Sabtu, 07 Juli 2012

EVEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM PAUDNI





Oleh :

H.M.Norsanie Darlan
Pendahuluan
Dalam Pembangunan Dunia Pendidikan Dewasa ini, upaya pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sungguh mulai menggembirakan. Namun jika dikaji secara mendalam memang memerlukan keterlibatan berbagai komponen masyarakat, dan pemerintah.
Dalam penulisan materi kali ini, akan diuraikan berbagai hal sejak memperhatikan terhadap efektivitas kerja, pengelolaan program, prinsip tahapan secara sederhana apakah perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pekerjaan yang kita programkan. Untuk lebih jelasnya uraian tersebut, secara sederhana diuraikan sebagai berkut:

Pengertian Efektivitas Kerja
Pengertian Efektif menurut Moeliono (1989; 219) dan Poerwadarminta (1986) adalah:”…yang dapat membawa hasil atau dengan kata lain berhasil guna tentang suatu tindakan dalam usaha tindakan…”.

Pengertian efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuannya tepat atau peralatan-peralatan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas adalah hasil membuat keputusan untuk menunjukkan pengarahan tenaga kerja bawahan atau disebut juga manajemen efektivitas kepemimpinan, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan.

Efektivitas adalah keadaan dan kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia atau seseorang untuk memberikan guna yang diharapkan. Untuk melihat efektivitas kerja pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu: Pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja
Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan melakukan program dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dapat menentukan efektivitas kerja karyawan berhasil dilakukan dengan baik atau tidak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Tugas bawahan dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan pemberitahuan (komunikasi) tentang pendelegasian tugas/tanggung jawab serta adanya evaluasi kerja dari pimpinan. Ada 8 Faktor   yang mempengaruhi efektivitas kerja dalam organisasi, dapat pula kita lihat pada hal-hal berikut ini:

1. Waktu
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit.

2. Tugas
Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan kepada karyawan tidak juga dilepas begitu saja. Seorang manajer perlu dilakukan pngawasan namun tidak perlu mencampuri pekerjaan mereka.

3. Produktivitas
Seorang karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik demikian pula sebaliknya. Sebagai manajer ia memotivasi karyawan lain agar mereka merasa dilibatkan. Disaat itu pula seorang pemimpin melihat hasil kerja karyawan keseluruhan. Apakah yang lain termotivasi atau tidak dalam pekerjaan itu.

4. Motivasi
Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi karyawan untuk bekerja secara positif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan. Disini peran atasan dalam menjalankan suatu roda pekerjaan apakah motivasi yang muncul itu memang dari dalam (intrensic) terhadap pkerjaannya. Ataukah motivasi dari luar (extrensic) karena melihat kawan sekerjannya bekerja baik, maka ia ikut juga mempertahankan atau meningkatkan kualitas kerjanya.

5. Evaluasi Kerja
Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikan untuk dievaluasi tugas terlaksana dengan baik atau tidak. Dorongan bantuan dan informasi seperti ini, juga salah satu upaya meningkatkan efektivitas dalam PAUDNI kita.

6. Pengawasan
Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam pelaksanaan tugas. Pengawasan disini lebih dari yang dijelaskan di atas seperti upaya produktivitas dan motivasi. Tapi pengawasan dengan tujuan pembinaan. Pengawasan bisa dilakukan langsung seoran pimpinan menemui bawahan. Tapi bisa juga secara tidak langsung tapi tujuannya untuk alasan tidak tersedia waktu, namun perlu menciptakan pengawas orang lain guna perpanjangan tangan pimpinan.

7. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu bekerja. Tempat kerja juga tidak perlu terlalu sepi. Upaya banyak orang ada TV, Radio membuat suasana lingkungan kerja jadi hidup.

8. Perlengkapan dan Fasilitas
Adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam bekerja. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi kelancaran karyawan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang disediakan oleh kantor atau perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan. Demikian sebaliknya.
Sehubungan dengan 8 hal di atas, maka akan tercipta hal-hal tersebut di atas, Nitta, Puspitasari,  (2009) adalah:
”…1)mengembangkan wawasan, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan komunikasi secara profesional;
2) membawa peserta didik melaksanakan proses matematika;
3) mengemukakan pendapat dan pikiran dengan jelas dan dalam tingkat keresmian yang tinggi secara lisan dan tulisan; dan yang paling penting
4)meningkatkan kemampuan peserta didik mengemukakan temuan dan ide matematika dengan bahasanya sendiri (mathematical communication) serta meningkatkan daya abstraksi peserta didik….”.
Untuk lebih jauh kita dalam membicarakan tentang efektivitas pengelolaan PAUDNI ini, mari kita lihat hal-hal sebagai berikut:

Beda Efektivitas dengan Efisiensi
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
Untuk melihat bagaimana sebuah pengertian pengelola program, prinsip, tahapam pelaksanaan sejak dari perencanaan, pelaksanaan dampai pada evaluasi akan diuraikan berikut ini:

1.Pengertian Pengelolaan Program
Berbicara apa arti pengelolaan secara sederhana Rokhmin Dahuri (2001) lebih menjelaskan mengenai definisi dan pengertian Pengelolaan dengan menggunakan beberapa pemahaman:
Definsi adalah:“…Proses Pengelolaan yang mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan pembangunan (manusia) yang terdapat secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut…”. Efektivitas pengelolaan program PAUDNI tidak lain adalah suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang tentunya tidak lain adalah peningkatan Sumber Daya Manusia. Dan kepentingan ilmiah dengan pengelolaan pembangunan dalam menyusun dan mengimplementasikan suatu rencana terpadu untuk membangun (memanfaatkan) dan melindungi ekosistem pesisir beserta segenap sumberdaya alam yang terdapat didalamnya, bagi kemakmuran/kesejahteraan umat manusia secara adil dan berkelanjutan.
Menurut akhli perencaan Mulyasa (2006; 91) adalah: “... suatu pengelolaan yang merupakan keterampilan untuk menciptakan suatu iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikan penyajian terjadi ganggunan dalam proses pembe;ajaran…”.
Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah, 2006:177) yaitu:”...Pengelolaan kelas adalah upaya mendaya-gunakan potensi tempat belajar...”. Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) adalah:”...Manajemen atau pengelolaan kelas dapatdiartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberiankesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatanyang kreatif dan terarah...”. Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat bahwa:”... penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapatterlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan...”.
Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut  pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelasmerupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematisyang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuankurikuler dapat tercapai.

2.Tahapan Program
    a. Perencanaan Kegiatan
Aspek-aspek pengembangan menurut Rohmin Dahuri (2001) pengaturan harus berorientasi kepada 4 aspek masing-masing:
(a)jenis kegiatan yang akan dikembangkan didalam sesuatu pengembangan agar dapat disinergikan secara optimum dengan kegiatan lainnya sesuai dengan daya dukungnya;
(b)volume kegiatan antara setiap jenis kegiatan perlu ditetapkan pembatasannya agar tidak memberikan pengaruh negatif terhadap jenis-jenis kegiatan lainnya. Untuk itu perlu ditetapkan baku mutu untuk setiap komponen sumberdaya sesuai dengan peruntukannya;
(c)Introduksi Teknologi perlu disesuaikan dengan upaya mempertahankan baku mutu setiap komponen sumberdaya yang telah ditetapkan. Misalnya introduksi paket teknologi untuk tambak intensif perlu dicegah mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya;
(d)Pengembangan Sarana dan Prasarana disesuaikan dengan program yang mempergunakan prinsip “More uses less area”.

Proses Penyusunan rencana program dilakukan dengan pemanfaatan secara optimal pada sumber daya manusia. Artinya bahwa pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengabaikan kepentingan generasi masa datang. Untuk itu azas-azas rencana yang efektif dalam pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan yang dapat diterapkan adalah:

    b. Pelaksanaan
Setelah kita membicarakan tentang perencanaan, maka di bagian ini akan diuraikan secara sederhana tentang implementasi program sebagai berikut:
Dengan pelaksanaan ini, menurut Inne, (2009) adalah :
• Terdiri dari aktivitas atau even apakah program yang akan/
   sedang/telah berjalan itu?
• Metode apa yang digunakan dalam menjalankan program?
• Siapa yang sebenarnya menjalankan program dan
  seberapa baik mereka melakukannya?
• Siapa yang berpartisipasi dan dalam aktivitas apa?
  Apa semua pihak yang telibat memiliki akses yang adil terhadap program?
• Sumber daya dan input apakah yang di investasikan dalam program?
• Apakah sumber daya keuangan dan manusia tersedia dengan cukup?

Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Rencana
      Pada tahap implementasi (pelaksanaan) pada perencanaan, diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya, seperti masyarakat itu sendiri, tenaga pendamping dan pihak lainnya.  Selain itu juga diperlukan koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dan ego sektoral.  Dalam hal ini diperlukan adanya lembaga pelaksana yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan seperti Pemerintah Daerah, masyarakat lokal, Investor/swasta, instansi sektoral, Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Pada tahap implementasi (pelaksanaan) ini juga diperlukan kesamaan persepsi antara masyarakat sekitar dengan lembaga atau orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga masyarakat benar-benar memahami rencana yang akan dilaksanakan.
Untuk diketahui pula ada kendala SKB di kabupaten/kota yang telah bersudah payah mengajukan permohonan ke DPRD, tentunya melalui Dinas Pendidikan dan pimpinan daerahnya. Namun ternyata usulan anggaran yang diharapkan buat masyarakat kelas bawah ini, tidak kunjung tiba. Bagaikan cerita di TV-0ne yang pihak KPK telah berupaya meminta untuk anggaran  pembangunan gedung, namun DPR-RI merasa pasti tidak mendapatkan imbalan. Kalau mendapat imbalan pasti 2 hal yang dihadapi. Imbalan: pertama akan mendapatkan uang segar; yang kedia akan mendapatkan hukuman seperti halnya sejumlah anggota DPR-RI yang menjadi kasus di KPK.
Menurut Zamani dan Darmawan (2000) kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap implementasi ini adalah:
“…(1)Integrasi ke dalam masyarakat, dengan melakukan pertemuan dengan masyarakat untuk menjawab seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan konsep dan mengidentifikasi pemimpin potensial yang terdapat di lembaga masyarakat local;
(2)Pendidikan dan pelatihan masyarakat, metoda pendidikan dapat dilakukan secara non formal menggunakan kelompok-kelompok kecil  dengan cara tatap muka sehingga dapat diperoleh informasi dua arah dan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dalam konsep penerapan;
(3)Memfasilitasi arah kebijakan, dalam hal ini segenap kebijakan yang berasal dari masyarakat dan telah disetujui oleh koordinator pelaksana hendaknya dapat didukung oleh pemerintah daerah, sehingga kebijakan bersama tersebut mempunyai kekuatan hukum yang jelas; dan
(4) penegakan hukum dan peraturan, yang dimaksudkan agar seluruh pihak yang terlibat akan dapat menyesuaikan tindakannya dengan hukum dan peraturan yang berlaku...”.
Dan kita sama maklumi bersama bahwa secara sederhana dalam implementasi (pelaksanaan) ada banyak program yang harus dipikirkan dan bagaimana menuntaskan seperti:
1.Pendidikan Keaksaraan Fungsional;
2.PAUD;
3.Kesataraan
4.Kursus Wirausaha Pedesaan (KWD)
5. Kursus Wirausaha Pedesaan ( KWD) dan Perkotaan (KWK)
6. Penyelenggaraan Magang/Beasiswa
7.Pendidikan Mata Pencaharian ( kelompok Belajar Usaha)
8.Dan berbagai program lainnya.
Dari sekian program di atas, masih banyak lagi yang tak dapat penulis sebut satu-persatu dalam tulisan ini. Namun program-progam yang ada tersebut sungguh besar manfaatnya dalam membantu dalam upaya mencerdaskan kehidupang bangsa. Sehingga harapan kita semua bahwa akan tercipta efektivitas pengelolaan PAUDNI dengan baik dan lancar.

    c. Evaluasi
      Monitoring dan Evaluasi
 Bila berbicara tentang monitoring dan evaluasi, yang dilakukan sejak dimulainya proses perencanaan dan implementasi dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas kegiatan, permasalahan yang timbul dalam implementasi kegiatan.  Monitoring dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada.  Setelah monitoring selanjutnya dilakukan evaluasi bersama secara terpadu dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan.  Melalui evaluasi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada guna perbaikan untuk pelaksanaan tahap berikutnya.
Efektivitas Pengelolaan Program PAUDNI ini di masyarakat sesuai dengan prinsip Ko-manajemen perikanan yaitu pembagian atau pendistribusian tanggung jawab dan wewenang antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengelola sumber daya perikanan.
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris). Suchman (1961 ,dalam Anderson 1975)   yang ditulis (dalam Inne, 2009) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Stufflebeam (1971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternative keputusan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk megumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya infromasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum,program dapat diartikan sebagai rencana. Apabila program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Ciri-Ciri Dan Persyaratan Evaluasi Program
Evaluasi memiliki ciri-ciri dan persyaratan:
a.Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi peneliti pada umumnya.
b.Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berfikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang dievaluasi.
c.Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor penentu bagi keberhasilan program.
d.Menggunakan standar, kriteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh untuk mengambil kesimpulan.
e.Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria atau tolak ukur.
 f.Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indicator komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indicator dari program yang dievaluasi.
g.Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar