Senin, 15 Agustus 2011

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN BAGI PEMUDA PELOPOR PASKIBRAKA


PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
BAGI PEMUDA PELOPOR PASKIBRAKA

Oleh  :     Norsanie


Pendahuluan
Pendidikan kewirausahaan bagi pemuda pelopor, yang saat ini dari akhir juli hingga 18 Agustus di seluruh provinsi yang juga kabupaten / kota mendidik anak muda/pemuda penerus generasi bangsa, berupa latihan kedisiplinan dari sejak barus berbaris sampai pada pengibaran bendera pusaka sang saka merah putih. Mereka juga yang terpilih dikirim mewakili daerahnya ke Istana Negara juga dalam rangka  pengibaran sang saka merah putih. Pada detik-detik proklamasih di negeri tercinta ini.
Para pemoda pelopor ini, setiap malam dibekali pula dengan berbagai materi yang disampaikan khususnya di tingkat provinsi berupa: kebijakan pemerintah dalam rangka pembangunan pemuda dan olahraga; Wawasan nusantara & jiwa nasionalisme pemuda Indonesia, untuk tetap pada NKRI; Kamtibmas, peredaran Narkoba, beserta penyalahgunaannya, arti dan makna bendera pusaka; kepeimimpinan pemuda, kewirausahaan pemuda pelopor pembangunan, seperti pada pkok bahasan dalam artikel ini. Dll.
  
Merelirik Sudut Pendidikan 
Bila kita memperhatikan masalah pendidikan, tentunya rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, cenderung berdampak mundurnya masyarakat yang ada di wilayah itu. Rendahnya pendidikan cenderung dengan berakhir dengan kebodohan. Diharapkan mereka tidak mudah untuk tampil dengan cara biasa. Melainkan sering dilakukan dengan kekerasan. Karena banyak hal yang mereka hadapi seperti: lapangan pekerjaaan yang tentunya tidak dapat dipekerjakan, sama dengan mereka yang bekerja pada pekerjaan elit. Karena tingkat pendidikan yang relatif terlalu rendah, sehingga kebahagian pada pekerjaan yang sedikit agak kasar dibandingkan mereka yang telah mengikuti pendidikan yang lumayan.
Dengan demikian pendidikan merupakan jendela untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Lewat kesempatan ini  penulis mengajak pemuda /remaja yang ada ini, agar memperhatikan tingkat pendidikan dengan berbagai upaya.  Dan penulis menyadari tidak semua orang belajar itu berjalan dengan mulus. Ada kalanya proses pendidikan dengan jalan berperiku. Namun dengan berliku-liku itu, mendewasakan mereka dalam proses belajarnya. Demikian juga terhadap dunia pekerjaan, ia tentu sudah memiliki seperangkat kelebihan pengetahuan sebagai hasil belajarnya, dan akan mendapatkan nilai Plus (+) dalam pekerjaan daripada mereka yang belajar tidak pernah dihalangi oleh liku-liku kehidupan.

Kewirausahaan
Kewirausahaan menurut Hasan Alwy (2000; 1273) Moeliono (1989) Darlan, (2011) adalah:”…orang yang pandai atau berbakat mengenali suatu program atau produk baru, menentukan cara produk baru, dengan menyusun operasi untuk pengadaan produk baru dengan memasarkannya, serta mengatur permodalan dengan cermat dan baik...”.
Masalah kewiraswastaan memang banyak tokoh nasional kita. Suparman Wirahadikusuma (1979) mengatakan bahwa:”..arti wira adalah orang yang gagah berani dalam bertindak dan berdiri sendiri diatas kaki sendiri, tampa mendapatkan bantuan orang lain....”. sedangkan penulis Darlan (1983) mengartikan wiraswata adalah:” ....keberanian seseorang untuk bertindak dalam dunia usaha, tanpa meminta pertolongan orang lain...”.  Dengan demikian, pendidikan kewirausahaan ini merupakan hal yang sangat penting bagi semua pemuda guna persiapan masa depan kehidupannya.

Pendidikan Kewirausahaan Non Formal
Sungguh menakjubkan, kalau kita mengkaji secara jeli satu persatu para usahawan kita di berbagai daerah di tanah air kita.  Ternyata, banyak berhasil yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah (PLS). Para pemuda yang secara kebetulan putus sekolah, mencari tempat-tempat penyelenggara pendidikan luar sekolah seperti: kursus perternakan, perkebunan, pertukangan, perbengkelan, montir dan berbagai kerajinan, serta kursus-kursus lainnya.
Sebagai contoh di kota Yogyakarta dengan kerajinan peraknya, di Semarang pemanfaatan buah nangka djadikan kripik, sebetulnya di pesisir Kalimantan Tengah limbah sabut kelapa untuk dijadikan: Sapu, keset dll. Artinya mereka yang jeli terhadap dunia usaha akan bisa memanfaatkan lingkungan untuk dijadikan sumber penghasilan. Kalau kita jeli daerah kota Palangka Raya ada sebuah PKBM yang sungguh menggembirakan bahwa seorang tamu tokoh pendidikan luar sekolah dari Benua Afrika Mr. Juma berkunjung ke PKBM itu ia memuji keberhasilan “Kalakai” bisa dijadikan kripik has Dayak. Karena kelakai adalah tumbuhan yang sangat banyak dan tidak pernah ditanam namun kalau diolah ternyata dapat dijadikan keripik kelakai.
Sebaiknya para pemuda generasi penerus bangsa, agar melirik jalur PLS ini, untuk mengangkat sumber daya alam (SDA) di sekitar untuk dijadikan sumber penghasilan demi mencari sesuap nasi untuk keperluan dirinya sendiri, dan keluarga pemuda lainnya.

Berbagai Pendapat Ahli
Arti pendidikan menurut Hasan Alwy (2000; 263). Darlan (2011) adalah:”…suatu proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; dalam hal proses, cara, perbuatan mendidik…”. Sehubungan dengan para sarjana tentu lebih dalam lagi terlebih melalui proses pendidikan panjang dalam arena akademik. Yaitu proses pendidikan yang berhubungan dengan bidang keilmuan (studi) seperti bahasa, ilmu-ilmu sosial, matematika, ilmu pengetahuan alam. Atau campuran pendidikan yang diberikan kepada anak didik secara bersama-sama dalam suatu ruangan sampai pada titik penyelesaian. Para sarjana penulis artikan sudah menyelesaikan satu tahapan pendidikan tinggi. Masih 2 tahap lagi pada pendidikan tertinggi, yakni pascasarjana dan program doktor.
Masih bicara masalah pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 Bab III  pasal 4 ayat 6 Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Untuk lebih jelasnya tentang pendidikan, akan di uraikan tersendiri dari masing-masing jalur, sesuai Undang-Undang di atas.

Pemuda Pelopor
Bila kita ingin tahu apa sebenarnya arti Pemuda menurut Hasan Alwy (2000; 847) dan Poerwadarmita (1986) adalah:”...orang  laki-laki, remaja, taruna, yang bakal menjadi pemimpin....”. Pemuda di sini menurut pemulis tidak sebatas kaum lelaki. Tapi kalangan pemudi sekalipun juga masuk. Disadari atau tidak bahwa pemuda berperan sebagai pengganti generasi sebelumnya. Pemuda adalah menjadi sasaran pemikir agar lebih baik dari masa sebelumnya. Karena di pundak pemudalah masa depan bangsa.

Sedangkan apa itu arti pelopor menurut Hasan Alwy (2000;846) adalah:”...(1) yang berjalan terdahulu; yang berjalan di depan perarahakan dan sebagainya; (2) perintis jalan; pembuka jalan; pionir; dia dipandang orang sebagai yang yang paling terdepan dalam gerak pembaharuan (tanpa memperhitungkan resiko yang akan dialami)...”.  Dengan demikian pelopor tidak lain adalah orang yang berani mengambil resiko dalam berbuat mendahului pekerjaan orang lain, demi kepentingan pembangunan bangsa dan negara. Pasukan Pengibar Bendera merupakan pemuda-pemuda pelopor di sekolahnya. Termasuk juga mereka ini pelopor pemuda di kabupaten/kota asal mereka di kirim, dalam rangka memerlaihkan peringatan detik-detik 17 Agustus.
Dengan demikian pemuda pelopor adalah tidak lain, para pemuda yang punya kreativitas tinggi dalam berbagai kegiatan pembangunan. Misalnya seorang pemuda membuat berbagai kegiatan dalam menjelang HUT proklamasi, membuat kreasi baru dalam pembangunan, seperti: membuat karya cipta tertentu dalam pemanfaatan apa saja di lingkungan alam  sekitar. Misalnya memanfaatkan tenaga air menjadi listrik, tenaga angin menjadi sumber energi listrik, sinar matahari menjadi tenaga listrik, dll. Inilah kepeloporan pemuda. Dan banyak lagi masalah lain yang yang dipelopori pemuda. Apakah atas usahanya sendiri, ataukah bersama orang lain. Di Kalimantan Tengah sumber daya alam terkandung di dalam perut buminya banyak hal salah satunya ”batu bara”. Kenapa tidak ada kepeloporan pemuda membuat batu bara sebagai pemanas air agar mendidih dan memimbulkan uap menjadi tenaga listrik dsb.
Bila kita mencari ”pemuda Pelopor”, Kalau perlu kita akan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Agar betul-betul didapatkan hasil yang baik. Menurut Budi Setiawan (2010) adalah, tujuan program Pemuda Pelopor ini, untuk  mengapreasi keberadaan pemuda Indonesia yang memiliki peran strategis sebagai pelopor dalam bidang pembangunan sosial kemasyarakatan, dan memiliki potensi memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat. ”Untuk itu pemerintah terus mendorong untuk mewujudkan pemuda yang memiliki kemampuan menjadi pelopor...”.

Sementara itu, peraih Pemuda Pelopor menurut: Huala Siregar  (1991) ia mendefinisikan pemuda pelopor sebenarnya manusia merdeka, berkarya tanpa pamrih. Karya atau tindakan yang mereka lakukan itu datangnya dari Yang Maha Kuasa. “...Mereka melakukan semua itu tanpa berharap sesuatu. Jadi mari kita betul-betul menyeleksi sehingga kita menemukan pemuda merdeka dan berkarya tanpa pamrih...”. 

Pemuda Pelopor harus tahu Mulimo
Para pemuda pelopor harus juga dibekali dengan pengetahuan yang melanggar perbuatan molimo. Untuk lebih jelaskan terhadap pemuda pelopor ini, mari dibekali dengan hal-hal berikut:
Perlu sekali para pemuda
Diberikan penjelasan tentang akibat 
Korupsi terhadap bangsa

Pemuda pelopor bisa juga ia melepaskan diri dari perbuatan yang melanggar budaya, agama dan kebiasaan di masyarakat yang bersifat negatif seperti:
Menghindari 5 M + 1 P menurut Darlan ( 2003) untuk lebih jelasnya adalah:
 ”... 1. Minun;
2.Main;
3.Madat;
4.Madon;
    5.Maling dan;
+   Polisi...”.
Jika bisa mengajak sesama pemuda pelopor, untuk tidak berbuat 5 M di atas, maka pemuda itu bisa disebut juga sebagai seorang pelopor.

Pemuda Pelopor Kreativitas
Kreativitas pemuda yang sangat diperlukan oleh masyarakat, saat mereka bertugas melaksanakan SM2L ini atau hal-hal lain daal wilayah Kalimantan Tengah, dunia kewirausahaan sungguhlah beragam. Para pemuda sangat bagus kalau punya kreativitasnya saat di lapangan. Walau menanamkan nilai kewirausahaan, sungguhlah tidak semudah membalik telapak tangan. Namun demikian, seorag pemuda ia harus punya konsep yang secara spontan muncul di lapangan, kalau ia mereka memperhatikan sumber daya alam di sekitar desa itu bisa diolah dan dijadikan sumber penghasilan masyarakat.
Sumber daya alam yang berlimpah, membuat manusia manja. Tapi kalau sumber daya manusia yang berkualitas, walau sumber daya alam yang terbatas, kalau SDMnya baik. Maka apa yang mereka hadapi di sekitar alam dapat ia olah menjadi apa saja yang akhirnya dapat menjadikan kesejahteraan manusianya.
Bagi pemuda yang kurang kreatif, mudah putus asa, suka menyalahkan orang lain, kurang mendukung terhadap keberhasilan dalam bertugas di pedesaan.

Pemuda Punya Kelebihan
Dalam bertugas melaksanakan SM2L pemuda harus punya program inovasi, karena sebagai seorang pemuda terlatih yang tentunya di tempat tugasnya dalam berkarya, tentu tidak boleh sama dengan kebanyakan orang.
Kalau seorang pemuda yang terkadang hanya beberapa orang berpen-didikan  di dewsa, maka seorang sarjana baru yang bertugas ini harus punya kelebihan dari kebanyakan orang. Seorang pemuda masuk desa harus punya kesan tersendiri dari masyarakat.
Pengembangan usaha yang cukup signikan juga dirasakan Henky Eko Sriyantono, pemilik Bakso Malang Kota Cak Eko, yang menjadi pemenang Wirausaha Mandiri 2008 kategori pascasarjana dan alumni bidang usaha boga. Sebelumnya ia baru mempunyai 80 gerai. Saat ini berkembang menjadi 135 gerai. Karyawan pun menjadi 500-an orang dari sebelumnya sekitar 300. Omzet pun rata-rata naik 20 persen per tahun. “Branding usaha juga menjadi lebih dikenal masyarakat,” ujar Cak Eko. Sumber : Booklet Tempo.
Para tokoh nasional kita dalam berbagai event memberikan berbagai konsep kewiraswastaan diantaranya seperti: ".  Kala itu, Ciputra mencontohkan Singapura memiliki wirausahawan sekitar 7,2 persen Ciputra, Fransiskus Saverius, Herdiman (2011) adalah:"…Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah penduduk…, dan Amerika Serikat memiliki 2,14 persen entrepreneur. Bagaimana dengan Indonesia? 
Kalau kita memperhatikan terihadap manusia kita 220 juta lebih penduduk, Indonesia hanya memiliki sekitar  400.000 pelaku usaha mandiri, atau sekitar 0,18 persen  wirausahawan dari jumlah penduduknya. Hal ini tentu memrihatinkan. Padahal, menurut pendiri University  of Ciputra Entrepeneurship Center (UCEC) ini, potensi Indonesia  terbilang besar. Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah siap diolah. Indonesia termasuk dalam ranking 10 besar penghasil tembaga, emas, natural gas, nikel, karet, dan batubara. Dan, masih  banyak lagi keunggulan komparatif yang kita miliki. Karena itu,  jika menyedikan stok enterpreneur yang cukup dan potensial,  Indonesia bisa menjadi pemain internasional yang handal.
Peraih penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)  Ernst and Young Entrepreneur tahun 2006 bernama: Bambang Ismawan  mengatakan:”... wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit...”. Hal itu  dapat dilihat dari minat dan pelaku wirausaha muda yang semakin  bertumbuh. Namun dibandingkan jumlah penduduk, jumlah entrepreneur  muda yang kita miliki memang masih sangat kurang.
Rendahnya minat dan pertumbuhan wirausahawan muda, menurut: Bambang (2006), Wiswawa (2011) adalah:”... terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan keluarga sang anak. Orang tua lebih banyak mengharapkan anaknya bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai kantor. Pasalnya, pekerjaan seperti itu dinilai memiliki risiko kecil dibandingkan menjadi pengusaha. "Orang tua menginginkan anak mereka mendapatkan gaji tetap setiap bulan, daripada harus menunggu keuntungan yang memakan waktu lama...".
Harapan orang tua ini didukung pula oleh lesunya sektor kewirausahaan dalam negeri. Sektor ini dinilai memiliki risiko tinggi, sementara itu kurang menjanjikan penghidupan yang layak. Karena itu, orang tua petani rela mengeluarkan biaya tinggi untuk menyekolahkan anaknya agar mereka tidak kembali kepada pertanian. Bambang mencontohkan, tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih banyak menjadi wartawan atau pegawai, daripada menjadi petani.
Selain pengaruh lingkungan dalam keluarga, kata Bambang, rendahnya minat kaum muda terjun dalam bidang wirausaha, juga disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan yang kurang mendukung. Pendidikan malah tampil sebagai alat untuk menumpulkan semangat berwirausaha. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kewirausahaan. Karena itulah, Bambang mendesak agar pendidikan, terutama pendidikan tinggi segera dibenahi.
Desakan agar perguruan tinggi melakukan pembenahan - bahkan perubahan paradigma - juga disuarakan Ciputra. Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya jumlah entrepreneur di Indonesia adalah sistem pendidikan yang hanya fokus pada penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan enterpreneur-enterpreneur potensial.
"Setiap tahun, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan pengangguran, karena mereka tidak didorong untuk menjadi pelaku wirausaha," ujarnya.
Menurut Ciputra, setiap tahun perguruan tinggi Indonesia melahirkan sekitar 750 lebih sarjana yang menganggur. Karena itu, tantangan perguruan tinggi di Indonesia ke depan, katanya, adalah melahirkan wirausahawan muda. 
Menjawab tantangan itulah Ciputra mendirikan sekolah yang fokus pada upaya mengembangkan semangat kewirausahawan siswa, seperti Sekolah Ciputra, Sekolah Citra Kasih, Sekolah Citra Berkat, Sekolah Global Jaya, Sekolah Pembangunan Jaya. Terakhir, ia mendirikan University of Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC). Program yang disiapkan UCEC antara lain mempersiapkan modul pengayaan kewirausahaan untuk kurikulum nasional, mengembangkan kurikulum kewirausahaan di Universitas Ciputra, dan mengadakan pelatihan tiga bulan kepada masyarakat.
Selain dukungan keluarga dan perguruan tinggi, pertumbuhan wirausahawan muda juga membutuhkan peran dunia usaha dan lembaga dunia usaha. Bambang memberi contoh peran pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Organisasi ini seharusnya tidak hanya mendorong lahirnya pengusaha kaya dan bergerak dalam bidang usaha yang membutuhkan penyertaan modal tinggi, tapi juga harus mendorong munculnya pengusaha kecil yang bergerak dalam sektor kecil dan mikro (UMKM).
Menurut: Very Herdiman dan Bambang, (2011) bahwa Potensi sektor UMKM,  sesungguhnya sangat menjanjikan. Dari seluruh entitas dunia usaha yang kita miliki, 95 persen (43 juta) merupakan usaha yang bergerak dalam sektor usaha mikro. Data ini, kata Bambang, memperlihatkan bahwa Indonesia potensial melahirkan wirausahawan yang bergerak dalam usaha mikro dan kecil. 

Daftar Pustaka

Arfani, M. Saad, 2011. Jauhnya Sekolah Jadi Penyebab Anak-anak Pedesaan Tidak Melanjutkan Pendidikan, Kompas, Jakarta.
Bambang, Ismawan 2006. wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit, Jakarta.
Bambang (2006), Wiswawa (2011). Wiraswasta terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan keluarga, jurnal UKM, Jakarta.
Ciputra, Fransiskus Saverius, Herdiman, 2011.Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah penduduk, Kabar Wiraswasta Muda, Jakarta.
Darlan, H.M. Norsanie, 1983 Pendidikan Kewiraswastaan, PLS, FKIP Unpar, Palangka Raya
------------, 2003. Ceramah Umum Kepada Pejabat Eselon III dan IV dalam rangka Diklat Pim III  di Badan Diklat Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya.
------------ 2011. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Di Kalangan Pemuda, Dinas Pemuda Dan Olahraga, Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya
Eko. Cak, 2011. Berkembang Bersama Mandiri, Sumber : Booklet Tempo, Jakarta.
Hasan Alwy, 2000. Kamus Besar Bahasan Indonesia, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Herdimand, Fransiskus Saverius, 2011. Suatu Bangsa Akan Maju Bila Memiliki Jumlah Entrepreneur (wirausahawan) di Amerika Serikat, New York.
Herdiman, Very, dan Bambang, 2011. Wirausaha Mulai dari Lingkungan Keluarga, Jakarta.
Ismawan, Bambang, 2006. Peraih penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship), Internet.
Mubarok, Husein, 2009. Wirausaha Untuk Mengatasi Perampokan Ekonomi Bangsa, mahasiswa  jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi,UGM, angkatan, Yogyakarta.
Moeliono, Anton, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Kementrian Pendidikan Nasional RI, Jakarta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Siregar, Huala,  1991. Mendefinisikan Pemuda Pelopor Manusia Merdeka, Berkarya Tanpa Pamrih, Jakarta.
Setiawan, Budi, 2010. Tujuan program Pemuda Pelopor, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Jakarta.
Sriyantono, Henky, Eko, 2008. pemilik Bakso Malang Kota Cak Eko, yang menjadi pemenang Wirausaha Mandiri, Malang.
Wiswawa, I.K.Alit, 2011. Pengembangan Ekonomi Mikro, berbasis pada kearifan lokal, Makalah Seminar hari jadi kota Palangka Raya.
H.M.Norsanie Darlan, guru besar PLS Universitas Palangka Raya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar