Selasa, 27 November 2012

Prof. Norsanie Darlan, Hari Guru, Perlu Kesejahteran Yang Layak




Dalam rangka hari guru nasional 2012 merupakan babak baru yang harus diperbaharui dengan mempertimbangkan permukiman guru. Sejak tahun tujuh puluhan: kaum guru mendapatkan rumah layak huni di hampir semua sekolah dasar di berbagai daerah di tanah air. Namun hingga saat ini, perumahan guru belum nampak mendapatkan perbaikan. Dengan berbagai alasan.
Sebenarnya tingkat kesejahteraan guru di pedesaan, jauh lebih baik dari kebanyakan penduduk. Hanya saja karena menempati rumah guru yang dibawah sangat sederhana ini, membuat kaum guru dianggap rendah oleh masyarakat termasuk muridnya. Karena guru mau menempati rumah-guru yang dibawah sangat sederhana itu, membuat murid yang taat dengan guru hanya di ruang belajar. Karena mereka melihat rumah tinggal guru yang lebih baik rumah tinggal orang tua murid, membuat mereka melihat guru tidak punya kekayaan seperti orang tuanya. Walau jika kita pelajari penghasil guru lebih dari cukup, jika dibanding keadaan penduduk.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan sebenarnya guru yang masa kerjanya di atas 10 tahun, sebenarnya tingkat kesejahteraan guru, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata tingkat penghasilan penduduk se tempat. Apa lagi dewasa ini dengan sertifikasi dan tunjangan daerah. Membuat kaum guru punya penghasilan yang lebih.
Masa lampau, guru adalah orang yang terhormat, guru juga orang yang terpelajar dan guru adalah orang yang serba tahu serta berepengetahuan luas. Oleh sebab itu, masa lalu rumah guru disediakan oleh penduduk, agar  dengan fasilitas yang lebih dari kebanyakan penduduk. Masa lampau, guru di mata orang tua dan murid harus dihormati. Sehingga wibawa guru sangat tinggi dan dihormati bahkan tempoe doeloe gajinya saja dibayar masyarakat. Namun dewasa ini, guru sudah digaji pemerintah, perumahan di siapkan. Karena perumahan yang dibangun tidak banyak mendapat perbaikan. Maka wibawa guru Jadi menurun. Disamping karena banyaknya guru, tingkat kualitas adakalanya kurang diperhatikan, atau ada perbuatan yang kurang disenangi masyarakat. Membuat  wibawa guru yang perlu dicari jalan untuk dipertahankan-nya.
Pada tahun 1998 saat penelitian mengenai krisis moneter negeri kita, saya turun ke pesisir melihat apakah ada hubungan kerisis moneter berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan anak nelayan. Ternyata dengan harga ikan naik, anak mereka dapat terus belajar. Sementara ditemukan seorang guru sudah 17 tahun bekerja di kawasan desa pantai. Tidak pernah sebatang pohon kelapapun ia tanam. Kenapa demikian, karena guru itu berpikiran mungkin bulan depan pindah atau tahun depan pindah. Sehingga tinggal di rumah guru, sudah 17 tahun, atap rumah yang bocor saja tidak diperbaiki.
Seharusnya guru di mana ia bertugas, segera berbenah mencari lokasi perumahan yang bakal miliknya sendiri. Sehingga dengan memiliki rumah sendiri yang juga sama dengan kebanyakan penduduk, maka wibawa guru akan kembali menjadi guru yang punya rumah lebih baik dari  kebanyak penduduk. Dan guru karena berpenghasilan yang sudah membaik, tentu lebih layak tinggal dengan rumahnya sendiri, walau dengan cara kredit Bank.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar