Rabu, 25 Oktober 2017

RETROSPEKTIF DAN PROSPEKTIF PALANGKA RAYA MENUJU IBU KOTA NEGARA

Oleh: H.M, Norsanie Darlan Pendahuluan Melirik sejarah kota Palangka Raya terdiri dari kata "Palangka dan Raya". Palangka Raya berasal dari suatu wadah Palangka (bagian muka dan belakang, melukiskan bentuk gambar Burung Elang, Enggang). Pendapat lain Y. Salillah, (1977) tentang "Palangka" adalah tempat sajen. yang menurut kepercayaan leluhur/nenek moyang suku dayak, dipakai oleh Mahatala Langit (Tuhan Yang Maha Esa) untuk menurunkan manusia pertama ke atas dunia. Kota Palangka Raya adalah kota terluas ke 3 di Indonesia. Dan Kalimantan Tengah wilayah terluas ke 2 di Republik Indonesia. Palangka Raya dapat dilihat sebagai kota yang memiliki 3 wajah; wajah perkotaan, wajah pedesaan dan wajah hutan. Namun wajah mulai dewasa ini, mulai merubah wajahnya seperti sekarang. Provinsi Kalimantan Tengah terbentuk melalui proses yang panjang. Sejarah pembentukan Pemerintahan Kota Palangka Raya adalah bagian integral dari pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957, lembaran Negara Nomor 53 berikut penjela¬sannya (Tambahan Lembaran Negara Nomor 1284) berlaku mulai tanggal 23 Mei 1957, yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pembentukan Daerah Swatantra Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958, Parlemen Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959 mengesah¬kan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959, yang menetapkan pembagian Provinsi Kalimantan Tengah dalam 5 Kabupaten dan Palangka Raya sebagai Ibukotanya. Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113°30'¬114°07' Bujur Timur dan 1°35'- 2°24' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 2.678,51 Km2 (267.851 Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari 40%. Beberapa Pengertian Bila kita memperhatian terhadap arti dan apa yang tertera dalam judul buku ini. Ada 3 hal yang dianggap perlu penulis uraikan berdasarkan judul buku sebagai berikut: 1. Prospektif adalah Asal Kata Retro yang dari beberapa sumber penulis baca kebanyakan mengungkap tentang kejadian kebelakang artinya peristiwa kemasa lampau, seperti halnya kota Palangka Raya diletakkan batu pertama oleh putra terbaik bangsa sekaligus Presiden RI yang pertama Bung Karno. Dengan pendekatan oleh Pahlawan Nasional asal Kalimantan Tengah: Cilik Riwut. 2. Prospektif adalah prospeknya; dapat (mungkin) terjadi; ada harapan (baik) ke masa depan. Termasuk jika hal ini terjadi, kota Palangka Raya menjadi ibu kota negara, sebagai kota pemerintahan. Tentu bukan lagi dijadikan kawasan tertinggal, melainkan menjadi daerah yang lebih maju dari sekarang. 3. 3.Menuju Ibu Kota Negara adalah sebuah harapan yang disertai dengan perencanaan yang lebih matang. Pemerintah telah menurunkan tenaga ahli dari Litbang Depdagri dengan pengkajian yang matang. Tentu hasilnya tidak sebagai konsep biasa, melainkan konsep yang mapan untuk berdirinya ibu kota negara RI. Publikasi Via Media Penulis Rabu, 30 Juli 2014 diwawancarai Syamsudin Hasan, SH (Wartawan LKBN Antara) Banjarmasin. Walau saya berada di Erafa saat itu, tepat saat W1B Presiden Baru Tampilkan Model Baru selaku Akademisi dari Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah Prof Dr HM Noranie Darlan MS, PH sudah berpendapat, presiden baru harus menampilkan model barn pula. "Kalau tidak, kurang indah hanya melanjutkan program lama. Harusnya menunjukkan program baru pula," katanya menjawab Antara Kalimantan Selatan, di Banjarmasin. Penulis selaku putra Kalteng dengan motto daerahnya Isen Mulang (Pantang Mundur) itu mencontohkan kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara RI yang beberapa tahun belakangan di mana-mana banjir. "Sedangkan lokasi baru di sekitar sulit atau tidak mungkin untuk menghindar dari banjir," "Sementara Kalteng lahan tersedia yang luas. Kenapa tidak dialihkan ke Kalteng saja Ibu Kota Negara atau Pusat Pemerintahan Indonesia," pengalihan pusat pemerintahan atau Ibu Kota Negara itu tentu ada ketertautan dengan pembangunan daerah tertinggal. "Sebenarnya masih banyak lagi program yang hams dialihkan dari Ibu Kota atau Pulau Jawa agar tidak terjadi kesenjangan sosial," tutur Koordinator Wilayah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Korwil ICMI) Kalteng itu. "Jadi kita tak perlu risih atas pemindahan Ibu Kota Negara atau pusat pemerintahan. Apalagi kita tahun tidak ada permasalahan mendasar dalam pemin lahan pusat pemerintahan tersebut," lanjutnya. Sebagai contoh dalam pemindahan kota/pusat pemerintahan negara, antara lain Malaysia, Amerika Serikat, dan Australia, mereka tak pernah rugi, bahkan tambah maju, mengingatkan wacana presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno yang mau mengalihkan Ibu Kota Negara ke Pahandut, Kalteng. Pahandut asal nama kota Palangka Raya, ibu kota Kalteng, yang peresmiannya oleh Presiden Soekarno pada 1957. Dalam perkembangan provinsi yang luasnya hampir satu setengah kali luas Pulau Jawa tersebut, kini ada 14 kabupaten/kota. Sebelum era otonomi daerah tahun 1999, provinsi yang kaya dengan sumber daya hutan itu hanya terbagi enam kabupaten/kota, yaitu Kota Palangka Raya, dan Kabupaten Kapuas. Selain itu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kotawaringin Barat (Kobar), Barito Selatan (Barsel) dan Kabupaten Barito Utara (Barut). Pada era reformasi/otonomi daerah terjadi pemekaran, Kabupaten Kapuas, Kotim dan Kobar masing¬-masing dimekarkan menjadi tiga kabupaten. Sementara Barsel dan Barut masing-masing dimekarkan menjadi dua kabupaten. Pemekaran dari Kabupaten Kapuas yaitu Kabupaten Pulang Pisau dan Gunung Mas, dari Kotim tambah Kabupaten Katingan dan Seruyan, Kobar tambah Kabupaten Lamandau dan Sukamara. Untuk pemekaran Basel tambah Kabupaten Barito Timur (Bartim) dan Barut ditambah Kabupaten Murung Raya (Mura). (ant) (BAMSOETNEWS). Menyimak Masa Lampau Seorang reporter salah satu media: Adhi (2016) Senin, 07 November 2016 otonomi,co.id mengomentari tentang: Jakarta Macet, banjir, polusi udara, pemukiman padat penduduk, dan masih ada lagi segudang masalah lainnya yang mendera Ibu Kota DKI Jakarta. Parahnya, yang diawali parahnya sejak 2009 silam, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat menempatkan Jakarta sebagai kota terjorok ketiga di dunia setelah Meksiko dan Thailand. Menurut Purwo Santoso, (2009) bahwa: apakah Jakarta masih idealkah diagung-agungkan sebagai ibu kota negara? Ya, wacana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke kota lain memang bukan kabar baru. Di era Orde Baru, Presiden Soeharto sempat berencana memindahkan ibu kota pemerintahan dari Jakarta ke Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Terbaru, pemerintah di bawah arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat membahas ide memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Pulau Kalimantan. Apakah Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Pangkalan Bun, Kabupaten Waringan Barat pun sempat mengemuka sebagai calon ibu kota baru. Namun arealnya tidal( seluas wilayah di sekitar kota Palangka Raya. Sebetulnya, ide memindahkan ibu kota dari Jakarta sendiri sudah sernpat diwacanakan di era Presiden Soekarno. Memasuki tahun 1950-an, (Penulis Belum Lahir) Bung Karno sudah meramalkan Jakarta akan menjadi kota yang pertumbuhannya tak terkendali. Berdasarkan hal itu, Soekarno yang sedang melakukan safari kenegaraan ke beberapa negara pun memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan studi banding melihat kota-kota di negara lain. Pada 1956, Soekarno akhirnya membuka kepada publik bahwa ia memiliki rencana untuk memindahkan ibu kota Indonesia dan Jakarta ke Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Mengapa Palangka Raya? Dikutip dari laman harian Merdeka, ada beberapa pertimbangan Ir. Soekamo. Pertama, Kalimantan adalah pulau terbesar di Indonesia dan letaknya di tengah-tengah gugus pulau Indonesia. Alasan Kedua, Soekarno ingin berusaha menghilangkan sentralisasi Jawa. Ketiga Selain itu, pembangunan Kota Jakarta dan Jawa secara umum adalah konsep peninggalan Belanda. Soekarno ingin membangun sebuah ibu kota dengan konsepnya sendiri. Bukan peninggalan penjajah, tapi sesuatu yang orisinil, "Jadikanllah Kota Palangka Raya sebagai modal dan model," ujar Ir. Soekarno saat pertama kali meletakkan tonggak pembangunan Kota Palangka Raya pada 17 Juli 1957 lalu". Adinda Nurrizki, (2017). bahwa kota Palangka Raya saat ini sering disebut-sebut karena menjadi kandidat terkuat ibu kota Indonesia yang baru. Kota ini disebut sebagai kota ideal karena berada di pulau yang luas, di tengah-tengah gugusan pulau NKRI, dan minimnya potensi bencana. Jika memang ibu kota akan dipindahkan ke sum, maka tentu ada saja tempat wisata yang indah dan bisa Anda nikmati di berbagai tempat sekarang. Peristiwa 60 Tahun Silam Sebuah peristiwa yang sangat tidak begitu berarti jika kita melakukan retrospektif 60 tahun silam. Kenapa demikian, desa Pahandut yang terletak tidak jauh dari persimpangan sungai kal ayan dengan sungai rungan. Ada desa kecil yang berpenduduk tidak seberapa. Mengingat kota Sampit terlalu dekat dengan pesisir laut Jawa. Demikian juga Kuala Kapuas disamping dekat pesisir yang sama, juga hanya 40 Km di sebelah barat Kota Banjarmasin (Ibu kota Kalimantan Selatan). Maka diambil lokasi yang agak di tengah-tengah yaitu desa Pahandut. Yang saat itu penuh dengan hutan balantara, oleh Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama: Cilik Riwut. Bung Karno yang melihat lokasi Pahandut menjadi kota Palangka Raya itu sangat strategis dengan berbagai pertimbangan: 1. Tidak pernah terjadi bencana Banjir, 2. Tidak ada Gunung Meletus, dan 3. Di tempat ini berada di tengah-tengah pulau terbesar di negeri kita. (saat tullisan ini Diturunkan, Kalteng provinsi terluas/terbesar ke dua setelah Papua). Perlu kita ketahui bersama konsep Bung Karno yang bisa kita ingat kota Palangka Raya bukan kota peninggalan Belanda. Jika diperhatikan dalam peta, jarak ke Aceh maupun ke Papua dan kota Palangka Raya juga hampir sama. Berarti Palangka Raya betul-betul di tengah-tengah negeri ini. Dan sekarang menjadi provinsi terluas ke 2 itu di tanah air, wajar Palangka Raya )dijadilcan ibu kota negara. Kehadiran Bung Kamo ke Pahandut/Palangka Raya tidak hanya sekali, tapi berulang kali. Walau hanya naik kapal Sungai (Bus Air) dengan menghabiskan waktu yang panjang. Dan membawa para dosen Fakultas Teknik apakah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) maupun Universitas Indonesia (UI). Untuk merancang bangun dan rekayasa sebagai kota idaman, yang akan dijadikan ibu kota negara. buktinya sekarang jalan -jalan yang dikonsep saat itu selalu lebar dan tertata baik. Jakarta Terendam Banjir Banyak sumber menyebutkan, bahwa ibu kota negara semakin tahun semakin menghawatirkan. Apa lagi. Kali Sunter yang melintasi Cipinang Melayu, ditambah, curah hujan yang tinggi sepanjang hari kemarin. (KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG). JAKARTA, KOMPAS.com — Hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek pada Selasa (21/2/2017) pagi menyebabkan sejumlah wilayah terendam banjir. Setidaknya ada 54 wilayah di lbu Kota yang terendam banjir. "Ribuan rumah dan jalan terendam banjir dengan ketinggian bervariasi, 10-150 sentimeter. Terdapat 54 titik banjir dan genangan, yaitu di Jakarta Selatan (11 titik), Jakarta Timur (29 titik), dan Jakarta Utara (14 titik)," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Selasa. Sutopo (2017) menjelaskan, banjir ini disebabkan drainase yang tidak mampu menampung aliran air di permukaan. Selain itu, banjir juga disebabkan luapan dari sungai yang statusnya naik mulai dari Siaga I hingga II. "Akibatnya, aliran air permukaan dari drainase tidak dapat dialirkan ke sungai," kata Sutopo. Mengatasi Padat Penduduk Penduduk kalimantan tengah saat ini, tidak begitu jauh berbeda dengan jumlah penduduk kabupaten Malang. Sementara luas wilayahnya terbesar/ terluas ke 2 di negeri ini setelah Papua. Dengan kota Palangka Raya dijadikan ibu kota negara, maka penduduk yang padat di berbagai daerah khususnya di Jakarta lambat laun akan dapat di atasi. Sebab kota Palangka Raya sebagai kota pusat pemerintahan jumlah penduduknya pasti cepat bertambah. Yang disebabkan orbanisasi, rtransmigrasi, perpindahan spontan akan terjadi ke Palangka Raya. Sementara kepadatan penduduk Jakarta akan dapat ditekan. Wacana Pemindahan Ibu Kota Negara Dalam Wacana Pemindahan Ibukota Pemerintahan RI ke Palangka Raya dibahas pada Rakornas Kelitbangan tertanggal, 16 Maret 0 Comments/in Berita Terkini oleh: Andika Afriadhy (2017). MEDIA CENTER, Palangka Raya-Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kelitbangan yang diselenggarakan di Swiss belHotel danum Palangka Raya resmi dibuka oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakilkan kepada Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri, Dodi Riyadmadji, (15/3/2017) Rabu malam pukul 20.00 WIB. Pembukaan Rakornas Kelitbangan ini dihadiri oleh ratusan peserta dari seluruh Indonesia. Hadir pula perwakilan Plt Sekda Provinsi Kalimantan Tengah, Sahrin Daulay mewakili gubernur, perwakilan DPRD provinsi, perwakilan DPRD Kota, dan beberapa Bupati serta Wakil Bupati. Dalam sambutan Menteri Dalam Negeri yang dibacakan Plt Kepala Badan Litbang Kemendagri, Dodi Riyadmadji, mengatakan Rakornas Kelitbangan yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya memiliki nilai strategic berkenaan dengan ide yang disampaikan Presiden Joko Widodo yang mewacanakan Palangka Raya sebagai ibukota pemerintahan Republik Indonesia. Ide tersebut diwacanakan kembali oleh Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Palangka Raya dalam rangka menghadiri acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) pada 20 Desember 2016 yang lalu. Mendagri menjelaskan alasan diwacanakannya kembali Kota Palangka Raya sebagai calon ibukota pemerintahan RI karena letak wilayah Palangka Raya dinilai jauh dari ancaman bahaya kebencanaan, akan tetapi proses tersebut tidak mudah, mengingat banyak aspek lain yang masih perlu dikaji secara mendalam seperti untung dan ruginya bila ibukota negara jadi dipindah ke Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk itu, Kemendagri berharap Badan Litbang Provinsi, Kabupaten/Kota diharapkan bisa menyumbangkan buah pikirannya dalam rangka wacana pemindahan ibukota pemerintahan RI ke Palangka Raya. (MC Isen Mulang) Musim Kemarau Tempoe Doeloe siklus alam dimusim kemarau terjadi dalam 5 tahun sekali sekali seperti tahun: 1962, 1967, 1972 dan tahun 1977 dst. Sekarang sepertinya tidak lagi demikian. Musim-musim kemarau bisa terjadi berderet tanpa mengenal tahun ganjil ataupun genap. Ciri menjelang kemarau diawali 4¬5 bulan sebelumnya. Didahului adanya luapan air dari hulu (bagian Utara di Kalteng), yang luar biasa (berlebihan). Penduduk yang tinggal di tepi sungai seperti: Barito, Kahayan, Katingan, Mentaya, seruyan, Lamandau, Arut, dll. Sering meluap. Dan sekitar bulan agustus suhu panas mulai terjadi. Bila tidak terjadi turun hujan, dalam waktu 6 — 8 minggu maka kawasan bergambut mulai berasap di pagi hari. Bila terjadi tiupan angin kencang, maka asappun menipis. Hal ini, mengakibatkan asap tebal karena tiupan angin yang sangat rendah. Asap tebal tidak mengenal apakah siang ataukah malam hari selalu tebal. Menurut Darlan (2014) bahwa:"...Peristiwa ini adalah peristiwa alam, di kawasan gambut sekitar Khatulistiwa yang sejak dulu demikian. Bila terjadi hujan, asappun berkurang dan hilang...". Dunia Penerbangan Dalam beberapa tahun belakangan ternyata kabut asap mulai terpecahkan. Menurut: Darlan (2015) bahwa:"...Tempo doeloe kalau musim kabut tiba, secara otomatis dunia penerbangan dari dan ke Palangka Raya terhenti selama musim kemarau...". Belakangan ini, dunia penerbangan dilaku¬kan di malam hari. Sedangkan disiang hari jarak pandang sangat terbatas. Tapi jika dimalam hari dengan dipandu oleh lampu-lampu di landasan pacu, membuat dunia penerbangan lebih leluasa di malam hari. Melirik Ibu Kota Lain Dunia Bila kita perhatikan, ternyata negara-negara lain dengan berbagai alasan sudah banyak yang memisahkan antara kota pemerintahan dengan kota perdagangan antara lain seperti: Malaysia, Amereka dan Australia, dan banyak kota di dunia. Negeri tetangga kita, Malaysia Punya Putrajaya, Kapan Indonesia memindahan Ibukota penterintahannya, Hanz Jimenez Salim (2013) "Kebanyakan penduduk Putrajaya adalah kaki tangan pemerintah (pegawai pemerintah/PNS). suasana kalau Sabtu dan Minggu, apalagi masa pilihan raya, banyak yang pulang kampung untuk undi (memilih)," kata M. Rofiq, kepada Liputan 6.com, di Putrajaya. "Kalau mau, coba saja tidur-tiduran di jalan. Tak apa" hal serupa tidak banyak berbeda dengan kota Jakarta menjelang libur. Penduduk Jakarta tujuan Bandung, Jawa Tengah dan Timur untuk meman¬faatkan hari liburnya. Di sisi lain, suasana sepi makin menegaskan figur Putrajaya: bangunan¬bangunan megah bernuansa mediterania, jalanan lebar dan mulus, tata kota yang teratur, taman serta tumbuhan di sana. Sebuah kota modern yang ditata apik, oleh pemerintah Malaysia. Putrajaya dibangun tahun 1999, dimulai dari nol di bekas ladang sawit seluas 46 hektar. Jaraknya 25 km dari Kuala Lumpur. Palangka Raya yang dipersiapkan tentu lebih luas dari itu. Putrajaya yang tetap menyandang predikat sebagai ibukota. Jarak yang makin terasa pendek karena didukung sistem transportasi yang baik: kereta api dan bus yang menghubungkan dengan daerah sekitar. Bus, taksi, dan boat melayani perpindahan orang di dalam Putrajaya. "Dengan pusat-pusat kerajaan berkumpul seperti ini makin memudah¬kan urusan. Di sini juga tidak ada macet seperti di Kuala Lumpur. Meski ada juga yang anggap pembangunan Putrajaya pemborosan," tutur M Rofiq. Sementara menurut Imam Kaedi (2013) putra Malaysia mengaku bangga dengan ibukota barunya itu. "Saya pernah dialog dengan tamu dari Jerman. Dia kagum Malaysia punya ibukota seperti ini," kata dia. Bagaimana Indonesia? Soal ketegasan untuk memutuskan pemindahan ibukata, meski hanya administrasinya, harus diakui negeri jiran maju beberapa langkah dari kita. Karena Sejak lama, wacana pemindahan ibukota Indonesia timbul tenggelam. Berkali-kali mencuat jadi kontroversi, lalu redam. Palangka Raya yang diimpikan Presiden Soekarno atau sedikit melipir ke Jonggol yang pernah diwacanakan Soeharto, dua-duanya tak jelas realisasinya. Sementara, Jakarta makin padat, sesak, dan macet. Dan tak ketinggalan, banjir! Ibukota saat ini tak kuat lagi menanggung beban pertambahan pendu¬duk dan pesatnya pembangunan. Makin jauh dari gambaran sebuah ibukota yang ideal. Sebuah wacana tentang pemindahan ibukota juga jadi pertimbangan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono. SBY meminta para jajaran stafnya untuk merampung-kan rencana pemindahan Ibukota secara matang. "Dan Bapak Presiden yang kita ingat kata-kata beliau adalah kita harus berpikir hari ini sebelum kita terlambat," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai Januari 2013 lalu. Dan alasannya tak semata-mata macet dan banjir di DKI Jakarta, melainkan untuk meratakan pembangunan. Sementara, Pengamat Perkotaan, Nirwana Yoga justru mengatakan, saat ini belum perlu untuk memindahkan ibukota dari Jakarta. "Karena saya yakin dananya juga pasti belum ada. Pasti juga dibutuhkan dana yang besar untuk memindahkan suatu ibukota negara," kata dia saat dihubungi Liputan6.com baru-baru ini. Nirwana Yoga (2013) menyarankan, lebih baik saat ini dana dan energi difokuskan untuk menyelesaikan masalah-masalah di Jakarta. "Kita benahi Jakarta dulu agar lebih baik, jangan membahas wacana-wacana seperti, itu sama raja kita debat kusir. Tidak ada penyelesaiannya." Soal Putrajaya, dinilai, Malaysia punya alasan yang kuat untuk membuat keputusan itu. "Di Putrajaya hanya untuk ibukota pemerintahan dan steril dari kegiatan ekonomi." (Ein) Data Negara Yang Memindahkan ibu kota di Dunia Dalam data literatur menyebutkan bahwa ibu kota yang dipindahkan sangat banyak di dunia seperti: Erofa Barat 46 ibu kota negara yang dipindahkan, Erofa tengah dan Timur 46 ibu kota negara yang dipindahkan, di Asia ada 65 ibu kota yang dipindahkan. Termasuk di Indonesia Jakarta 1945-1948 ke Yogyakarta dan Jakarta ke Bukit Tinggi 1948-1949, Afrika ada 13 ibu kota negara yang dipindahkan, Oseania ada 5 ibu kota yang dipindahkan, Amerika Utara ada 14 ibu kota yang dipindahkan, Amerika Selatan ada 4 ibu kota negara yang dipindahkan. Jadi memperhatikan data literatur di atas, Jakarta yang akan dipindahkan ke Palangka Raya, hampir tidak ada alasan yang berarti untuk menolaknya. Kebijakan Pemda Sampai tanggal 14 April 2017 Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran dalam acara Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah di Aula Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. Ia berharap agar ibu kota negeri ini nanti di Palangka Raya. lni sebuah kebijakan yang positif terhadap prospektif negeri kita di masa datang. Sejak tahun 2013 penulis ke kabupaten/lcota di Kalimantan Tengah selalu membawa sebuah instrumen sederhana. Melakukan sebuah wawancara kepada berbagai lapisan masyarakat, tentang Palangka Raya dijadikan ibu kota negara tak satupun menemukan orang yang menentang. Bahkan ada yang berdo'a agar dipanjangkan umur, supaya ia sempat melihat bagaimana Istana Negara itu, ada di Palangka Raya. Demikian pula sejumlah artikel yang penulis baca, dan ditulis sebagai ahli hanya segelintir satu atau dua % yang meminta agar jangan membuang energi dan menyedot dana pembangunan buat memindahkan ibukota negara. Sebenarnya tidak demikian. Karena dalam membangun ibu kota negara tidak akan mampu dengan dana APBN. Tapi dana cadangan negara yang dikonsepkan yang diperuntukan di luar APBN. Disudut lain, masih ada tokoh masyarakat yang menyaksikan pidato Ir. Sukarno yang mengatakan bahwa di saat peletakan batu pertama kota Palangka Raya, beliau menyebutkan: "...hanya 2 nama kota di negeri ini yang ada sebutan Raya, yaitu: Jakarta RAYA dan Palangka RAYA...". B erdo' alah. Secara Prosfektif Di bagian akhir tulisan ini, penulis mencoba menguraikan secara prosfektif Palangka Raya menuju Ibu Kota Negara ke masa depan, minimal 4 hal adalah: Pertama: kota ini adakan berkembang akan menyatu atau kembar dengan Kasongan dan Pulang Pisau. Walau dalam waktu lama. Sama halnya antara Jakarta dengan Tangerang dan Bekasi. Atau akan ada, muncul kota yang baru sebagai akibat lajunya pertumbuhan penduduk. Kedua: kota Palangka Raya pada saatnya akan terbagi menjadi 5 wilayah yaitu: Palangka Raya Pusat, Palangka Raya Timur dan Barat, serta Palangka Raya Utara dan Selatan. Karena tidak mungkin Palangka Raya ini tetap seperti sekarang. Ketiga: Dengan jumlah penduduk yang akan bertambah, diserta banyaknya tamu yang datang maupun pergi tidak sebatas dalam negeri, tapi juga manca negara. Maka bandara Cilik Riwut tidak dapat lagi dipertahankan seperti sekarang. Tentu harus dibangun yang lebih besar. Keempat: disamping hal-hal di atas, jalanpun tidak cukup yang ada. Tentu akan tercipta sejumlah jalan besar, namun luasnya areal lahan di kawasan sekitar Palangka Raya untuk menuju ibu kota negara tidaklah menggangu permukiman penduduk. Karena areal tanah kosong/tanah negara masih luas. Kelima: Pada bagian akhir tulisan ini, Jika Retrospektif dan Prosfektif Palangka Raya menuju Ibu Kota Negara terwujud. 'Maka Palangka Raya inilah sebuah kota yang dibangun oleh bangsa¬nya sendiri. Terlebih oleh putra terbaik bangsa saat itu Bung Karno. Karena banyak kota tua di Indonesia dibangun sejak zaman penj aj ahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar