Selasa, 03 Juli 2012

BANYA ORANG TIDAK TAHU APA ITU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Oleh:
H.M.Norsanie Darlan

Terkadang orang sering bertanya apa itu pendidikan luar sekolah? Pendidikan luar sekolah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, secara jelas ia masuk dalam 3 jalur pendidikan. Pertama: Pendidikan formal, Kedua: Pendidikan Nonformal, dan ketiga: pendidikan informal. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari satu persatu jalur pendidikan itu, secara sederhana sebagai berikut:

1.Pendidikan Formal yang termuda
Pendidikan formal yaitu sistem persekolahan yang mana anak sampai dewasa bisa belajar disana. Karena pendidikan formal ini sejak sekolah dasar (SD) sampai pendidikan tertinggi. Artinya pendidikan formal berjenjang dari sekolah dasar, SLP, SLA, Perguruan Tinggi yang menghasilkan Diploma dan S-1, kemudian Pendidikan Tertinggi yaitu Pascasarjana yang menelurkan Magister dan Doktor.
Pertanyaan berikut bagai mana pendidikan nonformal. Pendidikan non formal ini proses pendidikannya ada yang formal dan ada pula yang murni pendidikan di luar sistem persekolahan. Pendidikan nonformal atau PLS ini, yang disebut formal ada di beberapa perguruan tinggi. Kalau di IKIP masa lalu dan dewasa ini disebut dengan Universitas Negeri seperti IKIP Malang disebut dengan Universitas Negeri Malang (UNM), di Jakarta Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tapi IKIP Bandung menyebut diri UPI artinya Universitas Pendidikan Indonesia. Di IKIP sebutan lama jurusan PLS ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Bagaimana kalau di Universitas ? PLS ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tapi tidak semua FKIP di Universitas Memiliki Jurusan/Program Studi PLS. Untuk Kalimantan hanya ada di Universitas Palangka Raya. Universitas Tanjung Pura (Untan), Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Lambung Mangkutan tidak bisa mendirikan, karena tenaga dosennya belum mencukupi. Demikian juga di perguruan tinggi lainnya.

2.Pendidikan Nonformal
Pendidikan Luar Sekolah yang berada betul-betul di luar sekolah seperti pada: Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang harusnya ada di seluruh kabupaten. Namun kalimantan tengah baru 7 kabupaten yang memiliki SKB. Pendidikan luar sekolah juga ada di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Untuk kota Palangka Raya ada 18 PKBM yang aktif dan sejumlah PKBM yang memerlukan uluran tangan pihak terkait. Apa sebenarnya tujuan berdirinya PKBM ?. PKBM didirikan adalah karena kesadaran para anggota masyarakat terhadap nasib para warga masyarakat yang karena sesuatu dan lain hal mereka tidak sempat menikmati pendidikan formal dimasa mudanya. Setelah dewasa ia baru sadar pentingnya belajar. Mau masuk ke SD tidak mungkin, karena faktor usia. Maka PKBM akan memapung mereka untuk belajar kembali. Dengan program paket A dan ijazah mereka berdasarkan Undang-Undang setera dengan SD. Paket B setara SMP dan paket C setara dengan SMA.
Dalam PKBM juga berbagai program belajar di masyarakat tersedia  Keberagaman dimaksud  adalah bermacam-macam kursus seperti: kursus menjahit, menyetir, fotografir, komputer, sablon, salon kecantikan, tata rias, kursus bahasa, kesetinian, dan lain-lain. Seluruhnya menggunakan waktu yang relatif pendek, tapi berguna dan dapat menolong warga belajarnya dalam mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Dan jangan hanya terbatas pada program pemberantasan buta huruf. Tapi PLS berpikir jauh dari itu.
Kalangan pejabat sering tidak mengenal pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal ini. Pada ia sebelum atau setelah baru menjabat ikut Diklat kepemimpinan tingkat IV, III, II dan I. Hal itu adalah proses di luar sekolah. Artinya kursus kepemimpinan seperti ini ditak pernah diselenggarakan di persekolahan, melainkan melalui jalur pendidikan luar sekolah.

3.Pendidikan Informal
Sekarang bagaimana yang disebut pendidikan informal ?. pendidikan informal adalah pendidikan tertua di dunia. Karena belajar dari sejarah pendidikan bahwa pendidikan informal ini sejak zaman Nabi Adam sudah terjadi. Karena pendidikan ini berada dalam keluarga.
Pendidikan dalam keluarga ini yang disebutkan dalam teori Tabolarasa, anak yang terlahir dalam sebuah keluarga itu bagaikan kertas putih. Maka lingkungannya yang memberikan warna terhadap anak itu.
Kita sama maklumi jika anak berasal dari keluarga nelayan. Sangat mustahil kalau ia tidak mengerti cara menangkap ikan. Demikian juga jika anak terlahir di keluarga perkebunan. Anak akan bisa dengan mudah melakukan tanaman karena ia sejak dari lahir sudah melihat dari ayah ibu, nenek kakeknya dalam berkebun walau dengan serba sederhana.
Dalam kesempatan ini, penulis mengemukakan kenapa 2 atau 3 pelita lalu, putra dan putri kalteng dalam PON mendulang piala emas dicabag olah raga dayung. Karena saat itu jalan darat belum menjadi primadona berbagai even ke mana-mana. Zaman penulis masa sekolah, anak sebelum sekolah sudah bisa berenang dan mendayung. Karena mau kesekolah harus ke desa seberang. Kalau tidak bisa berenang, orang tua murid enggan melepas anaknya untuk sekolah. Para petani ke ladang harus naik perahu. Sehingga putra-putri kita saat itu menjuarai olah raga dayung. Karena mendayung muncul dalam pendidikan informal. Petalihan hanya senambah teknik meraup kemenangan. Sekarang kita ketahui bersama bahwa jalan sungai sudah mulai ditinggalkan. Karena jalan darat lebih mudah, lebih cepat untuk perjalanan dari desa ke desa. Namun cabang olahraga dayung kejuaraan hanya sebagai kenangan masa lampau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar