Rabu, 08 Juli 2020

PERPUSTAKAAN JANTUNG PERGURUAN TINGGI

PERPUSTAKAAN JANTUNG PERGURUAN TINGGI Oleh: H.M.Norsanie Darlan Pendahuluan Penulis pernah menawarkan sebuah lomba bagi kalangan dosen yang isinya siapa diantara dosen yang banyak menulis apakah dalam bentuk: buku, artikel dan karangan lainnya. Namun tak ada jawaban atas ide yang digulirkan itu. Kalau demikian sudahlah untuk seadanya. Memang sebaiknya ada pula yang mensponsorinya seperti pemberian hadiah walau sekecil mungkin diserta selembar tanda penghargaan dari pimpinan perguruan tingginya itu sendiri. Penulis sedih melihat dan mendengar jawaban seorang calon dosen muda yang baru diterima bekerja di suatu perguruan tinggi. Setelah penulis bertanya kepadanya “...sudah berapa buku yang sdr tulis untuk jadi dosen di sini...” ? jawabannya belum ada. Karena jadi dosen tidak saya rencanakan !!!. sedih rasanya mendengar perkataan demikian. Bagaimana ia nanti di depan kelas dengan mahasiswa...”? tentu saja perbuatan seperti itu tidak dapat dijadikan teladan tertunya. Kalau jawabnya demikian, ada berapa buku yang kau siapkan untuk mengajar nanti ? jawabnya sangat sedikit, “...belum ada dan belum beli...” apa di Palangka Raya banyak toko buku ? penulis tersenyum dan si calon dosen perlahan-lahan bergeser ke tempat lain untuk menghindar segala pertanyaan. Penulis ingin jika seorang dosen mau diteladani tentu telah memiliki sejumlah buku karya tulisnya. Kesenangannnya. Terlebih dalam bidang keilmuannya. Demikian juga mahasiswa teladan punya karya yang memadai. Dan pernah dipublikasikan di media cetak baik lokal maupun nasional. Seorang calon Prof. Sudah sejak lama diminta untuk melampirkan karya tulisnya apakah pada jurnal terakreditasi nasional maupun internasional. Dan sebaiknya harus karya sendiri, sehingga hak cipta betul-betul sesuai nama sipenulis sendiri. Tapi bagaimana hak ciptanya, jika karya tulis ilmiah itu tulisan orang lain. Ini perlu dilakukan penilaian tersendiri tentunya. Buku bagaikan jendela rumah zaman teknologi yang serba modern sekarang tidak ada yang sulit. ,masa lampau ditahun tujuh puluhan, waktu menulis skripsi sarjana muda ada seorang dosen yang ditakuti kawan-kawan untuk menjadi pembimbing. Penulis maju memberanikan diri. Apa yang ditakuti teman-teman mahasiswa itu bagaimana. Dan kalau terpaksa harus dibimbing oleh beliau tidak mungkin bisa lulus sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Hal ini pasti kesulitan memenuhi tuntutan terhadap buku literatur yang dijadikan pustaka dalam penulisan skripsi. Penulis dalam tugas akhir ditahun 1979 betul-betul berhadapan dengan dosen yang paling ditakuti kawan-kawan mahasiswa itu. Setelah dalam keputusan rapat fakultas penulis melihat dosen yang paling ditakuti itu ternyata membimbing saya. Dan inisiatip yang segera ditempuh adalah mencari judul-judul buku yang erat hubungannya dengan judul skripsi yang disepakati oleh ketua tim penetap judul karya tulis ilmiah itu. Setelah mendapatkan di perpustakaan Universitas buku-buku yang terkait. Penulis segera datang menghadap beliau dan disuruh mencari buku. Dan disaat itu pula penulis menyerahkan kepada beliau (pembimbing) skripsi itu. dan buku-buku yangsudah dibaca di perpustakaan. Tentu saja mudah hanya satu, dua saja lagi yang disuruh cari. Dan proposalpun segera diselesaikan. Dengan demikian buku sebagai jendela rumah, menurut: Prof. HAMKA, itu sungguh benar karena dizaman sekarang mahasiswa takut datang keperpustakaan adalah tanda tanya. Kenapa alasannnya ? apakah dosen pembimbingnya tidak pernah menyuruh mahasiswa bimbingannya untuk datang ke perpustakaan (mencari buku) atau si mahasiswanya yang tidak kreatif. Malas daatang pekerpustakaan. Karena perpustakaan itu adalah tumpukan buku semata. Padahal perpustakaan itu adalah jantung pergururuan tinggi. 2 tahun lebih penulis melakukan pertanyaan (yang sebetulnya penelitian) kepada sarjana yang mau di yudisium dan wisuda. Betul-brtul ada mahasiswa dengan segan is berkata: :”...tidak sempat saya ke perpustakaan karena kesibukan kuliah...”. benar atau tidak wallah hua’alam. Ini suatu kejadian sang calon sarjana tanpa datang membaca, meminjam buku di perpustkaaan kok dapat lulus jadi sarjana. Bagi perpustakaan tidak rugi, tapi bagi si sarjana baru ini, mampukah menghadapi tantangan hidup di era buku digital nanti ? apakah tidak malu dengan menyandang gelar tapi tidak bermutu ? Mahasiswa kreatif adalah mahasiswa yang rajin membaca, rajin berdiskusi dan juga rajin menulis. Buku apapun yang ada disekitar kita, perlu kita baca. Membanca ini sungguh banyak manfaat. Seperti orang tidak pernah jalan-jalan ke ibu kota negara. Tapi karena membaca sejarah berdirinya Jakarta, maka ia tahu tentang jakarta dan sebagainya. Apalagi mendiskusikannnya sehingga ia banyak tahu tentang itu. Prancis Baccon Diabat pertengahan terlahir seorang tokoh diberi nama: Prancis Baccon, ia saat itu dapat mengkalisifikasikan manusia dalam 3 kelompok besar. Yaitu: kelompok Pertama adalah bisa membaca berarti manusia itu dapat mengetahui apa isi alam ini. Dengan mengetahui isi alam ini, maka ia pasti punya otak mencerna apa saja yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa sebagai isi alam ini. Kelompok ke dua berdiskusi. Seseorang yang karena membaca pasti mencari teman, kawan dalam memecahkan permasalahan yang ia hadapi. Seperti saat ini kenapa anak usia sekolah dibatasi dalam kelopok usia tertentu. Bagaimana yang usianya diluar kelompok itu?. Bagaimaha mereka yang karena sesuatu hal tidak sempat belajar, karena faktor, ekonomi, lingkungan atau jarak geografis yang tidak memungkin seperti di pedalam kalimantan tengah ?. tapi sekarang hal-hal di atas sebagai tantangan telah terpecahkan. Mau sekolah tapi sekolah menutup pintu kepadanya. Ini perlu pemikiran dan banyak diskusi. Tentu melalui diskusi yang panjang. Padalah dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 2003 secara jelas penduduk Indonesia wajib belajar. Bahkan sekarang sampai lulus SLTA. Kelompok ke Tiga bisa menulis. Adalah sebuah pertnyaan. Menulis apa ? yang dimaksud menulis disini menurut: Prancis Baccon adalah meng analisa permasalahan yang ada dihadapi dan menguraikannya secara cermat dan rinci terhadap permasalahan yang dihadapi itu, apa berbentuk buku, artikel dan karangan lainnya. Bahkan dapat dipublikasikan dalam media cetak dan elektronika. Perpustakaan Seorang mahasiswa mau mengantar skripsinya pergi ke perpustakaan. Kok sedikit agak lucu, dalam suasana kebengungan, sehingga kemana ia harus menyerahkan buku karya tulis ilmiahnya seperti: Skripsi, Thesis dan Disertasinya. Penulis tersenyum sambil bertanya dihati “...apakah mahasiswa ini belum pernah datang ke perpustakaan ini untuk membaca...?. karena diperpustakaan perguruan tinggi ia kuliah selama 4 – 7 semester tidak tahu ke mana ia menyerahkan karya tulisnya. Apakah dosen pembimbing mahasiswa dan dosen pembimbing skripsinya ybs tidak pernah menyuruh si mahasiswa itu mencari buku ke perpustakaan di perguruan tingginya. Lalu apa kerjaan mahasiswa selama kuliah itu. Apakah si mahasiswa itu sudah punya buku literatur yang lengkap ? sehingga ia tidak perlu datang ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai literatur skripsinya?. Kepada mahasiswa alangkah indahnya jika sudah terdaftar sebagai mahasiswa, ia boleh datang dan membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan jurusan/program studi yang akan ia tekuni. Penulis jadi ragu kalau seorang mahasiswa tidak pernah membaca, meminjam buku di perpustakaan. Keraguan itu ada yang katanya: mahasiswa tapi tidak pernah membaca. Padahal perpustakaan adalah antung perguruan tinggi. Katanya mahasiswa tapi tidak pernah menulis. Pertanyaan lebih jauh ke masa depan, bagaimana jika ia bekerja nanti, kemana ia harus mencari buku sebagai sumber ilmu. Atau setelah bekerja tidak bisa kerja. Disuruh atasan membuat konsep berminggu-minggu tak kunjung jadi. Padahal katanya “ seorang sarjana”. Ini menurunkan harga diri seseorang kalau terjadi hal yang demikian. Perpustakaan Digital Di Universitas palangka Raya sejak 27 maret 2019 universitas sudah dapat julukan perpustakaan digital. Kelemahan kita tidak punya modal membeli sampai 35 ribu judul buku digital yang banyak perpustakaan universitas di tanah air telah membelinya. Untuk menciptakan perpustakaan digital khusus untuk awalnya akan melayangkan hasil-hasil penelitian mahasiswa. Apakah skripsi, thesis ataupun disertasi. Sayangnya sejak awal tahun 2019 mencoba ke arah itu. Sehingga skripsi, thesis dan diserta alumnus kita bisa dibaca walau mereka berada di negeri seberang. Misalnya mahasiswa dan dosen Malaysia, Singapura University, Berunai, Philipina atau Australia. Karena mereka tekun mencari data untuk mengontak berbagai perpustakaan universitas untuk kepentingan penelitiannya. Di UPT. Perpustakaan Universitas Palangka Raya lebih dari 8000 (delapan Ribu) skripsi yang sudah didukomentasikan. Namun karena media kita masih belum memadai sangat terpaksa masih disimpan dulu dalam hardis external yang risiko rusaknya tinggi. Karena keterbatasan komputer yang ada. Penulis berharap Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang ada di UPR bisa segera berjalan seiring dalam mempublikasi hal di atas. Walau disadari sebelumnya cukup besar tantangan UPT. Perpustakaan untuk beriringan tangan pada program digital perpustakaan kita. Dan sekedar ditahui silahkan ambil komputer buka google “tulis norsanie darlan “ nanti akan muncul sederet karya tulis putra Anjir Serapat Kabupaten Kapuas Kalteng di sana. Penulis berharap dosen-dosen juga demikian. Pernulis pernah dikunjungi tamu asing, seorang dosen dari canberra university Australia ia saat itu menginap di Aquarius Hotel Palangka Raya. Semula ia datang ke STAIN atau IAIN sekarang. Lalu ia menanyakan /mencari nama penulis dan dari IAIN mengantarnya tamu yang bersangkutan ke rumah dan buku itu memang pernah ditulis judul yang ia cari itu,sudah tergolong lama tahun 1996. Dalam diskusi kecil kami, dari mana ia menemukan judul buku itu. Ia mengatakan judul buku itu di internet, ternyata saat penulis sebelum guru besar setiap buku, artikel, dan hasil penelitian dimasukkan kesebuah buku kecil. Sebagai daftar buku yang pernah penulis tulis, karangan sederhana itu dibawa oleh sejawat kita itu ke Australia sebagai bahan ajarnya. Dalam pemikiran penulis, mau saja ia datang mencari hal demikian, karena yang dipublikasikan itu hanya judul-judulnya saja. Sementara bagaimana isi silangkan membaca di perpustakaan pribadi penulis di rumah. Sukses selalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar