Kamis, 28 Juni 2012

REKUETMEN SARJANA UNTUK DAERAH TERLUAR


Oleh:
 H.M.Norsanie Darlan

Esue rekruetmen 3.500 sarjana yang akan di tempatkan ke daerah terluar dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI, sungguh menggembirakan. Hanya saja dalam pelaksanaannya harus betul-betul selektif. Karena bakal terjadi para calon yang mengaku berasal dari kawasan daerah  terluar, terdepan dan tertinggai dengan berbagai alasan. Padahal ia bukan dari kawasan itu.
Kalau kita menilik terhadap kawasan daerah terluar memang sangat banyak dinegeri tercinta ini. Apakah di kawasan timur, tenggara, dan Kalimantan utara dan barat serta di selat Malaka. Namun mareka yang terlanjur tinggal dan bahkan terlahir di daerah terluar ini, untuk menyelesaikan pendidikan sampai wabib bejalar 9 apa lagi 12 tahun. Kalau juga ada, jumlahnya masih sedikit. Mereka dilatar belakangi oleh jauhnya dengan perkotaan. Karena mereka yang berasal dari daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM3T)  biasanya, untuk dapat menjautkan pendidikan ke SLTA saja sangat sedikit. Kecuali mereka yang berada di dekat dengan wilayah pemerintahan kecamatan. Sehingga di kota kecamatan yang dapat dijangkau bagi mereka usia sekolah yang dimungkinkan dapat ke SLTA. Kalau tidak ada ?. mereka harus ke cematan lain, atau anaknya iikut/dititpkan ke rumah orang di kota kabupaten. Inipun hanya bagi putra-putra kita pilihan dan bernasib baik. Sebab tidak seluruh masyarakat kita membiayai anaknya untuk sekolah.
Memang mereka yang terlahir di daerah terluar, terdepan dan tertinggai ini, sungguh menyedihkan. Namanya pun sudah tertinggal termasuk pula bidang pendidikan. Mereka tinggal di lereng bukit, di tepi laut, di pinggir sungai dan pulau-pulau kecil yang berada nan jauh di sana. sungguh mendambakan pendidikan dan penuntasan wajar 9 -12 tahun. Tapi karena faktor alam di sekitar mereka yang menjadi kendala. Apa lagi mereka ini untuk disarjanakan.
Rekuetmen tenaga calon guru yang mau ke bertugas di lereng bukit, di tepi sungai/danau, di pinggir laut bahkan mau ke pulau-pulau kecil nan jauh di sana. Perlu dengan perjanjian. Jangan-jangan hanya pencari PNS. Setelah sampai di sana ternyata minta pulang.
Pemerintah harusnya memberikan rambu-rambu yang jelas sebelum mereka diterima untuk bekerja di daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM3T). Selain itu, alangkah indahnya pemerintah mempersiapkan kepada tenaga-tenaga guru baru yang bakal berjuang ini, dengan berbekal keterampilan. Agar mereka setelah selesai mengajar  hanya tidur di rumah. Tapi ada upaya lain seperti mendirikan: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk membelajarkan mereka yang sudah berusia tapi belum menyesaikan pendidikan dasarnya. Dengan pendidikan keaksaraan fungsional. Namun bagi sarjana-sarjana PLS sudah dibekali untuk itu. Agar mereka menjadi pejuang bidang pendidikan. Artinya yang diberikan pendidikan bukan hanya anak usia sekolah. Demikian juga agar mereka tidak tergoda dengan bujur rayu negeri tetangga.
(26-11-11) H.M.Norsanie Darlan, Guru Besar S-1 dan S-2 PLS Universitas Palangka Raya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar