Minggu, 08 Juli 2012

MENGENALI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN



Oleh:
H. M. Norsanie Darlan
Pendahuluan
Dalam tulisan yang yang sederhana ini membahas tentang mengenali pendidikan karakter dalam Proses pengembangan pembelajaran ini, sungguh sulit ditemukan/dicari buku sumber. Apakah judul buku secara khusus ataukah dalam jurnal-jurnal ilmiah lainnya. Namun penulis mencoba mengurai hal ini dan mengambil berbagai sumber tulisan terdahulu, dengan keterkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi saat ini, sambil melacak info mealui media internet..
Untuk mengetahui secara rinci hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan di atas, penulis satu-persatu akan mengurai materi ini, dari berbagai pendapat ahli, Sekelumit Pendidikan, Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter,
Peran Pendidikan Karakter dari Guru, dan Sistem Belajar Membelajarkan, Mengenali 3 Jalur Pendidikan, Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan, Cita-Cita Bangsa, Life-long Education, Kegagalan Pendidikan Formal, Konsep Pendidikan Luar Sekolah Ke Masa Depan, Kualifikasi Pendidik, Promosi dan Sertifikasi, Dalam Menggulir Bola Panas, tentang Karakter Bangsa, Karakter Bangsa yang diharapkan, Karakter bangsa yang ber-etika dan Pendidikan Tidak Semata Tugas Guru. Dari berbagai sub permasalahan di atas akan diuraikan secara sederhana satu demi satu berikut ini:

Berbagai Pendapat Ahli Pendidikan
Berbicara tentang pendidikan, banyak pendapat ahli yang dirasa perlu untuk kita uraikan guns mencari apa dan bagaimana bentuk pendidikan tersebut. Kamus umum bahasa Indonesia karangan WIA. Poerwadarminta, (1986; 520), menyebutkan tentang: konsep itu berarti "rancangan". Dengan demikian maka konsep disini berarti rancangan materi perkuliahan yang ada pada jurusan dimaksud.
Rancangan perkuliahan tentu memerlukan suatu adanya gambaran yang akan dilaksanakan pada suatu ketentuan tertentu. Jadi rancangan pembelajaran ini dapat jugs penulis jadikan dengan istilah dasar (pengantar) dalam rancangan pendidikan luar sekolah yang sebenarnya.
Jadi yang dimaksud dengan konsep adalah "rancangan", sebagai mana pengertian di atas. Sedangkan pengertian PLS itu penulis kutip tulisan: M Soedomo dalam bukunya berjudul : Pendidikan Non Formal di Indonesia, Malang tahun 1974. menyebutkan :
"Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kesempatan dimana dan terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, di luar sekolah, di mana seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta aktif yang efisien dan efektif dalam keluarganya, pekerjaannya bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya".

Sedangkan penulis mengambil pengertian tentang pendidikan luar sekolah adalah : suatu pendidikan yang dilaksanakan di luar sistem persekolahan.
Jadi jelas bagi kita bahwa pendidikan luar sekolah dalam arti konsep, merupakan suatu konsep (rancangan) pendidikan yang berpikirnya di luar pendidikan sistem persekolahan (formal). Artinya ia lebih menitikberatkan terhadap pendidikan di kalangan masyarakat. Sehingga terlihat jelas beda antara pendidikan di bidang studi PLS ini, dari pada bidang studi lainnya.
Bila kita mengurai apa itu pendidikan, maka secara luas pendidikan (Lat.: educare = mengantar keluar). Proses membimbing termasuk membimbing jamaah haji seperti yang kita hadapi sekarang adalah bimbingan dari manusia kepada manusia. Menurut Shadily (1984; 2627) Dari "....kegelapan kebodohan ke kecerahan pengetahuan...". Dengan demikian pendidikan sangat panting dijadikan salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM bangsa. Sebab tanpa memiliki SDM yang memadai bangsa akan menjadi sapi perch bangsa lain di planet bumi ini.

Karakter
Mengenai apa itu karakter, Moeliono (1989; 389) dan Poerwadarminta (1986) menyebutkan:"...sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain...".
Sedangkan menurut: Esau dan Yakub (2010) dalam kamus umum bahasa Indonesia, adalah:"...karakter ialah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain...". Kemudian Leonardo A Sjiamsuri (2010) dalam bukunya "'Kariama Versus Karakter" mengatakan bahwa karakter adalah:"...merupakan siapa ands sesungguhnya...". Sedangkan karakter dalam arti PLS, menurut Sutaryat (2010) bahwa:"...dalam menyusun kurikulum bersifat fleksibelitas bagi pamong, tutor, instruktur dapat dilaksanakan dengan musyawarah dengan WB dan dalam penggunaan metoda pembelajaran yang bersifat partisipatif...". Hal ini menunjukkan kepada kegunaan dan keunggulan suatu produk manusia. Dengan demikian karakter yang dimaksudkan adalah sikap yang jujur, rendah hati, sabar, tutus ikhlas dan sopan dalam pergaulan. Artinya tidak berkarakter atau tabiat yang keras. Sebagai tenaga guru yang dalam jabatan fungsional, tentu harapan kita semua punya karakter yang santun, murah hati, berwawasan luas dan bisa mengayomi kepada semua orang. Termasuk anak didiknya.

Proses
Pengertian proses menurut Hasan Alwi (2000) adalah: ”...sebuah runtunan perubahan (peristiwa) dalam sesuatu perkembangan. Istilah lain perkembangan kemajuan sosial dalam perjalanan tertentu....”.  Dengan demikian, proses dimaksud tidak lain adalah cenderung dalam bidang pendidikan.Kita sama mengetahui bahwa setiap orang mendapatkan konsep pembelajaran apakah ia orang muda ataukah dewasa, tentu akan mendapatkan suatu proses dalam pendidikan. Dari tahap yang sederhana, hingga yang lebih tinggi.

Pengembangan
Menurut Hasan Alwi (2002; 538) adalah:"...suatu proses mengembangkan secara bertahap yang selalu berusaha menjurus pada suatu sasaran yang diinginkan...". Termasuk bahan ajar yang dipegang oleh kalangan pendidik baik dalam jalur formal maupun non formal. Pengembangan bahan ajar harus berkembang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Perangkat
Memperhatikan apa sebenarnya arti perangkat, menurut Alwi Hasan (2002) adalah:"...sesuatu peralatan yang lengkap untuk sesuatu kegiatan. Dalam pemerintahan desa tentu ada kepala desa, sekretaris desa dan sekretariatnya. Bagi kalangan guru, media belajar, mated belajar disertai peralatan penunjang lainnya...". Penulis lebih menitikberatkan perangkat dimaksud adalah: peralatan dalam proses belajar mengajar. Lebih jauh lagi dalam hal pengakat pembelajaran, tentu buku sebagai jantung pendidikan. Tanya buku materi belajar seorang guru, tentu tidak memiliki perangkat belajar mengajar yang baik. Dengan demikian seseorang yang telah memilih jabatan fungsional guru, ia harus memperhatikan pengangkat belajar mengajar. Baik secara tradisional maupun modem. Alangkah indahnya jika seorang guru punya kreativitas dalam rangcang bangun dan rekayasa bahan ajar. Termasuk juga segala perangkatnya. Perangkat di sini dapat juga berupa media belajar.

Pembelajaran
Sedangkan Pembelajaran menurut Moeliono (1986) dan Alwi Hasan (2002) adalah:"...suatu proses, cara perbuatan mengembangkan sesuatu program tertentu....". Dalam masalah ini, pengembangan berarti suatu proses pembuatan media belajar yang dikembangkan dari tahap dasar hingga yang lebih maju.
Seorang guru yang mempunyai kreativitas dalam merancang bangun dan rekayasa mated pembelajaran, maka ia akan memiliki nilai lebih dibanding sejawatnya yang bersifat pasif dan menunggu bahkan selalu menyalahkan kreativitas orang lain.
Dikalangan dosen mereka yang punya kreativitas dan memiliki minat, bakat, motivasi tinggi Berta tidak mudah putus asa. Maka nasibnya jauh lebih baik dan maju dalam berbagai hal, dibanding dengan dosen yang hanya bersifat pasif, sutra menyalahkan dan hanya sebatas menunggu dengan apa adanya.

Sekelumit Pendidikan
Arti Pendidikan menurut Shadily (1984; 2628) adalah:"...berdasarkan sejarahnya didirikan di Yogyakarta dalam akhir December 1931, atas anjuran Sutan Syachrir, oleh anggota-anggota PNI lama yang tidak setuju dengan membubaran PNI – Lama yaitu perikatan golongan merdeka yang semula bergabung dalam club pendidikan nasional Indonesia. Para pemimpinnya ialah Mohamad Hatta. Sutan Syachrir, Sukemi, Inu Perbatasari, T.A. Murad, Subagyo. Tujuan: membangun masyarakat berdasarkan Baling kerjasama dan persamaan hak, dan yang membahas dari segala unsur KAPITALIAME, IMPERIAUSME. Menghapuskan masyarakat berkelas, milik perseorangan, dan alat produksi ditangan negara. Berhaluan non koperasi. Atas tuduhan menghasud pemberontakan, beberapa pemimpinnya ditangkap: Moh. Hatta, Sutan Syachrir, Maskun, Burhanuddin, Murwoto, dan Bondan, dibuang ke Digul hulu (1934).
Bila kita mengurai apa itu pendidikan, maka secara luas pendidikan (Lat.: educare = mengantar keluar). Proses membimbing termasuk membimbing jamaah haji seperti yang Vita hadapi sekarang adalah bimbingan dari manusia kepada manusia. Menurut Shadily (1984; 2627) Dan "....kegelapan kegelapan kebodohan ke kecerahan pengetahuan...". Dalam arti luas, pendidikan baik yang formal, nonformal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia di mana mereka itu hidup. Menurut pendidikan terbagi dalam 3 macam seperti secara sederhana telah diuraikan di atas yakni:
1.       Dresur yakni pendidikan yang berdasarkan paksaan; dilakukan pada anak-anak yang umurnya belum 1 tahun;
2.       Latihan, dimaksudkan untuk membentuk kebiasaan yang dilakukan sedapat-dapatnya secara radar oleh anak didik;
3.       Pendidikan, dimaksud untuk membentuk kata hati; anak didik, warga belajar agar berbuat menurut kesanggupan sendiri, dan menentukan kelakuan sendiri atas tanggung jawab sendiri pula.
Pendidikan dimaksud diberikan agar mereka sampai dianggap sanggup berdiri sandhi pada bidangnya. Dalam jalur pendidikan-pendidikan orang dewasa tentu pendidikan tidak semudah pendidikan formal. Pendidikan orang dewasa menurut: Lyra Srinivasan (1981; 20) bahwa:"...lebih cenderung menggunakan pendekatan tersendiri, karena warga belajarnya orang dewasa ini jauh berbeda dengan yang lain, maka pendekatannyapun tidak semudah pada jalur pendidikan formal. Pendidikan orang dewasa lebih banyak menggunakan andragogi suatu teknologi keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pendidikan orang dewasa itu sendiri...".
Pendidikan orang dewasa menurut tokoh di atas sangat luas. Memerlukan beberapa pendekatan. Karena kita ketahui bersama bahwa pendidikan kepada mereka yang tidak pernah bersekolah atau karena putus sekolah itu, mereka harus mengikuti pendidikan nonformal, dengan harapan mereka akan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap psikologis, khas diantaranya: memiliki rasa rendah did jika berada di ruang belajar. Walau secara praktek jika ia mengemukakan suatu pengalamannya ada kalanya jauh lebih baik dalam pada bidang tertentu dibanding mereka yang telah memperoleh pendidikan formal.

Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Karakter
Esau dan Yakub (2010) Seorang anak pertama kalinya memperoleh pendidikan adalah dari keluarga. Dengan demikian keluarga dapat dikatakan adalah peletak dasar bagi pendidikan seorang anak. Artinya keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian anak. Dalam Ilmu perkembangan anak, ada 3 (tiga) teori yang mempelajari tentang pengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang, yakni :
1.       Teori Tabularasa oleh John Loche yang mengatakan bahwa kepribadian seorang anak 100% ditentukan oleh lingkungannya atau dunia lingkungan milionya. Dalam hal ini pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak. Sianak bagaikan selembar kertas putih. Dengan demikian lingkungan adalah penentu menjadi apa sianak tersebut diinginkan.
2.       Teori Nativiame oleh Scopenhover yang mengatakan bahwa perkembangan anak 100% tergantung kepada pembawaan. Dalam hal ini pendidikan tidak mempunyai peran dalam perkembangan anak sebab sudah ditentukan dari lahirnya.
Teori Convergensi oleh William Stern yang mengatakan bahwa baik pembawaan dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap hasil perkembangan anak. Dalam hal ini pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk.

Peran Pendidikan Karakter dan Guru
Jika kita mempelajari terhadap anak, mereka setelah melalui pendidikan keluarga dan mereka beranjak mulai bergaul dengan lingkungan sekitar, setelah dengan keluarga, maka teman bermain dan guru sangat besar dalam turut serta membentuk karakter anak. Peran pendidikan dalam membentuk karakter anak sebagai generasi penerus bangsa sangatlah besar. Karena guru sungguh masih punya peran dalam membentuk kepribadian anak.
Mara lalu, guru dianggap masyarakat orang pandai, terpelajar, dan perlu dicontoh baik dalam kehidupan maupun perilakunya. Untuk itu guru harus berhati-hati dalam mengemban tugasnya baik dalam menjalankan tugas di sekolah, maupun di masyarakat. Kalau guru berbuat yang kurang baik, maka muridnya-pun akan ketularan.

Sistem Belajar Membelajarkan
Sedangkan proses sistem belajar membelajarkan mahasiswa pada bidang studs (program) pendidikan luar sekolah: H.M., Norsanie Darlan, (2005) adalah :
a.       Perkuliahan diberikan sama dengan cara perguruan tinggi lainnya. Artinya tetap seperti pendidikan formal. Dan dilangsungkan dalam sistem persekolahan.
b.       Sedangkan materi perkuliahan mahasiswa diajak (diarahkan) berpikir ke luar sistem persekolahan (PLS) yang dewasa ini disebut dengan pendidikan formal.
c.       Disamping ke 2 hal di atas, mahasiswa berpraktek di masyarakat. Artinya waktu akan menyelesaikan studinya ia paling tidak praktikum selama jangka waktu tertentu di masyarakat, sesuai kebutuhannya. Selain itu juga mahasiswa PLS ikut juga praktek mengajar di sekolah-sekolah sebagai pemenuhan pendidikan formal, yang nantinya sewaktu mencari kerja ia ternyata mengambil pilihan menjadi guru, mahasiswa PLS-pun punya kemampuan ganda. Ia akan dapat menjadi guru di sekolah formal karena memiliki sertifikat akta 4 selain ijazah sarjana yang ia peroleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar