Diketahui bersama bahwa yang hadir dalam acara TOT ini, bukan para pemuda/pelajar. Tapi lebih diarahkan kepada para pejabat yang menangani pemuda dari kabupaten/kota di Dinas terkait. Mereka ini, tentu akan memberikan bimbingan kepada generasi penerus bangsa di daerah mereka masing-masing. Sehingga para pemuda/remaja sejak dini diberbagai hal harus diberikan bekal untuk persiapan masa depan mereka. Para pemuda pada waktunya nanti setuju tidak setuju, senang tidak senang mereka ini, secara alamiah harus menjadi penerus pembangunan pedesaan. Oleh sebab itu, materi apapun yang di diberikan selama dalam pelatihan ini, merupakan bahan yang sangat penting. Karena pada waktunya nanti pemuda pelopor adalah harus kreatif di mana ia bertugas. Untuk berlatih dan membawa harum nama bangsa dalam upaya mencerdaskan bangsa. Dalam tulisan pada buku ini, penulis akan menguraikan sebagai bekal dalam berbagai hal yaitu: Pendahuluan, Tujuan penulisan, Merelirik Sudut Pendidikan, Kewirausahaan, Pendidikan Kewirausahaan Non Formal, Berbagai Pendapat Ahli, Pemuda Pelopor, 3 Tantangan Generasi Muda, Tantangan masuk sekolah, Tantangan masuk Perguruan Tinggi, Tantangan masuk lapangan kerja, Pendidikan Mana Untuk Pemuda/Remaja Kreativitas Pemuda, berwirausaha, Pemuda Pelopor harus punya Kelebihan, Ditunggu Pemuda Kreatif, menciptakan lapangan kerja dan Daftar Pustaka dll untuk lebih jelasnya hal-hal di atas, akan di uraikan secara rinci sebagai berikut: Tujuan Penulisan Buku penulisan buku ini tidak lain ingin memenuhi surat permintaan panitia, yang meminta kepada penulis tentang perlunya peserta pelitihan diberikan bekal tentang: Kewirausahaan pemuda sebagai pelopor pembangunan bangsa. Dengan pemberian materi ini, diharapkan peserta petihan, memperoleh seperangkat bekal mereka yang pada waktunya nanti, mereka sebagai calon pemimpin bangsa ini nanti, akan dapat menerapkannya di masyarakat. Terlebih di mana pemuda pelopor ini bertugas. Harapan kita semua peserta pelatihan TOT ini, dapat memanfaatkan materi-materi yang sangat sederhana ini, guna bekal kepada para pejabata Dinas Terkait ini mereka bila kempali ke daerahnya masing-masing, dalam menjalankan tugas sebagai pemuda pelopor tersebut. Berbagai Pendapat Ahli Arti Melatih diri; menurut: Norsanie Darlan, (2011) adalah :”...membiasakan seseorang untuk bertindak kreatif untuk kepentingan tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain...”. dengan demikian melatih diri bagi pemuda pelopor sungguh dinantikan. Sehingga pemuda pelopor siap menjalankan kepeloporannya di mana ia bertugas. Arti Membangunan Membangun menurut Admin (2012) adalah:”...suatu pondasi dari setiap hubungan kegiatan bisnis, suatu kepercayaan diri...”. dengandemikian membangun dalam hal upaya untuk jadi berdaya dalam pembangun diri sebagai pemuda pelopor pembanguan bangsa. Arti Pemuda Pemuda menurut Abdul Gafur (1980) adalah:”... seseorang yang mempersiapkan dirinya untuk maju kebih dahulu ke depan dalam berbagai hal...”. demikian juga pemuda pelopor pedesaan yang maksudnya seorang pemuda yang berjiwa kesatria dalam membantu pempelopori sesuatu pekerjaan atau program guna kemajuan desa di mana yang bersangkutan bertugas. Tujuannya tidak lain adalah membangun desa dan masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara. Arti Berwirausaha; Bila kita ingin mengetahui apa arti berwiraswasta ia merupakan suatu perbuatan dalam mempersiapkan diri untuk masa kini dan masa datang. Apakah untuk diri pemuda pelopor itu sediri ataukah buat orang lain. Berwiraswasta tentu saja melatih diri untuk kecamapan hidupnya. Sehingga tidak ada merasa ketergatungan pada orang lain. 3 Tantangan Generasi Muda Menurut Darlan (2011) bahwa ada 3 (tiga) tantangan yang dihadapi para pemuda generasi muda dewasa ini, yang ternyata tidak sebatas pada kaum muda saja yang merasakannya. Tapi orang tuapun juga merasakan hal itu. Ke 3 hal tersebut di atas adalah: 1.Tantangan masuk sekolah; 2.Tantangan masuk Perguruan Tinggi; dan 3.Tantangan masuk lapangan kerja. Untuk lebih jelasnya ke 3 hal di atas, secara sederhana akan diuraikan satu persatu sebagai berikut: Tantangan masuk sekolah Sejak akhir tahun 70-an sudah melaui bermunculan satu-persatu di daerah yang menginformasikan bahwa tahun demi tahun anak usia sekolah dirasakan untuk masuk sekolah apakah sekolah dasar ataukah SLTP mapun SLTA ternyata jumlah kursi tidak sebanding dengan jumlah anak yang mau masuk sekolah. Hal ini pasti jauh berbeda. Dengan kata lain daya tampung sekolah mulai kurang. Sementara penambahan setiap tahun sepertinya tetap tidak terbendung. Sekolah-sekolah swasta dengan tampil seadanya pun di daerah tertentu, juga dengan sangat banyak masih ada yang tak tertampung. Ini sebuah akibat ledakan penduduk masa lalu. Dalam istilah lain adalah, “Sejak lama di negeri ini”, masuk sekolah ”para calon murid” sudah mendapatkan tantangan yang terkadang di perkotaan terdapat komentar masyarakat ”siapa berduit, ialah yang bakal dapat” dalam meraih pendidikan anaknya yang lebih baik dan kualitasnyapun tidak diragukan. Namun kita sama maklumi bersama bahwa masyarakat pemukimannya tidak menumpuk di perkotaan. Melainkan mereka sebagian besar penduduk negeri ini, bertempat tinggal di pedesaan. Kita sama maklumi tidak seluruh desa terlebih masa lalu terdapat sekolah dasar. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada warga masyarakat kita yang karena sesuatu dan lain hal selama hidupnya, tidak sempat mengenyam atau menikmati dunia pendidikan formal. Atau bersekolah. Fasilitas pendidikan di atas tidak saja untuk sekolah dasar. Padahal wajib belajar kita tidak lagi Wajar 6 tahun. Tapi sudah bergeser ke 9 – 12 tahun. Sementara gedung SMP dan SLTA belum juga tersedia hingga anak mau belajar ke SMP dan SLTA terkendala. Hal ini menuntut agar kita dapat memikirkan bersama masalah tersebut. Karena kesempatan pendidikan yang ada di negeri kita disebabkan fasilitas pndidikan yang masih dirasakan kurang. Dipihak lain menurut M. Saad Arfani (2011) ia mengungkapkan bahwa: ”...jauhnya sekolah jadi penyebab anak-anak pedesaan tak melanjutkan pendidikan...”. kalimat di depan sungguh di temukan di mana-mana baik di daerah kita maupun di daerah lain. Hal seperti di atas, tidak saja dirasakan di pedesaan. Tapi di perkotaan sekalipun penduduk kita yang fasilitas pendidikan sudah dianggap mendekati cukup, namun masih ditemukan penduduk kota yang belum berkesempatan mecicipi pendidikan formal. Sehingga pemulis berasumsi tidak tuntas pendidikan ini, kalau hanya dipikirkan dan di fasilitas Cuma pada pendidikan formal. Peran pendidikan non formal, ternyata sangat penting, namun karena ketidak mengertian, ketidak fahaman mereka yang didudukkan pada bidang pendidikan non formal. Maka hal-hal di atas, tidak bisa dituntaskan. Alasan yang penulis asumsikan adalah mereka yang ditempatkan pada Subdin/Bidang pendidikan non formal masih tidak profesional. Penempatan sarjana “...atau tenaga yang bukan ahlinya, tunggu kehancurannya...”. Tantangan Pemuda masuk Perguruan Tinggi Kalau kita melihat mulai munculnya istilah: “UMPTN” yang kepanjangannya adalah Ujian masuk perguruan tinggi negeri ini, digulir juga sejak tahun 80-an juga. Yang terkadang anak lulusan SLTA yang mau masuk perguruan tinggi tujuan Bandung, ternyata tes-nya lulus di Palangka Raya. Kenapa demikian seperti uraian ini masyarakat turut berpartisipasi menyelenggarakan pendidikan tinggi. Ternyata perguruan tinggi swasata tidak masuk UMPTN sehingga dengan tidak diperkirakan sebelumnya ia harus kuliah di Unpar-Universitas Palangka Raya. Karena di kota Bandung juga ada perguruan tinggi diberi nama Unpar. Tapi punya yayasan swasta. Dengan seleksi yang relatif ketat disertai beratnya persaingan, 1 berbanding 15 maka tidak menutup kemungkinan calon mahasiswa yang kapasitasnya bila dibawah standar dengan sangat menyesal terpaksa harus tidak lulus pada jurusan/program studi pilihannya. Karena dengan system seleksi sekarang calon dari sumatera utara, Aceh, Papua, Sulawesi dan berbagai provinsi di Jawa dengan mudah lulus di Unpar. Sementara putra daerah, hanya gigit jari. Karena ada dugaan standar pendidikan yang ada di provinsi kita relatif rendah. Mudah-mudahan mulai terjadi perbaikan masa sekarang dan masa datang. Sehingga standar kita sama dengan kawasan yang lebih maju. Kita sama maklumi bahwa dalam 20 tahun terakhir, sudah dirasakan di tanah air kita bahwa tes masuk perguruan tinggi negeri sungguh dirasakan betapa sulitnya. Namun seleksi ini, semakin tahun semakin tambah berat. Sehingga upaya memberikan berbagai pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal pada lembaga kursus pada bidangnya oleh orang tua kepada anaknya sungguh memberatkan biaya. Terlebih biaya yang diperlukan. Ada kalanya sang anak kurang perhatian, tapi orang tuanya justru sibuk mendaftar anak untuk kursus itu dan ini, dengan tujuan bahwa anaknya berhasil lulus dalam seleksi masuk perguruan tinggi. Tantangan masuk lapangan kerja Kaum generasi muda dewasa ini menghadapi masa sulit, sebagai akibat ledakan pendudukan di negeri kita masa lalu sangat tinggi. Hal itu memberikan efek negatif kepada generasi mncari kerja dimasa sekarang. Selain hal di atas, bergulirnya era reformasi, yang selama ini, kurang mendukung terhadap kebijakan masa lalu. Ebagai contoh yang sdr boleh perhatikan. Kebijakan masa lampau, dinas pendidikan yang doeloe disebut Kantor Wilayah Pendidikan. Kepala Katornya paslu lulusan ”alumnus” IKIP atau FKIP. Dewasa ini ternyata dapat diduduki oleh bukan kesarjaan itu. Sehingga pastilah ada bagai perahu layar putus kemudi. Contoh lain dengan kebebasan dewasa ini, bisa terjadi juga kepala Rumah Sakit dipimpin oleh bukan dokter. Kepala Kejaksaan bisa dipimpin oleh orang yang bukan Sarjana Hukum. Jika hal itu terjadi, apa yang bakal terjadi. Ini sebagai bukti derasnya arus reformasi. Sekarang bagaimana dengan tantangan pada sarjana sekarang. Ada dugaan kemudahan yang muncul dari pihak penentu kebijakan, seperti: penerimaan calon pegawai negeri diusulannya sangat tidak sesuai dengan tenaga kerja pada bidang-bidang yang ada di instansi yang di pimpinnya. Karena ada indikasi untuk menolong keluarga terdekat. Sehingga setelah ia masuk, apa yang harus ia kerjakan. Karena KKN-nya sudah bisa dimunculkan. Pemuda pelopor bisa juga ia melepaskan diri dari perbuatan yang melanggar budaya, agama dan kebiasaan di masyarakat yang bersifat negatif seperti: Menghindari 5 M + 1 P untuk lebih jelasnya adalah: 1. Minun; 2. Main; 3. Madat; 4. Madon; 5. Maling dan; + Polisi Jika bisa mengajak sesama pemuda, remaja untuk tidak berbuat 5 M di atas, maka pemuda itu bisa disebut juga sebagai seorang pemuda pelopor. Merelirik Sudut Pendidikan Bila kita memperhatikan masalah pendidikan, tentunya rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, cenderung berdampak mundurnya masyarakat yang ada di wilayah itu. Rendahnya pendidikan cenderung dengan berakhir dengan kebodohan. Diharapkan mereka tidak mudah untuk tampil dengan cara biasa. Melainkan sering dilakukan dengan kekerasan. Karena banyak hal yang mereka hadapi seperti: lapangan pekerjaaan yang tentunya tidak dapat dipekerjakan, sama dengan mereka yang bekerja pada pekerjaan elit. Karena tingkat pendidikan yang relatif terlalu rendah, sehingga kebahagian pada pekerjaan yang sedikit agak kasar dibandingkan mereka yang telah mengikuti pendidikan yang lumayan. Dengan demikian pendidikan merupakan jendela untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Lewat kesempatan ini penulis mengajak pemuda /remaja yang ada ini, agar memperhatikan tingkat pendidikan dengan berbagai upaya. Dan penulis menyadari tidak semua orang belajar itu berjalan dengan mulus. Ada kalanya proses pendidikan dengan jalan berperiku. Namun dengan berliku-liku itu, mendewasakan mereka dalam proses belajarnya. Demikian juga terhadap dunia pekerjaan, ia tentu sudah memiliki seperangkat kelebihan pengetahuan sebagai hasil belajarnya, dan akan mendapatkan nilai Plus (+) dalam pekerjaan daripada mereka yang belajar tidak pernah dihalangi oleh liku-liku kehidupan. Beberapa Konsep Kehidupan Masyarakat Bila kita memperhatikan terhadap kehidupan masyarakat di pedesaan, sebenarnya mereka tidak terlalu besar tuntutan seperti mereka yang tinggal di perkotaan. Masyarakat desa hidup dengan segala seadanya. Mereka selalu dalam kehidupan pasrah. Tapi kehadiran para pemuda pelopor pembangunan sangatlah dibutuhkan. Menurut Norsanie Darlan (2002) bahwa:”...Walau diketahui masyarakat yang kita hadapi dengan segala kepasrahan. Kehadiran pemuda pelopor pembangunan, merupakan penantian pemuda yang KREATIF diharapkan. Kenapa demikian ?, karena mereka sangat menanti kehadiran para pemuda yang banyak ide membangun masyarakat. Seperti: bagaimana para pemuda pelopor, menciptakan lapangan kerja bagi pemuda-pemuda desa...”. Walau yang sangat sederhana. Di kawasan pesisir, pemuda perlu dilatih mengolah limbah perkebunan. Seperti sabut kelapa yang dibuang dan tidak pernah dimanfaatkan. Padahal sabut banyak kegunaannya, seperti dibuat bahan baku sapu, keset, dan tali tambang. Dengan milihat tumpukan limbah sabut yang tidak dimanfaatkan, membuat pemuda pelopor kreatif untuk mengololah menjadi produktivitas desa. Dengan modal sebiji sabut kelapa, yang selama ini tidak ada harganya, kalau diolah para pemuda terampil, maka semula sabut yang berstatus limbah, bisa dijadikan duit. Di Kalimantan Tengah karena tenaga terampil kita tidak muncul dan tidak mau membina warga masyarakat. Maka kulit kelapa tidak ada harganya. Tapi sebaliknya kehadiran pemuda pelopor pembangunan, yang terampil, akan dapat memciptakan lapangan kerja buat dirinya maupun buat orang lain. Ini yang kita harapkan, salah satunya adalah mengolah limbah kelapa menjadi sapu mendatangkan uang. Kewirausahaan Kewirausahaan menurut Hasan Alwy (2000; 1273) Moeliono (1989) Darlan, (2011) adalah:”…orang yang pandai atau berbakat mengenali suatu program atau produk baru, menentukan cara produk baru, dengan menyusun operasi untuk pengadaan produk baru dengan memasarkannya, serta mengatur permodalan dengan cermat dan baik...”. Masalah kewiraswastaan memang banyak tokoh nasional kita. Suparman Wirahadikusuma (1979) mengatakan bahwa:”..arti wira adalah orang yang gagah berani dalam bertindak dan berdiri sendiri diatas kaki sendiri, tampa mendapatkan bantuan orang lain....”. sedangkan penulis Darlan (1983) mengartikan wiraswata adalah:” ....keberanian seseorang untuk bertindak dalam dunia usaha, tanpa meminta pertolongan orang lain...”. Dengan demikian, pendidikan kewirausahaan ini merupakan hal yang sangat penting bagi semua pemuda guna persiapan masa depan kehidupannya. Kewirausahaan Bagian Pendidikan NonFormal Sungguh menakjubkan, kalau kita mengkaji secara jeli satu persatu para usahawan kita di berbagai daerah di tanah air kita. Ternyata, banyak berhasil yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah (PLS). Para pemuda yang secara kebetulan putus sekolah, mencari tempat-tempat penyelenggara pendidikan luar sekolah seperti: kursus perternakan, perkebunan, pertukangan, perbengkelan, montir dan berbagai kerajinan, serta kursus-kursus lainnya. Sebagai contoh di kota Yogyakarta dengan kerajinan peraknya, di Semarang pemanfaatan buah nangka djadikan kripik, sebetulnya di pesisir Kalimantan Tengah limbah sabut kelapa untuk dijadikan: Sapu, keset dll. Artinya mereka yang jeli terhadap dunia usaha akan bisa memanfaatkan lingkungan untuk dijadikan sumber penghasilan. Kalau kita jeli daerah kota Palangka Raya ada sebuah PKBM yang sungguh menggembirakan bahwa seorang tamu tokoh pendidikan luar sekolah dari Benua Afrika Mr. Juma berkunjung ke PKBM itu ia memuji keberhasilan “Kalakai” bisa dijadikan kripik has Dayak. Karena kelakai adalah tumbuhan yang sangat banyak dan tidak pernah ditanam namun kalau diolah ternyata dapat dijadikan keripik kelakai. Sebaiknya para pemuda generasi penerus bangsa, agar melirik jalur PLS ini, untuk mengangkat sumber daya alam (SDA) di sekitar untuk dijadikan sumber penghasilan demi mencari sesuap nasi untuk keperluan dirinya sendiri, dan keluarga pemuda lainnya. Pemuda Harus Jadi Pelopor Bila kita ingin tahu apa sebenarnya arti Pemuda menurut Hasan Alwy (2000; 847) dan Poerwadarmita (1986) adalah:”...orang laki-laki, remaja, taruna, yang bakal menjadi pemimpin....”. Pemuda di sini menurut pemulis tidak sebatas kaum lelaki. Tapi kalangan pemudi sekalipun juga masuk. Disadari atau tidak bahwa pemuda berperan sebagai pengganti generasi sebelumnya. Pemuda adalah menjadi sasaran pemikir agar lebih baik dari masa sebelumnya. Karena di pundak pemudalah masa depan bangsa. Sedangkan apa itu arti pelopor menurut Hasan Alwy (2000;846) adalah:”...(1) yang berjalan terdahulu; yang berjalan di depan perarahakan dan sebagainya; (2) perintis jalan; pembuka jalan; pionir; dia dipandang orang sebagai yang yang paling terdepan dalam gerak pembaharuan (tanpa memperhitungkan resiko yang akan dialami)...”. Dengan demikian pelopor tidak lain adalah orang yang berani mengambil resiko dalam berbuat mendahului pekerjaan orang lain, demi kepentingan pembangunan bangsa dan negara. Dengan demikian pemuda pelopor adalah tidak lain, para pemuda yang punya kreativitas tinggi dalam berbagai kegiatan pembangunan. Misalnya seorang pemuda membuat berbagai kegiatan dalam menjelang HUT proklamasi, membuat kreasi baru dalam pembangunan, seperti: membuat karya cipta tertentu dalam pemanfaatan apa saja di lingkungan alam sekitar. Misalnya memanfaatkan tenaga air menjadi listrik, tenaga angin menjadi sumber energi listrik, sinar matahari menjadi tenaga listrik, limbah sabut kepala jadi sapu, dll. Inilah kepeloporan pemuda. Dan banyak lagi masalah lain yang yang dipelopori pemuda. Apakah atas usahanya sendiri, ataukah bersama orang lain. Di Kalimantan Tengah sumber daya alam terkandung di dalam perut buminya banyak hal salah satunya ”batu bara”. Kenapa tidak ada kepeloporan pemuda membuat batu bara sebagai pemanas air agar mendidih dan memimbulkan uap menjadi tenaga listrik dsb. Bila kita mencari ”pemuda Pelopor”, Kalau perlu kita akan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Agar betul-betul didapatkan hasil yang baik. Menurut Budi Setiawan (2010) adalah, tujuan program Pemuda Pelopor ini, untuk mengapreasi keberadaan pemuda Indonesia yang memiliki peran strategis sebagai pelopor dalam bidang pembangunan sosial kemasyarakatan, dan memiliki potensi memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat. ”Untuk itu pemerintah terus mendorong untuk mewujudkan pemuda yang memiliki kemampuan menjadi pelopor...”. Sementara itu, peraih Pemuda Pelopor menurut: Huala Siregar (1991) ia mendefinisikan pemuda pelopor sebenarnya manusia merdeka, berkarya tanpa pamrih. Karya atau tindakan yang mereka lakukan itu datangnya dari Yang Maha Kuasa. “...Mereka melakukan semua itu tanpa berharap sesuatu. Jadi mari kita betul-betul menyeleksi sehingga kita menemukan pemuda merdeka dan berkarya tanpa pamrih...”. Sebelumnya, Staf Khusus Menpora Lalu Wildan (1991) mengusulkan, agar penilaian Pemuda Pelopor tidak hanya dibatasi pada 4 bidang saja masing-masing kewirausahaan, pendidikan, teknologi tepat guna serta seni budaya dan pariwisata), karena saat ini ada perubahan-perubahan permasalahan di masyarakat dibanding tahun-tahun sebelumnya. ”Misalnya saya mengusulkan ada pelopor bidang perubahan iklim, pertanian, informasi teknologi atau pemuda relawan bencana,” katanya. Pendidikan Mana Untuk Pemuda/Remaja Perlu mengetahui pendidikan mana yang dapat membantu kalangan pemuda/remaja yang secara kebetulan, karena sesuatu lain hal belum sempat mengeyam pendidikan formal. Saat sekarang ternyata faktor usia, ternyata tidak biasa lagi belajar di pendidikan formal. Maka mari kita cari pendidikan lain seperti pendidikan non formal. Bila kita merasakan ketinggalan dalam dunia pendidikan sementara kawan seusia kita ternyata sudah berpendidikan dan berpredikat sarjana. Maka para pemuda harus belajar. Bagaimana kalau usia sudah tidak dapat bersekolah. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan jalur pendidikan luar sekolah atau istilah pendidikan nonformal akan dapat membatu para pemuda untuk memperoleh pendidikan melalui pendidikan nonformal. Apakah ia di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) ataukah di kelompok belajar lainnya. ’karena PKBM cukup membantu para pemuda yang putus sekolah dan sudah berusia untuk belajar apakah paket A, B ataukah paket C. Kreativitas Pemuda Pelopor Kreativitas pemuda yang sangat diperlukan oleh masyarakat, saat mereka bertugas melaksanakan tugasnya atau hal-hal lain ada di wilayah Kalimantan Tengah, dunia kewirausahaan sungguhlah beragam. Para pemuda sangat bagus kalau punya kreativitasnya saat di lapangan. Walau menanamkan nilai kewirausahaan, sungguhlah tidak semudah membalik telapak tangan. Namun demikian, seorag pemuda ia harus punya konsep yang secara spontan muncul di lapangan, kalau ia mereka memperhatikan sumber daya alam di sekitar desa itu bisa diolah dan dijadikan sumber penghasilan masyarakat. Sumber daya alam yang berlimpah, membuat manusia manja. Tapi kalau sumber daya manusia yang berkualitas, walau sumber daya alam yang terbatas, kalau SDMnya baik. Maka apa yang mereka hadapi di sekitar alam dapat ia olah menjadi apa saja yang akhirnya dapat menjadikan kesejahteraan manusianya. Bagi pemuda yang kurang kreatif, mudah putus asa, suka menyalahkan orang lain, kurang mendukung terhadap keberhasilan dalam bertugas di pedesaan. Kewirausahaan Indonesia Butuh Pemuda Kreatif, Indonesia butuh lebih banyak pemuda yang kreatif, pemimpin tua saat ini harus memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada para pemuda untuk berkembang membangun dan merubah Indonesia. Dari dahulu hingga saat ini pemuda adalah pemicu perubahan-perubahan di negeri ini, mulai dari peristiwa Sumpah Pemuda hingga peristiwa Reformasi. Pemuda adalah aktor dalam perubahan namun yang meneruskan perubahan tersebut adalah (tetap) golongan tua kembali. Kreatifitas para pemuda di negeri ini lama-kelamaan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Banyak para pemuda yang telah mengharumkan nama bangsa dengan kreatifitasnya, dari bidang Sains, dunia kreatif, budaya dan seni, hingga bidang olahraga Mungkin dari dahulu pemuda dicetak menjadi pegawai melalui pendidikan yang diterimanya selama bertahun-tahun, bukan dicetak menjadi seorang pengusaha yang dapat membuka lapangan kerja. Coba pemerintah memberi bantuan modal kepada para pemuda yang memiliki kreatifitas untuk mengembangkan kreatifitasnya, kita tidak akan perlu lagi mengirim berjuta-juta TKI ke luar negeri untuk menambah devisa negara, tidak perlu meminjam dana ke negara lain untuk pembangunan negeri ini, kemiskinan akan perlahan menurun dan tentunya korupsi tidak akan merajalela di negeri ini karena para pemuda yang akan membuka negara kreatif yang menghasilkan pemasukan lebih besar untuk pembangunan negeri ini. Namun hingga saat ini, pemuda masih dipandang sebelah mata oleh golongan tua dan tidak diberi kesempatan. Perjuangan para pemuda tidak akan berhenti sampai disini karena para pemuda adalah pemicu perubahan di dunia. Pendidikan kewirausahaan sebetulnya ditanamkan sejak lama. Bukan setelah sarjana. Kenapa demikian?. Pertanyaan di atas, merupakan bahan berpikir kita semua. Penulis sangat setuju kalau di semua perguruan tinggi pendidikan kewirausahaan dijadikan materi kuliah seperti: Ilmu Alamiah Dasar di perguruan tinggi. Alangkah indahnya mahasiswa disaat memperdalam konsep perkuliahan diantara pada semester 6 – 7 mengembangkan pendidikan kewirausahannya yang terkait dengan konsep keilmuannya. Saat itu, mahasiswa tidak lagi berpikir agar mencari kerja ke PNS tapi ia sudah berpikir usaha apa yang bakal ia jadikan sebagai lapangan kerja untuk diri. Kalau hal itu kita lakukan retrospektif di awal tahun 80-an bahwa agar sarjana bisa memberikan lapangan kerja bagi orang lain. Bukankah hal itu, konsep kewirausahaan. Saat itu pemerintah pernah memberikan: pinjaman berupa kredit mahasiswa Indonesia (KMI) yang dikecurkan via bank tidak lain sebagai modal usaha untuk mahasiswa yang sudah berada pada semester-semester akhir. Dosen pembina mata kuliahnya harus membawa ke lapangan terhadap mahasiswa yang sedang memprogramkan / merencanakan mata kuliah kewirausahaan ini. Kalau perlu dosen yang mengajar harusnya mereka pengusaha berhasil. Atau ada dosen yang punya usaha kecil-kecilan dan berhasil yang dapat diperlihatkan kepada mahasiswa. Dengan demikian hal di atas, merupakan pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan formal di perguruan tinggi. Pemuda Pelopor Punya Kelebihan Dalam bertugas melaksanakan tugasnya sebagai pemuda harus punya program inovasi, karena sebagai seorang pemuda terlatih yang tentunya di tempat tugasnya dalam berkarya, tentu tidak boleh sama dengan kebanyakan orang. Kalau seorang pemuda yang terkadang hanya beberapa orang berpendidikan di dewsa, maka seorang sarjana baru yang bertugas ini harus punya kelebihan dari kebanyakan orang. Seorang pemuda masuk desa harus punya kesan tersendiri dari masyarakat. Pengembangan usaha yang cukup signifikan juga dirasakan Henky Eko Sriyantono, pemilik Bakso Malang Kota Cak Eko, yang menjadi pemenang Wirausaha Mandiri 2008 kategori pascasarjana dan alumni bidang usaha boga. Sebelumnya ia baru mempunyai 80 gerai. Saat ini berkembang menjadi 135 gerai. Karyawan pun menjadi 500-an orang dari sebelumnya sekitar 300. Omzet pun rata-rata naik 20 persen per tahun. “Branding usaha juga menjadi lebih dikenal masyarakat,” ujar Cak Eko. Sumber : Booklet Tempo. Para tokoh nasional kita dalam berbagai event memberikan berbagai konsep kewiraswastaan diantaranya seperti: ". Kala itu, Ciputra mencontohkan Singapura memiliki wirausahawan sekitar 7,2 persen Ciputra, Fransiskus Saverius, Herdiman (2011) adalah:"…Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah penduduk…, dan Amerika Serikat memiliki 2,14 persen entrepreneur. Bagaimana dengan Indonesia? Kalau kita memperhatikan terihadap manusia kita 220 juta lebih penduduk, Indonesia hanya memiliki sekitar 400.000 pelaku usaha mandiri, atau sekitar 0,18 persen wirausahawan dari jumlah penduduknya. Hal ini tentu memrihatinkan. Padahal, menurut pendiri University of Ciputra Entrepeneurship Center (UCEC) ini, potensi Indonesia terbilang besar. Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah siap diolah. Indonesia termasuk dalam ranking 10 besar penghasil tembaga, emas, natural gas, nikel, karet, dan batubara. Dan, masih banyak lagi keunggulan komparatif yang kita miliki. Karena itu, jika menyedikan stok enterpreneur yang cukup dan potensial, Indonesia bisa menjadi pemain internasional yang handal. Peraih penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship) Ernst and Young Entrepreneur tahun 2006 bernama: Bambang Ismawan mengatakan:”... wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit...”. Hal itu dapat dilihat dari minat dan pelaku wirausaha muda yang semakin bertumbuh. Namun dibandingkan jumlah penduduk, jumlah entrepreneur muda yang kita miliki memang masih sangat kurang. Rendahnya minat dan pertumbuhan wirausahawan muda, menurut: Bambang (2006), Wiswawa (2011) adalah:”... terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan keluarga sang anak. Orang tua lebih banyak mengharapkan anaknya bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai kantor. Pasalnya, pekerjaan seperti itu dinilai memiliki risiko kecil dibandingkan menjadi pengusaha. "Orang tua menginginkan anak mereka mendapatkan gaji tetap setiap bulan, daripada harus menunggu keuntungan yang memakan waktu lama...". Harapan orang tua ini didukung pula oleh lesunya sektor kewirausahaan dalam negeri. Sektor ini dinilai memiliki risiko tinggi, sementara itu kurang menjanjikan penghidupan yang layak. Karena itu, orang tua petani rela mengeluarkan biaya tinggi untuk menyekolahkan anaknya agar mereka tidak kembali kepada pertanian. Bambang mencontohkan, tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih banyak menjadi wartawan atau pegawai, daripada menjadi petani. Selain pengaruh lingkungan dalam keluarga, kata Bambang, rendahnya minat kaum muda terjun dalam bidang wirausaha, juga disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan yang kurang mendukung. Pendidikan malah tampil sebagai alat untuk menumpulkan semangat berwirausaha. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kewirausahaan. Karena itulah, Bambang mendesak agar pendidikan, terutama pendidikan tinggi segera dibenahi. Desakan agar perguruan tinggi melakukan pembenahan - bahkan perubahan paradigma - juga disuarakan Ciputra. Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya jumlah entrepreneur di Indonesia adalah sistem pendidikan yang hanya fokus pada penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan enterpreneur-enterpreneur potensial. "Setiap tahun, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan pengangguran, karena mereka tidak didorong untuk menjadi pelaku wirausaha," ujarnya. Menurut Ciputra, setiap tahun perguruan tinggi Indonesia melahirkan sekitar 750 lebih sarjana yang menganggur. Karena itu, tantangan perguruan tinggi di Indonesia ke depan, katanya, adalah melahirkan wirausahawan muda. Menjawab tantangan itulah Ciputra mendirikan sekolah yang fokus pada upaya mengembangkan semangat kewirausahawan siswa, seperti Sekolah Ciputra, Sekolah Citra Kasih, Sekolah Citra Berkat, Sekolah Global Jaya, Sekolah Pembangunan Jaya. Terakhir, ia mendirikan University of Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC). Program yang disiapkan UCEC antara lain mempersiapkan modul pengayaan kewirausahaan untuk kurikulum nasional, mengembangkan kurikulum kewirausahaan di Universitas Ciputra, dan mengadakan pelatihan tiga bulan kepada masyarakat. Selain dukungan keluarga dan perguruan tinggi, pertumbuhan wirausahawan muda juga membutuhkan peran dunia usaha dan lembaga dunia usaha. Bambang memberi contoh peran pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Organisasi ini seharusnya tidak hanya mendorong lahirnya pengusaha kaya dan bergerak dalam bidang usaha yang membutuhkan penyertaan modal tinggi, tapi juga harus mendorong munculnya pengusaha kecil yang bergerak dalam sektor kecil dan mikro (UMKM). Menurut: Very Herdiman dan Bambang, (2011) bahwa Potensi sektor UMKM, sesungguhnya sangat menjanjikan. Dari seluruh entitas dunia usaha yang kita miliki, 95 persen (43 juta) merupakan usaha yang bergerak dalam sektor usaha mikro. Data ini, kata Bambang, memperlihatkan bahwa Indonesia potensial melahirkan wirausahawan yang bergerak dalam usaha mikro dan kecil. Ekonomi Bangsa Beberapa tahun terakhir ini, menurut: Husein Mubarok (2009) bahwa perekonomian dunia semakin bergejolak saja. Bahkan Negara besar seperti Amerika, mulai kelihatan kehancurannya. Mengapa bisa demikian? Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah baby birth dan biaya perang yang besar. Sebelum Perang Dunia II sedikit sekali bayi yang lahir di Amerika. Sebaliknya, pasca perang dunia II angka kelahiran meningkat drastis. Nah, yang menjadi masalah adalah generasi dengan jumlah kelahiran luar biasa tersebut sekarang tengah menjadi pensiunan. Diperkirakan pada tahun 2016 nanti jumlah pensiunan Amerika mencapai 75 juta. Bagaimana menggaji mereka? Ini sebagai akibat angka kesehatan yang membaik. Bahkan, tidak ada satupun pengamat ekonom yang optimis bahwa Amerika akan tetap berdiri. Yang kedua adalah dikarenakan Amerika selalu mengalokasikan dana yang besar untuk perang.Sebagai contoh saja, berdasarkan data statistik perekonomian pemerintah Amerika, dana yang diajukan untuk kasus perang Israel-Palestina adalah senilai kurang lebih $1200 triliun sedangkan yang di acc adalah kurang lebih $900 triliun. Perlu diketahui bahwa pada Tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang hebat di AS, Apakah Obama sanggup mengatasi masalah ini kedepannya? Sebenarnya tidak masalah jika Amerika hancur. Yang menjadi masalah adalah siapa-siapa yang berada di belakang Amerika, yaiu para Yahudi dan Israel. Pada dasarnya orang-orang Amerika itu baik dan toleran. Yang kurang ajar adalah para pemimpinnya, yaitu para Yahudi yang telah dikuasai Dajjal. Lalu apakah Amerika tinggal diam melihat kondisi perekonomian yang seperti itu. Bicara tentang ekonomi maka Muizzuddin (2009) adalah:”...Sistem ekonomi yang diterapkan, seharusnya mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat berdasarkan asas demokrasi, kebersamaan, dan kekeluargaan yang melekat, serta pada akhirnya mewujudkan ketentraman bagi manusia. Akan tetapi Rentetan peristiwa akibat sistem ekonomi yang diterapkan terus memberikan dampaknya...”. sehingga apa yang diharapkan selalu berhasil baik. Ditunggu Pemuda Kreatif Pemuda yang kreatif, tidak lain adalah seorang pemuda yang tidak mudah tinggal diam di mana saja ia berada. Pemuda kreatif, setiap saat dia selalu melahirkan pekerjaan yang inovatif. Pemuda kreatif bila melihat sesuatu, otaknya berpikir. Mau dijadikan apa hal ini, sehingga mempersembahkan sesuatu kepada orang lang di desanya. Misal saja: seperti kasus di atas, tinggal di desa, mau mengumpulkan sabut kelapa. Sabut adalah limbah perkebunan yang tidak ada harganya. Tapi degan di olah sabut bisa dijadikan bahan/alat rumah tanggal yang setiap rumah pasti memerlukan sapu. Sapu dari sabut, sama nilainya dengan sapu dari ijuk, yang berasal dari pohon enau untuk membuat gula merah. Sabut punya cara lain bisa dibuat jadi tambang, bisa pula jadi berbagai hal seperti jok mobil, jadi kasur, jadi bahan kerajinan lainnya. Para pemuda pelopor pembangunan di desa harus tahu apa potensi desa itu. Sehingga potensi desa bisa dijadikan olahan yang ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang berharga. Ini sebetulnya pemuda pelopor dari pemuda yang ditunggu masyarakat. Karena kreativitasnya. Kumpulkan orang dewasa yang masih belum bisa membaca dan menulis, berikan pelajaran kepada mereka tentang sesuatu yang mereka butuhkan. Jika ternyata mereka masih buta huruf, lajari mereka membaca dan menulis. Ini sebuah sumbangan pemuda pelopor yang sangat besar terhadap masyarakat kita di pedesaan. Jika pemuda pelopor pedesaan secara kreativitas bisa melakukannya, maka betapa besar sumbangan saudara-saudara terhadap bangsa di negeri kita tercnta ini. Walau sekecil mungkin, namun jasa kepeloporan saudara sangat dinantikan masyarakat di pedesaan. Hal ini, tidak terbatas dengan contoh di atas, tapi dalam bentuk apapun. Menciptakan Lapangan Kerja Saat penulis menyelesaikan studi Program Doktor di kota Bandung, tidaklah salah mengunjungi kecamatan Raja Polah. Karena di desa-desa mereka walau sumber daya alamnya rusak akibat meletusnya gunung Galunggung di awal tahun 1980-an. Para pemuda dan masyarakat mencari nafkah dengan memanfaatkan apa saja dijadikan usaha kreatif. Misal sebatang pohon padi menghasilkan banyak hal seperti tanggkainya menjadi sapu, batangnya dibuat ayaman, dll. Sebatang pohon yang tumbang di pinggir jalan, memberikan berkah pada penduduk. Karena batang, dahan hingga akarnya, bisa diolah dengan kerajinan mereka jadi berbagai cendera mata. Putra putri Kalimantan Tengah belum sampai di sana untuk berwira usaha. Kita terlena dengan indahnya alam, terlena dengan berbagai hasil bumu dan alam. Namun belum banyak memberi manfaat kepada penduduknya. Kebijakan Pengambil Keputusan Dalam bagian akhir buku ini, perkenankanlah curahan hati penulis, yang juga pernah duduk dalam tugas sebagai pengambil kebijakan sebagai kepala Badan Diklat Provinsi Kalteng. Kalau kita berbicara tentang pemuda sebagai generasi muda, maka mereka ini tidak akan lepas sebagai generasi penerus bangsa. Apa yang telah kita lakukan saat sekarang tentu memberikan contoh bagi mereka dimasa datang. Sehingga pembinaan terhadap mereka tidak akan memberi warna bagi mereka yang kita bina sekarang. Tentu akan menjadi buah bibir mereka di masa kini dan masa datang. Bicara tentang pemuda sebagai calon pelopor pembangunan secara formal tentu dibawah kekuasaan pejabat yang terkait dengan bidangnya. Hal ini penulis ambil contoh saja para pemuda yang bakal kita kirim dalam menyeleksi pasti ada muncul rasa subjektivitas, apakah karena: faktor keluarga, satu alumnus, atau suku dan kedaerahan. Putusan itu baik atau tidak pasti dinilai oleh mereka yang lain. Kenapa begitu,dan kenapa begini dsb. Untuk menghindar hal tersebut, pengambil kebijakan harus bertindak adil, tanpa pandang faktor keluarga. Tapi dirikan/tegakkan objektivitas yang setinggi mungkin. Jika kita sudah melakukannya maka pujian dimasa datang akan datang kepada kita. Demikian sebaliknya. Daftar Pustaka Admin, 2012. Kunci membangun Kepercayaan Diri, Jakarta. Arfani, M. Saad, 2011. Jauhnya Sekolah Jadi Penyebab Anak-anak Pedesaan Tidak Melanjutkan Pendidikan, Kompas, Jakarta. Bambang, Ismawan 2006. wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit, Jakarta. Bambang (2006), Wiswawa (2011). Wiraswasta terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan keluarga, jurnal UKM, Jakarta. Ciputra, Fransiskus Saverius, Herdiman, 2011.Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah penduduk, Kabar Wiraswasta Muda, Jakarta. Darlan, H.M. Norsanie, 1983 Pendidikan Kewiraswastaan, PLS, FKIP Unpar, Palangka Raya. ------------, 2002. Pelatihan dan pengembangan masyarakat kawasan pantai, Disertasi, Bandung. ------------, 2011. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Di Kalangan Pemuda, Dinas Pemuda Dan Olahraga, Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya ------------, 2011. Melatih Diri Uuntuk Berwirausaha Bagi Pemuda Pelopor Pembangunan Pedesaan, Dispora. Palangka Raya -------------, 2011. Berkembang Bersama Mandiri, Sumber : Booklet Tempo, Jakarta. -------------, 2011. Melatih Diri Untuk Berwiraswasta Bagi Pemuda Pelopor Pembangunan Pedesaan, Materi Ceramah kepada peserta Paskibraka, Dispora KalTeng, Palangka Raya. Hasan Alwy, 2000. Kamus Besar Bahasan Indonesia, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta. Herdimand, Fransiskus Saverius, 2011. Suatu Bangsa Akan Maju Bila Memiliki Jumlah Entrepreneur (wirausahawan) di Amerika Serikat, New York. Herdiman, Very, dan Bambang, 2011. Wirausaha Mulai dari Lingkungan Keluarga, Jakarta. Gafur, Abdul, 1982. Pidato Abdul Gafur, dalam P4 Pemuda Tingkat Nasional, Cibubur, Jakarta. Ismawan, Bambang, 2006. Peraih penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship), Internet. Mubarok, Husein, 2009. Wirausaha Untuk Mengatasi Perampokan Ekonomi Bangsa, mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi,UGM, angkatan, Yogyakarta. Muizzuddin, 2009. Mewujudkan Kesejahteraan dengan Menerapkan Ekonomi Islam, Mahasiswa Berprestasi UNSRI, Palembang. Moeliono, Anton, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kementrian Pendidikan Nasional RI, Jakarta. Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Siregar, Huala, 1991. Mendefinisikan Pemuda Pelopor Manusia Merdeka, Berkarya Tanpa Pamrih, Jakarta. Setiawan, Budi, 2010. Tujuan program Pemuda Pelopor, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Jakarta. Sriyantono, Henky, Eko, 2008. pemilik Bakso Malang Kota Cak Eko, yang menjadi pemenang Wirausaha Mandiri, Malang. Wildan, Lalu, 1991. Agar penilaian Pemuda Pelopor tidak hanya dibatasi pada 4 bidang saja, Staf Ahli Menporan RI, Jakarta. Wiswawa, I.K.Alit, 2011. Pengembangan Ekonomi Mikro, berbasis pada kearifan lokal, Makalah Seminar hari jadi kota Palangka Raya. --------------------------------------------------------------------------------------------------------- Penulis: Prof. Dr. H.M.Norsanie Darlan, MS PH. Guru Besar S-1 dan S-2 PLS/PNF Pascasarjana Universitas Palangka Raya-73112.