Rabu, 23 Januari 2013

Prof. H.M.Norsanie Darlan



Budaya Masyarakat Dayak Dalam
Investasi SDM Masa Depan
 
Tulisan ini diturunkan yang kedua kalinya setelah diterbitkan dalam jurnal ilmiah pendidikan dan kebudayaan RI, walau dalam konsep yang sedikit berbeda. Dengan melakukan retruspektif kurun waktu  30-40 tahun silam, terhadap upaya masyarakat Dayak dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) ke masa depan. Khususnya dalam hal dunia pendidikan.
Di perkampungan masyarakat Dayak dimasa lampau tidak semua desa berdiri sekolah dasar. Apa lagi SLP ataupun SLTA. Umumnya mereka yang bercita-cita luhur, karena di desanya belum berdiri sekolah, maka mereka menitip anaknya untuk ditinggal di tempat keluarganya sekampung, atau tetangga desa agar anaknya bisa sekolah di sana. Dimasa lampau belum mengerti tempat kos seperti dewasa ini. Maka bila anak ingin memperoleh pendidikan yang memadai, ia harus rela meninggalkan kampong halaman dan sanak saudaranya ke kota, demi mencari pendidikan. Buat masa depan mereka sendiri dan keluarganya.
Dalam tulisan ini, akan diuraikan beberapa peristiwa seseorang yang ingin hidup layak kemasa depannya. Dengan berjuang harus merantau ke kota yang memiliki fasilitas belajar sudah lengkap sampai ia mendapatkan pekerjaan yang layak dan perlu dicontoh oleh yang lain sebagai investasi dalam keluarga pada dunia pendidikan.
Untuk mempermudah dan menjadikan rujukan maka penulis dalam kesempatan berikut mengambil berbagai arti yang ada pada judul tulisan ini untuk memperkaya khasanah materi tulisan ini, sebagai berikut:

Beberapa Pengertian:
Arti Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sangsakerta yaitu buddhaya, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian budaya adalah suatu kebiasaan seseorang atau sekelompok warga masyarakat yang tinggal di suatu tempat tertentu. Budaya juga yang ada kalanya antara satu dengan kelompok yang lain terjadi perbedaan. Hal ini, disebabkan punya kebiasaan antara satu sama yang lain yang tidak sama. Apakah karena faktor lingkungan ataukah karena alamnya yang manusia di sekitar menyesuaikan terhadap kehidupan yang ada di sekitar mereka.
Arti masyarakat Dayak: Oleh: Tumanggung Sandipa, (2010) ialah:”…Dayak bukanlah sebuah realitas objektif yang kuno, melainkan sebuah konstruksi yang relatif modern. Kalangan ilmiawan, para antropoloh telah memberikan kontribusi yang bearti dalam pembentukan identitas masyarakat Dayak, baik pada masa kolonial maupun pasca kolonial…”..
Masyarakat Dayak tidak beda dengan masyarakat lainnya di tanah air. Hanya saja mereka lahir, hidup dan dibesarkan di pulau Kalimantan. Di Kalimantan banyak anak suku Dayak yang umumnya sering terjadi berbeda kultur satu sama lain. Sebenarnya dalam arti luas mereka sama dengan kehidupan bercocok tanam seperti masyarakat lain di pulau-pulau yang ada di negeri ini. Hanya saja saat pemerintahan koloneal Inggris ada membuat perpecahan antara satu kelompok dengan kelompok lain. Seperti orang dayak yang tinggal di pesisir kehidupannya beda dengan yang tinggal di pedalaman. Ada pula politik pecah belah yang muncul di masa penjajah Inggris jika orang Dayak masuk Islam mereka harus merubah nama sukunya. Seperti di Kalimantan barat berubah status dengan suku melayu. Ini juga terjadi di sumateri. Di Kalimantan tengah khususnya sungai barito dan katingan. Warga Dayak yang memeluk Islam harus merubah nama anak sukunya menjadi bakumpai. Sebetulnya ini politik perpecahan. Yang paling kuat adalah suku-suku warga Batak di sumatera utara, apakah ia marga Hasibuan, Nasution, Harahap, dll. Kalau masuk Islam tidak berubah nama marganya.

Sekarang apa arti Investasi yaitu adalah “…mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada sesuatu dengan harapan disuatu saat mendapat keuntungan financial…”.

Dalam hal di atas, masyarakat Dayak ber-investasi buat masa dapan keluarganya dengan membiayai anaknya untuk bersekolah yang karena di desanya belum ada fasilitas pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian arti investasi disini adalah investasi jangka panjang yang terkadang orang tua yang menginvestasikan anaknya belum tentu sempat menikmati hasil yang mereka harapkan. Karena investasi dalam dunia pendidikan beda dengan investasi usaha. Investasi pendidikan memakan waktu yang cukup lama.

Arti SDM adalah: singkatan dari kata sumber daya manusia.  Istilah sumber daya manusia apabila disingkat yaitu menjadi SDM. Akronim  SDM (sumber daya manusia) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia.
Sekarang bagaimana arti masa depan adalah sebuah rencana atau cita-cita dari seseorag maupn keluarga yang berharap akan terjadi perubahan ke masa depan jika keluarga mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi di lingkungan masyarakatnya. Namun di lingkungan mereka masa itu, anak yang berpendidikan tinggi semakin kecil kesempatan untuk dapat kembali ke kampung halaman. Karena lulusan SGB, SGO, SPG dan PGA yang dapat bertugas menjadi guru dan bisa kembali ke kampung halaman. Tapi yang sudah lulusan perguruan tinggi, setuju tidak setuju, mau atau tidak mau mereka harus mengabdikan dirinya di kota.

Beberapa investasi SDM
Ada beberapa contoh kejadian tentang investasi pendidikan bagi masyarakat Dayak apakah berasal dari pedalaman ataukau  masyarakat pesisir sebagai berikut:
1.seorang anak bangsa bernama: Diarsyad Isam, yang lahir di desa Luwuk Kantor 28 maret beberapa bulan sebelum negeri ini merdeka. Lokasi ini di batang sungai Rungan mau sekolah, tapi belum ada sekolah yang diingini di desanya. Sang anak yang ingin menikmati dunia pendidikan lebih tinggi itu. Salah satu pilihan harus pergi ke kota yaitu ke Kuala Kapuas yang jarak desa ke kota saat itu karena jauhnya dan dengan mendayung perahu dengan melayari sungai rungan  sungai kahayan, dan hingga pada sungai Dayak Besar melalui Anjir Kalampan. Di kota Kuala Kapuas tersedia pendidikan dari sekolah Rakyat, Sekolah Guru Bantu (SGB) dan sekolah guru atas (SGA).
Bagai mana orang tua mau mengirim kabar, dan biaya hidup anaknya. Tentu sulit. Karena saat itu, tidak tersedia fasilitas kantor pos. Yang ada setiap bulan ada pedagang dari Banjarmasin yang melayari sungai Barito, menembus ke Kuala Kapuas via Anjir Serapat. Kemudian masuk di terusan Anjir Kelampan dan melayari sungai Kahayan hingga menelusuri sungai Rungan.
Pedagang ini menjual: beras, gula, minyak, tembakau, dan berbagai kebutuhan hidup masyarakat di pedalaman. Hingga sampai ke desa Luwuk Kantor mencapai setengah bulan. Anak yang diinvestasikan orang tuanya ke Kuala Kapuas. Pedagang ini melayari sungai-sungai di sebutkan di atas, bukan tidak berhenti. Mereka setiap desa bertahan dan terjadi perdagangan berupa menjual sembako desa-desa itu. Sesampainya di desa kelahiran anak muda itu barang dagangan sudah mulai habis terjual. Peristiwa barterpun masih ada saat itu. Jadi pedagang menjaul barang dagangannya, penduduk yang punya kebun karet, rotan dijual kepada pedagang itu. Sisa harga karet dan rotan setelah barter, dititipkan uangnya lewat pedagang tadi.  Buat biaya hidup anaknya sekolah di Kuala Kapuas.
Begitulah investasi pendidikan bagi masyarakat Dayak. Setelah anaknya lulus SLTA, masuk perguruan tinggi semula di Palangka Raya sambil bekerja sambil kuliah. Dan melanjutkan kuliah ke Gadjah Mada dengan menamfaatkan gaji sebagai seorang PNS hingga menjadi seorang Profesor dibidang ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya.
2.Thamrin Salomo, anak desa yang lahir di Gunung Mas  sungai Kahayan se temat SD di akhir tahun 60-an melanjutkan pendidikan ke SLTP/SLTA dan kuliah di Palangka Raya. Setelah menamatkan sarjana muda melanjutkan pendidikan ke IKIP Malang awal tahun 80-an.
Sebelum berangkat merantau ke kota Malang, orang tuanya mempersiapkan anaknya  harus menikah. Maka pernikahanpun diseleng-garakan di kampung halaman.
Bagaimana orang tua anggota masyarakat Dayak ini  membiayai anak agar investasi pedidikan mereka berhasil, anak muda baru menikah ini, belum memiliki pengahsilan. Maka kedua orang tua kedua belah pihak sepakat dan berjanji masing-masing mereka (orang tua) membekali sebotol bijih emas, untuk biaya hidup masing-masing anaknya selama sekolah di IKIP kota Malang. Jadi bagi yang sudah PNS, dari Kalteng setiap bulan mengambil wesel berlangganan di kantor Pos sedangkan anak muda yang baru menikah tersebut, setiap tanggal 1 ia pergi ke pasar besar di kota Malang dengan membawa sesendok bijih emas dan di jual ke pedagang emas di sana maka jadilah uang. Pertengan tahun 80-an anak tersebut selesai sekolah dan menjadi dosen di FKIP Universitas Palangka Raya.
3.Anjir serapat sebuah terusan memperpendek jarak antara kota Banjarmasin dengan Kuala Kapuas, hingga jarak tempuh hanya 40 Km. Di sana desa bernama Norsanie di lahirkan. anak desa kecamatan kapuas timur di kampung halamannya saat itu tahun 1969 hanya ada sekolah dasar. Bila ingin melanjutkan sekolah harus ke kota Kuala Kapuas ataukah ke Banjarmasin ada pula ke tanah jawa seperti Malang, Yogya dan Bandung.
Karena bercita-cita ingin sekolah ke SLTP, ia harus pergi meninggalkan sanak saudaranya merantau ke kuala kapuas. Sambil sekolah dipagi hari, dan sore ia ikut orang berasal  dari Anjir Serapat yang sudah lama bermukim di Kuala Kapuas. Dengan harapan tinggal di rumah tidak membayar biaya kos, ia harus ikut menjual beras karena yang diikutinya itu, selain sebagai PNS Guru, juga berdagang beras. Kemudian melanjutkan sekolah ke Banjarmasin (SLTA) untuk mengisi waktu di sore hari ia ikut menjadi tukang gergaji membuat papan, balok dll. Dari hasil bekerja setengah hari sekitar 4 jam itu, maka biaya hidupnya terpenuhi untuk makan, dan biaya sekolah. walau ada kiriman orang tua, hasil pekerjaan lebih puas dari uang kiriman orang tua.
Setelah menyelesaikan sekolahnya  di SLTA merantau ke Palangka Raya. Agar ongkos kapal tidak membayar ia turut menolong pekerja kapal (bus air) seperti memompa air, menyalam roda kapal, menjaga mesin dll. Ternyata dengan demikian ia justru diajak oleh juragan kapal/bus air untuk bekerja dalam rote Banjarmasin-Palangka Raya. Sambil melamar kerja di kota Palangka Raya sambil menjadi tukang kapal, rupanya tidak ada waktu untuk melamar kerja. Padahal ke Palangka Raya bertujuan melamar kerja. Sehingga satu-satunya jalan harus tinggal di Palangka Raya. Agar bisa hidup tinggal di kota Palangka Raya, harus ikut menjadi tukang cuci piring di warung makan. Setelah beberapa bulan di sana maka dapatlah pekerjaan sebagai klining servics di Universitas Palangka Raya dengan gaji Rp 3.500,- sebulan. Tentu saja tidak cukup. Maka pekerjaan di warung tetap diteruskan.
Untuk menambah biaya kuliah ia harus mencari tambahan dengan menjual air bersih ke rumah-rumah pelanggan di pari hari. Harga air setiap ret dibeli Rp 25,- dan dijual kepada pelanggan untuk mereka mandi, nyuci, makan dan minum setiap ret air bersih seharga Rp 100,- jadi kalau menjual 4 ret di pagi hari akan dapat uang bersih Rp 300,- cukup untuk makan siang di kampus.
Saat menulis skripsi sarjana muda saat itu. Tidak mungkin semua pekerjaan harus dikerjakan. Sehingga konsentrasi betul-betul terpusat dalam menulis skripsi. Maka tidak ada jalan lain kecuali harus berhenti menjadi tukang warung. Setuju-tidak setuju, mau tidak mau ia harus hidup dengan semata gaji PNS golongan I/a juru muda dengan tugas membuka pintu, menyapu, mengetik dan antar surat. Dan dalam waktu yang tidak begitu lama penulisan skiripsi selesai dan diuji pada waktu kuliah 2 tahun 8 bulan. Maka gelar sarjana pendidikan (BA) sudah di kantongi. Tapi pangkat tidak bisa penyesuai ijazah ke golongan II/b karena kepala Tata Usaha masih golongan II/a. Akhirnya menjadi temuan Inspektorat Diknas dan Norsanie dimutasikan ke tenaga educatif sebagai asisten dosen pada urusan pendidikan sosial/pendidikan luar sekolah.
Cita-cita untuk sekolah yang sangat besar, sementara Universtas Palangka Raya perti juga seperti Unlam, Untan, Unmul belum mengeluarkan Drs.  Maka kebetulan departemen pendidikan dan kebudayaan setiap menjelang awal tahun ajaran menyurati perguruan tinggi untuk peningkatan mutu tenaga pengajar.
Kesempatan ini, tidak disia-siakan ia memilih IKIP Malang sebagai tempat belajarnya. Setelah diterima 1 september 1981 dan januari 1983 dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Selama di kota Malang, ia berpeluang untuk mendapatkan penghasil dari kebanyakan mahasiswa tugas belajar. Karena menulis artikel dan menulis berita adalah pengalamannya menulis di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional sebelum ke Malang. Dengan demikian Koran Harian Suara Indonesia menerbitkan artikelnya 2 judul dalam seminggu. Honornyapun jauh lebih besar dari jagi yang dikirim via wesel pos.
Karena akrab dengan seorang asing berkebangsaan Amerika bernama:  Syeriff Hell, percakapan bahasa Inggris sehari-hari dilakukan. Kebetulan Mr. Syeriff tidak pandai sama sekali berbahasa Indonesia. Sehingga bergaul dengan ahli keterampilan pada kerajinan industri ini, membuatnya untuk berniat sekolah ke luar negeri. Berbagai tawaran beasiswa ke luar negeri ia peroleh dari Mr. Syeriff Hell. Dan ikut seleksi pendidikan luar negeri lulus, tapi belum ada kepastian panggilan. Sementara kedua orangnya bertanda ke Palangka Raya. Ternyata satu permintaan yang sangat mengejutkan. Norsanie harus menikah terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Karena kedua orang tuanya takut kalau menihak dengan orang asing. semetara anaknya berperawakan kecil, agar tidak terjadi seperti peri bahasa bagaikan tupai memeluk nangka. Akhirnya memilih putri Dayak pada tanggal 19 April 1986 ia menikah. Namun 25 agustus tahun itu juga datang surat panggilan sekolah dalam negeri di UGM. maka beasiswa   dalam negerilah diambil untuk pendidikan S-2.
Tahun 1999 saat penelitian masyarakat desa hutan di pedalaman barito datang panggilan pendidikan doktor di UPI Bandung dan awal tahun 2002 ia dipromosikan menjadi doktor bidang pendidikan luar sekolah. Berarti sekolahnya telah selesai. Disaat sekolah berjalan baru 6 bulan maka turun surat keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan RI yang menetapkan mulai 1 Maret 2000 ia menjadi guru besar madya dan guru besar ke 11 di Universitas Palangka Raya pada bidang strategi pendidikan luar sekolah.
Dari 3 contoh investasi pendidikan bagi masyarakat Dayak di atas, hampir tidak ada yang tidak mendapatkan berbagai kesulitan namun dalam liku-liku kehidupannya tentu beragam. Investasi berupa dunia pendidikan ini, memakan waktu relatif  lebih lama dari investasi yang lain. Dan makin tinggi pendidikan yang ditempuh, makin jauh dari kampung halaman.

Investasi masa depan
Investasi masa depan masyarakat Dayak sungguh terjadi di mana-mana. Walau bentuknya berbeda satu sama lain, namun tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kualitas SDM mereka.
Dewasa ini sudah ada pendidikan yang tidak saja S-1 tapi S-2 pun dalam 2 pelita ini sudah terlaksana di ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Khususnya di Universitas Palangka Raya. Sehingga generasi masa kini tidak sesulit masa lampau. Tinggal apakah mau meningkatkan kualitas SDM ataukah tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar